Em11 \\ he was the one who saw her so messed up

Start from the beginning
                                    

"Dan, tahu apa yang lebih mengerikan dari dikenali orang-orang? Ah, aku lupa jalan pulang. Bangunan-bangunan tiba-tiba saja menjadi sangat asing. Aku sudah coba berulang kali, menyusuri jalan yang kuyakini akan membawaku pulang, tapi percuma, aku tetap tersesat pada akhirnya.

"Hanya ada satu bangunan yang aku ingat. Kafe belajar. Aku duduk di sana, tanpa harapan apa-apa. Itulah mengapa, ketika melihatnya berlari padaku, aku merasa sangat bahagia."

"Aku bahagia diajak dan digendongnya pulang. Tapi, kemudian, keributan terjadi. Aku yang terlalu lelah, mengira ia yang khawatir mencari-cariku ke mana-mana bahkan sampai mau melapor ke polisi itu sedang marah. Dan, hari itu, berujung dengan aku yang menumpahkan banyak kesah. Menjadi aktris besar, membuatku tidak sempat mengingat jalan karena aku terlalu sibuk membaca naskah atau membayar jam tidurku setelah kejar syuting."

"Tapi sesungguhnya aku sendiri tidak yakin apakah benar begitu. Apakah hanya itu yang membuat otakku terganggu? Atau ... ada pengaruh lain."

"Kamu sering kesulitan tidur?"

"Tidak juga. Aku hanya mengkonsumsi itu agar bisa segera tidak ketika besoknya ada syuting."

"Aku sudah menkonsumsi obat sejak lama. Awalnya memang hanya untuk itu, tapi kemudian tidur menjadi hal yang bertambah sulit untuk dilakukan seiring waktu berjalan. Pada saat di mana seharusnya aku beristirahat, mataku justru enggan diistirahatkan. Ketika berhasil tidur pun, aku tidak tidur dengan nyenyak. Ada banyak hal di pikiranku yang mengangu."

"Kamu dengan ibumu baik-baik saja, bukan?"

"Tidak. Kami tidak baik-baik saja. Aku dengan ibuku kacau. Rasa-rasanya aku ingin menjawab begitu ketika dia bertanya. Aku ingin bercerita tapi, aku bahkan terlalu malas hanya untuk mengingat. Dan, lebih daripada, alasan aku menutupi ini adalah karena aku ... tidak ingin mengacaukan pikirannya. Aku hanya ingin dia tetap fokus dengan kuliahnya."

"Sedikit lagi, studiku akan selesai sedikit lagi. Setelah selesai, aku janji akan langsung kembali. Bertahanlah sebentar lagi, Rose! Susahmu, sedihmu, sakitmu, aku berjanji akan membayar semuanya."

"Tapi, mungkin, sekalipun aku diam, dia tetap bisa merasakan bahwa aku tidak baik-baik saja. Dia mungkin tahu aku susah, sedih, sakit sehingga bicara begitu. Sedikit lagi, katanya. Dia akan membayar semuanya. Dan, aku tahu, dia pasti akan menepati itu. Akan tetapi ...."

"... andai dia tahu, manusia yang tidak cukup sabar ini bahkan sudah menyerah atas segalanya sedari awal. Aku bertahan, tapi sebenarnya ... melarikan diri."

"Dulu mungkin cukup hanya dengan berkunjung ke bar sekali waktu. Tapi, aku merasa alkohol sama sekali tidak membantu. Dulu mungkin bisa hanya dengan obat tidur, tapi aku juga merasa itu tidak berbeda. Malah justru terasa merepotkan karena harus mendengar ceramah dokter tiap kali dosis bertambah."

"Lalu aku mengenal Ko Junheo, pemilik bar yang sering kukunjungi. Aku ... membeli morfin darinya, sejak tahun kedua ku menjadi aktris. Saat itu namaku sedang melejit-melejitnya, tawaran main drama sedang banyak-banyaknya."

"Kamu tahu apa yang lebih sulit dari pada meraih? Benar, mempertahankan apa yang kamu raih. Setiap kali menerima penghargaan, ucapan selamat bagiku hanya terdengar seperti 'jangan jatuh, teruslah naik lebih tinggi!' dan itu membuatku takut. Tepuk tangan bukan berarti 'aku bangga padamu' tapi itu hanya ... 'jangan kecewakan kami!' dan aku menjadi cemas, setiap saat."

"Benar bahwa aku berbohong tentang Junheo pada kekasihku. Aku bicara kalau aku hanya sesekali mengundangnya ke rumah untuk meracik minuman untukku ketika aku terlalu malas untuk pergi ke bar. Kami lebih akrab dari itu. Kami berbagi cukup banyak cerita. Tapi ...."

"Kamu tidur dengannya?"

"... mendengar tudingannya hanya karena dia menemukan Junheo mengantarku pulang setelah aku mabuk di bar, rasa-rasanya aku hancur. Aku berlutut pada kekasihku dan memohon agar dia percaya bahwa aku sama sekali tidak pernah membiarkan siapa pun menyentuhku sebanyak dia. Benar-benar hanya dia, satu-satunya. Tentang Junheo, aku tidak sepenuh berbohong, aku hanya berbohong soal narkotika karena aku yakin dia pasti akan kecewa apabila mengetahuinya."

"Kamu pikir sudah membayar semuanya?! Tidak! Sampai kamu mati pun, hutangmu padaku tidak akan pernah lunas terbayar."

"Kemudian, hari itu tiba. Saat di mana dia melihat Roseanne Park sangat berantakan."

Pandang yang sedari tadi berpendar ke banyak arah, kini hanya mengarah pada satu laki-laki yang punya lautan muram di kedua matanya.

[]


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Em11
\\ he was the one who saw her so messed up \\



[SERENADE IN E MINOR]
by
linasworld

***


notes:
kebiasaan nih, tiap work menjelang ending
suka ngadat update-nya

thankyou sudah setia menunggu :v

SERENADE IN E MINOR [END]Where stories live. Discover now