Satu-C

19 3 0
                                    

Annelise tersadar, ia merasakan sedikit perih di bawah kakinya. Ia menyingkap gaunnya sedikit, perban lusuh mengelilingi pergelangan kakinya, Annelise melihat kesekitarnya. Ruangan yang lusuh, kumuh, hanya berisikan satu ranjang kayu yang ditempatinya dengan jerami sebagai alasnya. Gaun putih miliknya terlihat sangat koor, ia sendirian.

Dimana ini? – batin Annelise.

Rumah reyot itu benar-benar kumuh, Annelise mencoba bangkit.

"Ahh," Annelise memekik kesakitan, mungkin lukanya belum sembuh. Sekelebat bayangan melewati pintu ruangan itu, Annelise berhenti dari aksinya. Bayangan itu mendekat, dan

Krieekkk, pintu reyot terbuka, mengeluarkan suara daun pintu usang yang hamper roboh. Seorang pemuda gagah masuk dengan sekendi air ditangan kirinya dan sebotol minuman keras di tangan kanannya.

"Siapa kau?" tanya Annelise memundurkan badannya, membuat kakinya tersungkur mundur dan terduduk di ranjang kayu jerami itu.

"Nona sudah bangun? Bagaimana kabarmu, apa ada yang tidak nyaman?" tanya si pria gagah.

"Jawab aku, siapa kamu?!" Annelise menyentuh kepalanya, mencari tusuk rambut miliknya, ia ingin memberi pertahanan pada dirinya. Sial, rambut itu kini tengah terurai, tidak berhiaskan apapun. Annelise menggeser duduknya saat pria gagah itu mencoba berjalan lebih dekat dengan keadaan lunglai.

"Untung jika kau baik-baik saja. Kau sudah tertidur selama dua malam nona, entah apa yang akan terjadi jika aku tak menyelamatkanmu malam itu," si pria gagah meneguk botol minuman keras itu sekali dan kemudian meletakkan kendi berisi air pada nakas disamping ranjang jerami itu, "aku tidak tau darimana asal usulmu, yang pasti kau bukan orang sembarangan Nona. Jika ingin pulang, keluarlah dari rumah reyot ini, berjalanlah ke arah utara dan kau akan menemukan pasar di pinggiran kota. Selebihnya silakan saja kau selamatkan dirimu." Pria gagah itu keluar sembari meneguk kembali minuman keras itu. Ia terbahak diluar pintu reyot itu.

Annelise segera bangkit dari duduknya, mencoba berjalan secara perlahan keluar dari ruangan kumuh itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Annelise segera bangkit dari duduknya, mencoba berjalan secara perlahan keluar dari ruangan kumuh itu. Ia membuka pintu yang usang, tertegun. Petak demi petak bangunan rumah reyot saling bersebelahan dengan rumah yang disinggahinya. Seluruh mata melihatnya sinis, pasalnya ia menggunakan gaun putih yang tak lagi berupa, terkesan lusuh memang, ditambah dengan tidak adanya aksen keluarga kerajaan, siapa yang akan percaya bahwa dia adalah putri Annelise Adalgiso, putri sah Raja Adalgiso di kerajaan barat? Annelise terus berjalan menyusuri jalanan basah di depannya mengikuti kata si pria gagah tadi, ia tak perduli apakah kalimat itu benar atau membohonginya. Yang ia inginkan hanyalah pulang pada kastil kecil miliknya.

Orang yang berlalu-lalang mulai Nampak terlihat dari arah berlawanan, Annelise rasa pria gagah tadi tidak berbohong. Samar-samar terlihat para penjual yang membawa barang dagangan mereka dengan kereta kayu dipenuhi beragam macam benda. Annelise terus berjalan, kembali ke kastilnya.

***

Annelise memasuki kastil nya dengan gaun lusuh, paman Charlie yang melihat kedatangannya berteriak memanggil Charlotte.

Mawar yang PatahWhere stories live. Discover now