II. Album sekolah

3 2 0
                                    

Queen berteriak, namun tidak terlalu kencang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Queen berteriak, namun tidak terlalu kencang. Seseorang itu memegang tangan Queen dan satu tangannya ada pada mulutnya.

"Shut! Ini gue Rolf, Queen." Ucapnya.

Queen melihat seseorang itu dari atas sampai bawah. "Huft, lo bikin kaget aja Rolf." Keluhnya, ternyata itu adalah Rolf. Laki-laki hitam manis yang berbadan tidak begitu tinggi.

"Lo kenapa sih?" tanyanya, heran.

Queen terengah-engah, memegang pundak Rolf. "Nggak papa, gue balik ke kelas dulu ya." Ucapnya, menepuk pundak Rolf. Ia pun pergi meninggalkan Rolf yang masih terdiam kebingungan.

"Kenapa sih?" tanya Rolf, kebingungan.

🔮🔮

Kini, Rolf, Lycan dan Elvern sedang menikmati makanan di kantin.

"Gue tadi ketemu sama Queen di depan ruang laboratorium, kelihatannya dia kayak ketakutan gitu." Ucap Rolf, sambil memakan mie.

"Queen yang wajahnya jutek trus sering bareng sama Alexander itu?" tanya Lycan. Di balas anggukan dari Rolf.

"Kok bisa? Kenapa?" tanya Elvern.

"Makanya itu gue nggak tahu, dia kayak lagi ngelihat sekitar laboratorium." Jawab Rolf.

"Mungkin mau cari sesuatu kali di lab," ucap Lycan.

Rolf menggeleng. "Nggak mungkin, dia ada di laboratorium kosong dekat toilet." Bantahnya.

"Hah?" tanya Lycan dan Elvern, terkejut.

🔮🔮

Queen juga sedang berada di kantin bersama Aurora, Keenan dan Alexander, mereka duduk di meja yang cukup jauh dengan Rolf.

Queen masih terdiam memikirkan kejadian tadi, ia masih bertanya-tanya tentang siapa yang meminta tolong.

Alexander melambaikan tangannya di hadapan wajah Queen. "Queen," panggilnya.

Queen pun tersadar dan melihat ke arah teman-temannya. "Kenapa?" tanya Alexander.

Queen pun menggeleng dan ia malah mendengar suara hati seseorang. "Pusat informasi sekolah biasanya ada di perpustakaan sekolah, apa gue nanti ke sana ya?" ucapnya.

"Pusat informasi?" tanya Queen, dalam batinnya.

"Gais, gue duluan ya," pamit Queen.

Ia pun berjalan keluar kantin tanpa mendengar jawaban temannya.

"Gue susul dia dulu ya," ujar Alexander.

🔮🔮

Queen sedang berada di perpustakaan sekolah, ia mencari-cari informasi tentang sekolah ini di sana. Ia berdiri tepat dengan pintu perpustakaan, ia mencari dari rak atas sampai ke bawah. "Serius nggak sih di sini pusat informasi sekolah? Kok nggak ada apa-apa?" tanya Queen dalam hati.

Saat pandangan Queen berada pada pintu perpustakaan, ia melihat Alexander berjalan melewatinya.

Queen pun tak menghiraukan keberadaannya, ia lanjut mencari informasi sekolah.

"Cari apa, Queen?" tanya seseorang di sebelahnya.

"Astaga!" kaget Queen, ia pun menepuk pundak seseorang itu. "Bisa nggak sih lo kalau mau pindah tempat nggak usah sambil kagetin gue?" tanyanya ketus.

Ia pun terkekeh, seperti orang yang tidak bersalah. "Gue atas nama Alexander, ingin meminta maaf kepada baginda Queen." Ucap Alexander.

Namun, Queen tak menghiraukan itu. "Lo lagi cari apa?" tanya Alexander.

"Sekolah," balasnya.

"Hah? Mau pindah sekolah?" tanya Alexander, dengan wajah terkejut.

"Dari pada lo banyak tanya, mending bantu gue cari." Saran Queen.

"Cari buku sekolah apa?" tanyanya.

"Sekolah kita,"

Tanpa bertanya lagi, Alexander pun ikut mencari. Saat jam istirahat akan segera selesai, mereka menemukan buku yang berukuran cukup besar berwarna hitam dengan judul "Internasional moon star school".

"Ini dia bukunya, akhirnya ketemu." Ucap Queen dengan senyumnya. Saat akan membuka buku itu, bel masuk pun berbunyi.

"Yah udah bel," keluhnya.

Ale pun mengelus punggung Queen pelan. "Lo izin aja pas jam olahraga, jadi lo bisa baca buku ini." Sarannya. Queen pun mengangguk setuju.

🔮🔮

"Pak, saya izin tidak ikut olahraga ya? Perut saya sakit, soalnya hari pertama Pak." Ucap Queen, meminta izin.

"Ya udah, kamu di uks aja, jangan di kelas." Ucapnya, memberi izin.

Queen tersenyum, "Baik Pak, terima kasih."

Setelah semua teman-temannya keluar kelas, Queen pun ikut keluar kelas dengan membawa buku hitam besar itu. Ia akan membacanya di rooftop sekolah.

Queen membuka buku itu dan melihat lembar pertama dari buku itu.

Internasional moon star school
Since 1990 - Prince Petter

"Ini pasti pendiri sekolah ini," tutur Queen.

Di halaman ke dua, ada satu foto yang sepertinya adalah foto angkatan pertama saat itu. Queen melihat hanya ada sekitar 50 anak di sana, dengan 5 orang dewasa.

The first generation - 1991
Internasional moon star school

Queen pun terus melihat buku itu, halaman demi halaman. Hingga, di halaman ke 10, ada sebuah foto yang memotret 1 ruangan yang bersih dengan benda-benda yang tersusun rapi. Di foto kedua, terdapat foto yang memotret depan ruangan tersebut.

"Ini pasti ruangan laboratorium,"

Tanpa Queen sadar, foto itu bergerak. Seperti video yang sedang di putar. Namun anehnya, video itu di putar seperti sedang berada di hutan. Hutan yang lebat dan hijau. Namun, terlihat sangat tenang.

Queen terkejut melihat itu, ia sampai mengusap matanya. "Kok?"

Hingga, video itu seperti tertarik ke luar kaca. Karena tiba-tiba saja, video itu bergerak di sekitar laboratorium.

"Gue nggak salah lihat kan? Tapi kok di hutan?" tanyanya heran, dalam hati.

Pundak Queen terasa di pegang oleh seseorang dari belakang, ia yang masih ternganga melihat foto itu sangat terkejut bahkan sampai melompat dari duduknya.

🔮🔮

Makin penasaran sama kelanjutan ceritanya nggak nih? Ikuti terus ya!

Jangan lupa vote dan komen ya! 💌

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 26 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Laboratorium Where stories live. Discover now