Mima, wanita itu berjongkok dihadapan Lova yang duduk tak berdaya di atas kursi rodanya. Tangannya terulur menggapai tangan kurus Lova dan menyalurkan kehangatan pada gadis itu.

"Makasih," ucap Mima dengan nada lirih. "Makasih karena udah mencoba selamatin gue. Meskipun hubungan kita gak pernah baik, makasih karena udah jadi musuh yang gak nyerang disaat gue lemah. Gue ... udah maafin lo."

Kedua mata Lova terpejam, membiarkan aliran air mata merembes ke pipi hingga lehernya.

Andai bisa Lova ulang waktu, banyak hal yang ingin ia rubah. Salah satunya adalah, menjadi manusia yang tidak pernah menyakiti siapapun.

•Beloved Staff•

Berdamai dengan keadaan maupun diri sendiri itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Banyak orang bilang, sebagai manusia tugas kita hanya perlu bersyukur dan tidak banyak mengeluh, sedangkan terkadang bahan untuk bersyukur itu sendiri sedang tidak berada dalam genggaman mereka.

Banyak hal sebenarnya jika kita lebih memerhatikan terhadap detail sekecil apapun, jika kita mulai memahami fase cara dunia bekerja, maka hati kita akan merasakan lebih banyak legowo ---karena sudah paham bahwa begitulah hidup. Tidak menaruh banyak harapan namun juga tidak menghapus harapan tersebut sepenuhnya. Segalanya memerlukan kadar yang pas, karena sesuatu berlebihan itu tidak pernah membawa kebaikan apapun.

Orang yang sekarang sudah dapat tersenyum penuh kelegaan bukan berarti hidupnya baik-baik saja. Coba tanyakan apa saja yang sudah direnggut dari mereka sehingga mereka sampai dititik ikhlas dan percaya pada apapun jalan Tuhan. Tidak ada guru tanpa murid, segalanya pernah merasakan kepahitan sebelum akhirnya dapat tersenyum tenang.

Apa yang datang, maka ada yang pergi. Ada yang hilang, maka akan tergantikan.

Dan Mima mulai menerapkan itu dalam hidupnya. Dia belajar untuk menjadi manusia yang lebih ikhlas terhadap apapun yang ia dapatkan, baik itu memuaskan atau tidak, Mima sudah bertekad dia tidak akan mengeluh, karena tandanya memang miliknya hanya sebesar itu.

Mima telah kehilangan banyak hal berharga dalam hidupnya. Kehangatan keluarga, cinta, dan juga sahabat. Namun Tuhan memberikan ganti yang jauh lebih baik.

Kehangatan itu dia rasakan saat berada di lingkaran keluarga Arlan, bersamaan dengan cinta pula yang Mima dapatkan. Ia dicintai secara tulus dan lebih baik. Pun Mima masih memiliki sahabat yang selalu ada untuknya serta nama Rosa akan tetap abadi dalam hatinya, meskipun raganya telah pergi.

Saat Mima melepas semua rasa sakitnya, merelakannya dengan lapang dada, maka ketenangan perlahan-lahan dia rasakan dan Mima bisa menjalani hidupnya secara bebas tanpa terbebani apapun.

"Cantikan warna pink yang ini deh menurut Mama. Itu terlalu gonjreng pinknya, Mima!" Berbelanja dengan ibu-ibu itu terkadang lebih ribet dari apapun, bisa dibilang level ribet Mega berpuluh-puluh tingkat diatas keribetan Mima ketika berbelanja.

Selain itu ternyata Mima baru sadar kalau mempersiapkan pernikahan bisa sangat semelelahkan ini, bahkan berat badannya berhasil turun tanpa dia melakukan diet apapun setelah mengerjakan beberapa urusan. Kebanyakan yang memakan berat badannya adalah banyak hal yang Mima pikirkan, karena masukan dari berbagai pihak jadinya isi kepala Mima selalu bentrok setiap harinya.

Seperti sekarang ini contohnya. Beli bahan untuk seragaman keluarga saja Mima sampai debat pendapat beberapa kali dengan mamanya, tahu begini tadi Mima pergi sendiri saja.

"Ini gak gonjreng, Ma. Ini namanya rosegold. Warnanya cakep begini kok, gak norak!" sanggah Mima ketika Mega lagi-lagi tak menyetujui idenya.

Namun Mega nampaknya tetap keukeuh pada pilihannya. "Menurut Mama bagusan ini. Sekarang tuh lagi musimnya warna coquette begini loh, Mama lihat di sosial media."

My Beloved Staff (TAMAT)Where stories live. Discover now