Percakapan yang belum terselesaikan

3 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Happy Reading🙌

Di keluarga ndalem, seorang pria sedang menangis dengan berlutut di hadapan seorang wanita.

Pria tersebut adalah seorang Gus yang terkenal di pondok nya, dengan nama panggilan Gus Azzam, ia sedang berlutut di hadapan ummi nya.


"Ummi, Azzam ga ada hubungan apa-apa sama Ustadzah tadi. Azzam hanya menyukai seorang santriwati yang pasti sudah ummi ketahui namanya." Ucap Gus Azzam.

"Na'am, Ummi tau kamu sedang mengagumi Azizah. Tapi kenapa kamu bertemu dengan Ustadzah itu hanya berdua?. Kamu tau kan jika hal tersebut bisa menimbulkan fitnah, apalagi sampai ada orang yang melihatnya." Ucap Ummi Azzam.

"Apa yang kamu bahas dengan Ustadzah itu, sampai harus berdua di satu ruangan." Ucap ummi lanjut.

"Azzam tidak berbicara apa-apa ummi, dia yang duluan memulai. Hingga Azzam harus membentak nya, karena dia ingin menyentuh tangan Azzam." Ucap Gus Azzam membalas perkataan ummi nya.

"Hm, kamu tidak boleh sampai membentak wanita Azzam. Dia memang salah, karena ingin menyentuh tangan mu. Tapi perbuatan mu juga salah." Ucap Ummi menasehati.

"Tapi, ummi ingin tahu. Kenapa bisa sampai dia ingin menyentuh tangan mu nak. Kamu belum menceritakan apa yang dirimu bahas dengan Ustadzah itu?" Ucap ummi  bertanya.

"Hm, Azzam akan menceritakan nya nanti ummi. Azzam harus pergi ke masjid, permisi." Ucap Azzam yang tidak ingin membahas perkara dengan Ustadzah itu.

"Na'am." Balas ummi singkat.

🪴

Adzan Maghrib akan segera dikumandangkan.

Hafidz, ia yang akan mengumandangkan adzan dengan suara merdu nya. Dan selain itu ini adalah tugas nya hari ini, untuk mengumandangkan adzan di masjid pondok At-Takwir.

Saat Hafidz ingin mengambil suatu alat untuk pengeras suara saat menjadi imam. Ia dikejutkan saat seorang pria tiba-tiba mengambil alih alat itu.

"Hm, apa yang antum lakukan?" Ucap Hafidz yang sedikit terkejut.

"Sudahlah, biar saya saja yang menjadi imam. Kau pergilah." Ucap seorang pria tanpa permisi.

"Hm, tapi ini tugas saya." Ucap Hafidz.

"Sudahlah, kau pergi. Saya tidak ingin berdebat. Lagi pula ini pondok orang tua saya." Ucap nya sombong.

"Hm." Balas Hafidz dengan sabar.

Pria itu adalah Gus Azzam, ia ingin menjadi imam. Terutama untuk Azizah. Ia ingin Azizah mendengar suara nya. Azzam sudah mengetahui bahwa Azizah mengagumi diri nya. Niat Azzam dalam menjadi imam ini tentu salah, bukan nya ingin semakin dekat dengan sang pencipta. Malah ingin suara nya didengar oleh seorang wanita.

Sholat maghrib pun dimulai, hingga selesai. Uswatun yang berada di sebelah kiri Azizah pun bertanya.

"Zaa, itu kayaknya suara Gus Azzam deh. Tapi bukannya hari ini jadwal nya seorang santri bernama Hafidz ya? Si pengurus cuek itu." Ucap Uswatun bertanya, diam-diam dirinya tersenyum karena yang mengumandangkan adzan adalah orang yang ia kagumi.

"Hm, ane gatau." Balas Azizah.

"Masyaallah, suara nya merdu sekali." Gumam Azizah lanjut yang masih terdengar oleh Uswatun.

AZIHAFWhere stories live. Discover now