struggle ((h.s))

Mulai dari awal
                                    

"Aku bawa bagel yang biasa kau beli. Masih hangat. Ini rasa kesukaanmu lho." Harry menyodorkan kantung coklat itu ke pangkuan Cara.

"Aku tidak lapar," balas Cara lagi. "Bawa saja keluar."

"Tidak mau," Harry akhirnya bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke meja. "Aku taruh di sini ya, siapa tau kau tiba-tiba lapar."

Cara hanya diam dan melirik Harry lalu kembali menyibukkan dirinya dengan ponsel.

Harry terdiam. Berpikir apa yang akan dikatakannya setelah ini. "Oh, ya," Harry ingat sekarang apa yang akan disampaikannya. "Jangan lupa minum air yang banyak, nanti kau dehidrasi seperti minggu lalu. Mumpung aku di sini, aku jadi bisa mengingatkanmu."

Cara tidak menggubris ucapan Harry. Ia hanya memutar matanya dengan sebal. Cerewet sekali pria yang satu ini padanya.

"Cara, apa kau mendengarkanku?" Harry menatap Cara dari tempatnya berdiri. Pria itu sabar menunggu jawaban Cara yang terdengar beberapa menit kemudian.

"Aku pasti mendengarmu, Styles. Kau bicara terus seperti kau ini ibuku. Malah mungkin lebih darinya." Cara memandang Harry yang berdiri selurusan dengannya. Pria itu benar-benar keras kepala. Memangnya dia tidak bosan sering datang ke lokasi syutingnya?

Harry tersenyum kecil. "Baguslah kalau begitu."

"Sudah kan? Besok tidak usah datang lagi. Aku bukan anak kecil yang perlu diingatkan lagi, apalagi olehmu. Kau bahkan bukan ibuku atau siapapun."

"Kalau besok aku akan datang, aku nanti mengabarimu kok. Tenang saja."

Cara menghela napasnya. "Harry, apa ini sudah keseribu kalinya aku berkata padamu? Kau tidak perlu datang atau mengingatkanku ini itu. Aku tidak menyukainya. Kutegaskan lagi ya, mulai besok jangan mencoba menghubungiku atau yang lainnya."

"Kenapa?" Wajah Harry jadi muram. Ia ingin menjadi keras kepala seperti biasanya tapi melihat ekspresi Cara, Harry jadi mengurungkan niatnya.

"Aku sudah muak denganmu."

Harry tidak pernah mendengar kalimat Cara yang satu itu. Ini kali pertamanya ia merasa menciut di depan Cara. Kepalanya tertunduk dan hatinya mendadak terasa berlubang. Cara belum pernah sekesal ini pada Harry dan ini membuat Harry jadi tidak tenang.

"Baiklah," Harry menatap mata Cara dalam-dalam. "Jika itu memang yang kau mau. Jagalah dirimu baik-baik, Cara."

Harry berbalik ke arah pintu lalu melesat pergi. Cara masa bodoh dengan pria yang sudah berusaha mendekatinya sejak lama. Ia risih sekali dengan kehadiran Harry. Semoga saja besok dia bisa lebih tenang.

Pagi harinya, Harry membuktikan apa yang sudah ia katakan. Pria itu tidak memunculkan batang hidungnya sama sekali di lokasi syuting Cara. Tidak juga ada tanda missed call di ponsel Cara yang disertai nama Harry saat Cara tadi bangun pagi.

"Kenapa mawar di ruanganku sudah jelek begini?" ucap Cara pada salah satu asistennya.

Charlie yang berada di dalam ruangan itu pun menyela, "Karena yang biasanya memberimu mawar sudah berhenti."

Cara mengernyitkan dahinya lalu menyesap kopi di dalam cangkir putih di genggamannya. "Siapa yang membuat kopi ini?"

Semua asisten Cara saling lirik satu sama lain. Akhirnya seorang wanita maju dan mengaku bahwa kopi itu buatannya. Cara mendesah. "Kau tahu kan berapa sendok gula yang harus kau masukkan ke dalam kopiku?"

Charlie tidak tega melihat rekannya ditegur oleh Cara sehingga ia menjawab, "Maaf, Cara. Seharusnya aku yang membuatkan kopi untukmu. Tapi aku serahkan padanya."

painkillersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang