8. Masa Beta Tester itu Sulit

1.1K 228 24
                                    

Saat tiba di kediaman Crissalo, Adrian sudah tidak sabar untuk membawa Arthevian ke kamar barunya, sekaligus mengelilingi kediaman yang akan menjadi rumahnya ini. Jadi, kakak dan si kecil saat ini sedang berjalan-jalan di kediaman Crissalo, yang ukurannya tidak jauh berbeda dengan kediaman Montrose.

Sementara itu, kedua pasangan suami-istri Crissalo sedang melakukan percakapan pribadi di ruang kerja Marquis. Mereka duduk berdampingan di atas sofa.

Lucille mengembuskan napasnya. "Arthevian, seberapa kejamnya Duke sampai dia membuang putranya sendiri?"

Aaron mengangguk, setuju akan opini Lucille. "Bahkan kedua kakaknya tidak memedulikan Arthevian. Aku tidak bisa membayangkan, Arthevian akan tumbuh di keluarga sadis itu. Anehnya, Duke lebih memilih untuk mengurus putri angkat daripada putra kandungnya sendiri."

"Suamiku." Lucille agak bersandar kepada Aaron. "Aku merasa sedih. Saat aku menggendong tubuhnya, Arthevian sangat ringan. Ukuran tubuhnya bahkan lebih kecil daripada anak-anak seusianya."

"Itu karena dia pasti kekurangan nutrisi. Arthevian tidak diberikan makanan yang bergizi dengan benar sehingga menghambat pertumbuhannya."

"Duke Montrose, bukankah dia terlalu kejam? Walaupun kehilangan istrinya, bukan berarti dia bisa melampiaskan kesalahan pada Arthevian, 'kan?"

Aaron merangkul sembari mengelus lengan istrinya dengan lembut. "Sayang, tahukah kamu? Saat aku bertemu dengan Duke Montrose pagi ini untuk bicara baik-baik soal Arthevian, lalu mengatakan tujuanku bahwa jika Duke tidak ingin mengurus putranya, lebih baik dia menyerahkan Arthevian pada kami."

Sepasang manik biru Lucille menelisik suaminya. "Ya, lalu ada apa?"

Di kedua mata emas Aaron, tampak ada kemurkaan samar yang terkaca dalam sorotnya. "Duke membalas, bahwa aku tidak bisa mengambil anaknya. Dia adalah putra Montrose, bagian dari Montrose. Lalu, aku kehilangan kesabaranku, mengatakan jika Duke bahkan tidak layak untuk menjadi seorang ayah ketika dia sudi membuang putranya sendiri dan membuat Arthevian hidup menderita! Dan dia bahkan tak bisa membalas kalimatku, hanya termenung, seolah menyadari kesalahannya."

Lucille mengerutkan dahi. "Lalu, suamiku, jika Duke memiliki rasa kasih sayang terhadap Arthevian, mengapa dia membuang putranya?"

"Kasih sayang?" Aaron mengangkat sebelah alisnya.

"Benar, kasih sayang. Duke Montrose menyayangi Arthevian. Aku yakin dia menyayangi Arthevian jika dia tak rela Arthevian dibawa pergi, lalu mengatakan bahwa dia adalah putra Montrose. Lantas, apa yang membuat Duke membuang putranya terlepas dari rasa kasih sayang yang dia miliki terhadap Arthevian?"

Aaron kehilangan kata-kata. Dia memandang istrinya dengan pelik.

Duke Montrose menyayangi Arthevian. Itu adalah opini tak masuk akal bagi Aaron. Jika memang Duke menyayangi putranya, dia tidak akan tega membuat putranya hidup dengan menderita selama itu. Jikapun Duke memiliki ego yang tinggi dalam mengungkapkan kasih sayang, bukankah Arthevian tidak harus menjadi anak buangan yang bahkan kesulitan bertahan hidup sendirian, mengandalkan kedua tangannya sendiri untuk melindungi tubuh mungilnya?

Aaron memiliki beberapa hipotesis jika Duke masih memberikan Arthevian makanan yang cukup untuk bertahan hidup, tapi tidak cukup untuk menjaga kesehatannya. Jadi, jika Duke setidaknya kesulitan mengungkapkan kasih sayangnya pada Arthevian, bukankah dia tidak harus membuang Arthevian ke paviliun yang memiliki jarak sangat jauh dari kediaman utama, membuat dia merasa kesepian dan terisolasi dari tempat yang seharusnya disebut rumah?

"Istriku, saat ini pemikiran itu sudah tidak penting," ujar Aaron pelan, dia mengukir senyuman lembut. "Saat ini, yang paling penting adalah memikirkan bagaimana cara membuat Arthevian bahagia di rumah ini. Kemudian, kita juga harus memberikan nutrisi yang cukup untuk tubuhnya!"

Anak Buangan DukeUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum