Bab 4 - Bertemu janda

Mulai dari awal
                                    

.
.

Setelah berjalan kaki sekitar lima belas menit, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah tradisional yang ukurannya sedikit luas dengan beberapa lampion menghiasi terasnya.

"Kita sampai, ini rumahku. Ayo masuk, anggap saja rumah sendiri". Pak Yifan melangkah masuk melewati gerbang rumahnya yang terbuka, Wang Yibo mengikutinya di belakang. Hampir saja kakinya tersandung karena ada penghalang yang tingginya sejengkal di gerbang itu.

Rumah-rumah tradisional yang di desain dengan pintu tergantung.

"Istriku! Aku pulang!". Seru pak Yifan sembari membuka pintu rumahnya.

"Selamat datang kembali suami, ayo! Sarapan sudah siap. Eh-? Siapa yang kau bawa?". Sahut seorang wanita paruh baya yang keluar dari balik tirai pembatas.

"Yibo, perkenalkan. Dia istriku, Ling'er. Dan istri, dia anak yang ku ceritakan semalam". Pak Yifan memperkenalkan mereka berdua.

Wang Yibo membungkuk memberi hormat seperti yang ia lakukan saat bertemu pak Yifan untuk pertama kalinya, istri si kepala desa itu tersenyum.

"Sudahlah, sudah. Jangan bersikap formal, kau akan menjadi anak kami selama di sini. Panggil saja aku ama, ayo masuk, kita sarapan". Ujar wanita paruh baya itu sembari melambaikan tangannya seolah mengajak.

Pria berkepala plontos yang menjabat sebagai kepala desa itu menceritakan tentang dirinya sembari menyantap sarapan pagi khas pedesaan. Wang Yibo menyimak sambil menikmati kelezatan dari semangkuk bubur hangat yang diberi telur mentah di atasnya.

Pria yang bernama lengkap Wu Yifan itu memiliki lahan pertanian yang ditumbuhi berbagai jenis sayuran, dan baru-baru ini pak Yifan memperluas lahannya sehingga membutuhkan tambahan orang.

"Anggaplah rumahmu sendiri Yibo, kami orang tuamu selama di sini. Oh, iya kau akan ku perkenalkan kepada putraku nanti". Ujar pak Yifan, Wang Yibo meringis mendengarnya.

'Menganggap rumahnya seperti rumahku sendiri? Hahaha, yang benar saja'. Batin Yibo miris, kalau benar seperti itu bisa-bisa Wang Yibo dikatai kurang ajar. Pemuda itu hanya bisa membalas dengan anggukan canggung, dan si pria paruh baya kembali tertawa diikuti tawa istrinya.

TOOKK... TOOKK.. TOOKKK...

"Permisi!!".

Suara ketukan dari balik pintu diiringi sahutan sebuah suara yang terdengar lembut di telinga Yibo menghentikan tawa dari si pemilik rumah.

Ama Ling'er bangkit dari kursinya. "Aku akan membukanya, kalian lanjutkan saja". Ujar wanita paruh baya itu kemudian berjalan menuju pintu, jaraknya tidak jauh dari meja makan. Sepasang mata tajam milik Yibo mengikuti pergerakannya.

CEKLEK~

"Oh! Zhanzhan, ama hampir lupa. Ayo masuk, ikut sarapan bersama kami". Dari balik pintu sosok menawan dengan sebuah keranjang berisi buah delima ditarik masuk oleh istri si kepala desa. Dengan senyuman lebar, wanita paruh baya itu tanpa merasa bersalah menyeret tamunya ke meja makan.

Sementara yang di seret hanya bisa tersenyum kikuk menyapa sang kepala desa.

Sedetik kemudian, ketika sosok menawan itu menatap wajah asing yang ada di ruangan, Wang Yibo terpana. Tanpa sadar mulutnya terbuka dan sendok yang ia pegang terjatuh menimbulkan bunyi nyaring.

"Astaga". Gumamnya, pak Yifan dan istrinya tertawa pelan melihat tingkah konyol pemuda tampan itu.

Sepasang tangan lentik dengan jari-jari ramping yang sedikit berurat menyodorkan sebuah sendok di hadapannya, Wang Yibo mendongkak. Kedua pasang mata dengan bentuk yang berbeda itu bertemu.

'Cantik'.

"Sendok mu terjatuh". Ujar si pemilik tangan sembari tersenyum. Bibirnya yang semerah buah ceri dihiasi titik kecil di bawahnya membuat jantung Wang Yibo berdetak dua kali lipat melihatnya.

"Zhanzhan, sepertinya Yibo terpana olehmu hahahaha". Sahutan pak Yifan membuat Wang Yibo kembali tersadar dan menggeleng pelan.

"Te- terimakasih". Ujarnya sedikit gugup sembari mengambil sendok miliknya dari tangan indah itu.

Si empunya tangan kembali tersenyum dan jantung Wang Yibo kembali menggila.

"Ama, buahnya ku simpan di sini saja ya. Aku pamit pulang". Ujar sosok menawan yang bertangan indah itu.

"Kenapa buru-buru? Kita sarapan dulu Zhanzhan". Tanya Ama Ling'er, yang dipanggil 'Zhanzhan' itu menggeleng pelan.

"Tidak ama, anak ku menungguku di rumah".

JEDER!!!

Bagai tersambar petir di siang bolong. Mendengar kata anak yang keluar dari mulut indah itu membuat Wang Yibo langsung menoleh menatap sosok itu dengan wajah terkejut.

Keterkejutannya dibalas senyuman menawan.

"Kalau begitu aku pulang dulu ama".

Sampai punggungnya menghilang dibalik pintu yang kembali tertutup, Wang Yibo masih mempertahankan wajah terkejutnya, ama Ling'er tersenyum geli melihatnya.

"Yibo, kau menyukainya?". Tanya ama, Wang Yibo menoleh tanpa sadar ia mengangguk karena sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. "Dia Xiao Zhan, janda kembang beranak satu. Jika kau menyukainya, maka sainganmu banyak". Lanjutnya.

"Janda?". Tanya Wang Yibo, dalam hati ia bersorak karena ternyata sosok menawan itu seorang janda.

"Iya, putranya laki-laki dan masih kecil. Nanti siang ikut ama, kau akan bertemu lagi dengannya".

"Mn, baik!".

Acara sarapan pagi itu ditutup dengan tawa si kepala keluarga yang menggelegar memenuhi seisi ruangan karena melihat tingkah laku pemuda jangkung yang baru ditemuinya pagi ini.

Acara sarapan pagi itu ditutup dengan tawa si kepala keluarga yang menggelegar memenuhi seisi ruangan karena melihat tingkah laku pemuda jangkung yang baru ditemuinya pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

TBC

Sampai sini gimana guys? Kalau responnya kurang mau kuganti aja, aku takut terlalu kaku 😭

Tetap semangat puasanya guys 🤗✨

#kapalselamantikaram

Ban,2024.

Ineffable - Indescribable [YiZhan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang