"Ya sudah." Ucapku sambil mengalihkan pandangan.

Setelah itu kami pun turun dari bis, melihat suasana alun-alun yang lumayan ramai. Udara juga sangat sejuk karena hujan baru saja reda.

"Ke toilet dulu yuk!" ujar Livia, aku langsung saja mengikutinya.

"Ngantri." Ucapku melihat toilet yang lagi-lagi penuh.

Kami pun pergi untuk melihat-lihat suasana alun-alun kota Bandung. Kini aku bisa merasakan suasana Bandung seperti apa, aku juga bisa melihat secara langsung tempat-tempat yang sering aku temukan di pinterest, ternyata lebih indah dilihat secara langsung.

Aku melihat penjual perintilan-perintilan seperti gelang, kalung, gantungan ponsel dan sebagainya.

"Liv, beli itu yuk!" ucap ku sambil menunjuk penjual perintilan-perintilan itu.

"Ayo!" kami pun segera menghampiri penjualnya.

"Ayo neng mau apa? Gelang, kalung? Atau gantungan buat hp nya?" ucap Amang penjualnya.

Kami pun memilih-milih, banyak sekali pilihan aku sampai bingung, namun aku lebih tertarik pada gantungan ponsel. Kami lumayan lama memilih, sampai pada akhirnya jatuh pada gantungan ponsel yang berwarna hitam yang harganya 15.000 persatuan nya.

Setelah itu kami berkeliling mencari pedangan makanan, kami pun menemukan pedagang bolu susu yang katanya enak sekali, membeli bolu almond dan Livia membeli bolu susu nya.

Kami kembali berkeliling, banyak sekali teman-teman yang berpencar, ada yang berfoto, jalan-jalan, bahkan yang celingak-celinguk pun ada. Banyak sekali UKM-UKM yang menawarkan produk nya, ada minuman coklat, keripik pisang, dan banyak lagi.

"Liv, foto yuk?" ajak ku pada Livia.

"Boleh deh." Jawab Livia.

Aku melihat Cyla yang sedang bengong sendirian, "Cyla, boleh minta tolong fotoin?" tanya ku pada Cyla.

"Boleh kok!" jawab Cyla, Livia memberika ponselnya pada Cyla. Kami pun berpose, sejujurnya aku mati gaya.

"Makasih Cyla!"

"Iya sama-sama."

Aku melihat Arvian dan Baskara sedang berdiri di depanku, lumayan jauh terhalang oleh jalan masuk menuju parkiran, entah sedang apa. Setelah itu mereka langsung pergi sedikit berlari.

Seorang laki-laki menghampiri kami, "halo kak, boleh minta waktunya sebentar, gak sampai 10 menit kok!" ucap laki-laki itu, kita sebut saja namanya Abang UKM.

Memang dasarnya aku baik hati, aku jawab iya iya saja:v. "Iya, kenapa ya kak?"

"Jadi gue dari UKM *** nawarin kakak buat beli produk yang kita produksi, yaitu minuman coklat ini. Temannya juga udah banyak yang beli!" ucap Abang UKM sambil menunjukan foto Arvian dan Baskara sambil memegang minumannya.

Mataku terbelalak, aku langsung menatap Livia. Ternyata tadi itu mereka sedang di tawari UKM minuman ini?

"Minuman yang kita buat ini dari coklat premium lho kak, masa teman nya udah beli, lu gak sih kak?" lanjut Abang UKM.

"Berapa harganya?" tanya ku.

"25.000 ribu aja kak!" Aku tercengang ketika mendengar harganya.

Karena Livia malas berlama-lama, mau tak mau kami pun membeli minuman itu dengan harga tersebut.

"Gue boleh foto kalian gak? Buat di masukin story IG kita?" tanya Abang UKM.

"Iya sok." Jawabku. Setelah itu kami di foto dengan tangan yang memegang minumannya.

"Akun IG nya apa kak? Biar gue tag." Aku pun langsung mengetik nama akun IG ku.

"Nah sip, gue tag ya!"

"Kak, boleh kirim foto tadi gak?" tanya ku

"Boleh boleh, itu gue udah follow akun IG lu, follback dulu!" Aku pun langsung memeriksa ponselku dan membuka Instragram dan langsung mengikuti balik akun IG UKM itu.

Abang UKM itu pun langsung mengirimkan foto ku dan Livia, "sekalian foto yang cowo tadi dong!"

"Okay, sebentar gue kirim semua ya." Abang UKM itu pun langsung mengirimkan foto Arvian dan Baskara, tapi ternyata Wisata juga ada.

"Wah makasih ya, kak!" ucap ku antusias, ketika melihat foto Arvian sudah ada di galeri ku.

"Iya sama-sama, makasih kembali!"

Aku melihat ke samping, tunggu. Kemana perginya Livia? Aku ditinggal sendirian? Di keramaian? Di daerah yang tidak aku kenal? Yang benar saja, apalagi tidak ada teman-teman serombongan di dekat situ. Apalah Livia apalah, akupun mencarinya ke toilet, untung saja Livia benar ada di toilet, jika tidak mungkin aku akan menangis untuk yang kedua kalinya.

"Kok di tinggalin?"

"Kebelet, maaf." Jawab Livia.

Setelah dari toilet, kami kembali ke bis untuk menyimpan barang-barang dan kembali berkeliling.

"Beli minum yuk, haus." Ucapku

"Ayo ayo, cape banget sumpah!" jawab Livia.

Aku pun dan Livia menghampiri penjual minuman pop ice, Nutrisari dan sebagainnya.

"Amang, mau dong Nutrisari rasa semangka." Ucapku pada Amang penjualnya.

"Boleh, neng satunya mau rasa apa?" tanya Amang penjualnya pada Livia.

"Samain saja deh!"

"Oke deh," jawab Amang penjual sambil membuatkan pesanan kami.

"Kalau ditawarkan UKM-UKM itu, jangan mau neng, mahal 25.000an!" ucap Amang penjual.

"Yah, telat Amang ngasih tahunya, udah jadi korban aku." Jawab ku, mataku melihat Devon berdiri di belakang Livia. Darimana makhluk itu datang?.

"Nih neng!" Amang penjual memberikan minuman pesanan kami.

"Jadi berapa, mang?" Tanyaku

"10.000 aja, satunya 5.000!" Aku pun bergegas membayar nya.

Kami pun pergi, kali ini mau tak mau aku harus ikut bersama Livia dan Devon, mata ku tak sengaja melihat Cyla yang berjalan dibelakang Zellin dan Kemal, ternyata Cyla juga bernasib sama sepertiku.

Kami menyebrang, aku memegang baju Livia sambil menutup mata sedikit, jujur aku takut, apalagi jalanan ramai sekali.

Kami berjalan menuju orang-orang yang cosplay sebagai hantu-hantu yang ada di Indonesia, ada juga yang cosplay Naruto dan Ironman. Ada juga yang cosplay sebagai valak dan banyak lagi.

"Wih Dev, cewe lu banyak juga?" ucap Steven yang berada dibelakang kami.

Aku menatap nyelang pada Steven, ternyata ada Arvian juga. "Apaansih, Ven?!"

Arvian terlihat tidak peduli sama sekali, dia malah terus berjalan. Asal kamu tahu, Arvian. Gue suka sama lu! Peka dikit kek!! Coba aja kita tuh saling suka, mungkin saat itu gue gak akan bete karena harus ngintilin Livia sama Devon yang quality time.

Livia dan Devon berfoto dengan Valak yang berwarna putih, sedangkan aku hanya melihat saja.

"Neng, kok mau sih nemenin orang pacaran?" Tanya Amang yang cosplay Ironman.

"Kepaksa ini juga mang!" Jawabku sambil merutuki diriku sendiri, kasihannya aku.

Setelah itu kami kembali ke bis, karena waktu sudah menunjukkan jam 5 sore.

BANDUNG BERCERITAWhere stories live. Discover now