CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 04: KELUARGA BARU ]

Start from the beginning
                                    

"Gue masih sebel sama lo, tapi lihat lo begini bikin gue jadi iba." lanjutnya.

"Eunghhh.."

Suara lenguhan samar tertangkap oleh indera pendengaran Yuno. Lelaki itu dengan sigap langsung berjalan mendekati ranjang Anna dan melihat kalau Anna sudah sadarkan diri.

"Anna, you okay?" tanya nya yang tidak dibalas oleh Anna.

Yuno seketika teringat kalau tadi bunda berpesan untuk memberi makan Anna dengan bubur yang sudah bunda masak di dapur. Lelaki itu bergegas menuju dapur untuk mengambil bubur itu untuk Anna. Meskipun dia tidak menyukai hal-hal seperti ini, tapi perintah bunda harus tetap dijalani.

Yuno masuk kembali ke kamar Anna dengan membawa nampan berisi segelas air mineral dan semangkuk bubur yang untungnya bisa di hangatkan pakai microwave.

"Nih makan dulu. Tadi bunda bilang lo harus makan apapun yang terjadi biar lambung lo nggak sakit." ujar Yuno sambil menaruh nampan itu di meja samping ranjang Anna.

Tidak ada respon dari Anna. Yuno menoleh dan mendapati gadis itu sedang menatap kosong entah kemana. Anna kelihatan sangat frustasi dan terpukul kehilangan sang kakek.

"Roseanna, ayo makan dulu. Gue nggak minat ngajakin lo debat karena mengingat keadaan lo sekarang. Jadi khusus hari ini lo yang harus nurut sama omongan gue. Come on, get up and eat the porridge."

Masih tidak ada respon dari Anna. Yuno hampir saja mengumpat kesal kalau tidak ingat keadaan seperti apa yang tengah terjadi sekarang.

Oke, khusus hari ini dia akan menurunkan semua ego dan harga diri nya demi menuruti perintah bunda untuk menghibur Anna yang sedang dalam kondisi berduka.

Mangkuk bubur yang masih di nampan dia ambil dan di sodorkan tepat di depan Anna, berharap gadis itu tidak lagi melamun. Tapi Anna masih belum juga mau bereaksi. Yuno jadi frustasi sendiri.

"Apa perlu gue suapin biar lo mau makan?" tanya nya. Yuno tidak benar-benar yakin dengan ucapannya itu. Dia hanya sedang berusaha menarik atensi Anna.

"Kakek.." suara lirih nan samar keluar dari mulut Anna yang bergetar. Air mata mulai mengumpul di pelupuk mata nya dan siap untuk terjun membasahi wajah nya yang pucat.

"Setelah lo makan dan minum obat, gue bakal anterin lo ke tempat pemakaman kakek."

Kali ini Anna merespon ucapan Yuno. Gadis itu menoleh menatap Yuno dengan tatapan sendu.

"What should i do?"

"Bangun dan makan bubur nya. Jangan siksa diri lo sendiri. Semua orang tau lo lagi berduka, tapi mereka juga nggak mau lihat lo terus-terusan terluka. I can't give sweet words to comfort you. Jadi cepat makan bubur nya, setelah itu kita berangkat ke tempat pemakaman kakek."

Sebenarnya Yuno tidak bermaksud berbicara dengan nada yang tak ramah begitu. Tapi entahlah, dia merasa aneh saja di hadapkan oleh situasi seperti ini dan hanya berduaan saja dengan Anna.

"Aku nggak lapar."

"Meskipun lo bilang nggak lapar, tapi lambung lo berkata lain. I know how you feel now, Anna. Nggak ada yang lebih menyedihkan dari kehilangan sosok orang yang penting bagi hidup lo. But you have to be patient and sincere. Separation is always the end in human life."

Anna melihat Yuno dengan tatapan membingungkan. Tidak ada yang menebak isi pikiran gadis itu sekarang.

"Oke, aku makan bubur nya. Tapi biarin aku sendirian di kamar. Aku lagi butuh waktu sendiri."

Yuno menatap Anna dengan mata memicing curiga. "Lo nggak ada niat untuk mencelakai diri sendiri karena frustasi kan?"

"Nothing. Aku cuma lagi butuh waktu sendirian."

[6] MY DRAFT (JAEROSE)Where stories live. Discover now