DEAR JEFF [BAB 4: YANG KETIGA KALI]

599 80 12
                                    


Hari masih cukup pagi tapi Jeffrey yang semalam tidak pulang ke rumah sudah mendapat kabar dari rumah sakit kalau Rosie si perempuan berjilbab yang semalam menjadi korban pelecehan sudah tidak ada di kamar rawat nya.

Tidak ada yang melihat Rosie keluar dari kamar apalagi rumah sakit dan tidak ada yang tau dimana perempuan itu sekarang. Jeffrey merasa cukup khawatir karena diagnosis dari dokter semalam mengatakan kalau Rosie mengalami trauma yang cukup parah.

Tapi kemana sekarang pergi nya Rosie. Seharusnya kondisi perempuan itu belum memungkinkan untuk pulang. Terlebih dokter juga mengatakan kalau Rosie tidak menghubungi keluarga nya sama sekali.

Masalah perempuan itu kenapa bisa membuatnya tidak nyaman seperti ini. Jeffrey adalah Kepala Kepolisian yang sebelumnya juga sudah sering menangani kasus seperti ini, atau malah lebih parah dari ini.

Dia tidak melakukannya karena perempuan itu adalah perempuan yang suara nya menjadi penghantar ketenangan untuknya sekarang, kan?

Tok.. Tok..

Suara ketukan di pintu ruangan nya sukses membuat lamunan Jeffrey buyar. Lelaki itu berseru menyuruh si pengetuk pintu untuk masuk.

"Sibuk banget sampai chat terakhir aku gak di bales?"

Jeffey mendongak dan mendapati Agnes sedang berjalan mendekati meja kerja nya dengan bersedekap tangan dan raut wajah yang kesal.

"Beberapa hari ini aku jarang di kantor, sayang. Banyak laporan dimana-mana dan aku harus dampingin wali kota kunjungan ke beberapa tempat."

"Cuma balas chat aku kan gak butuh waktu banyak. Kamu balas cuma 'oke' aja udah bikin aku seneng kok."

Jeffrey menghela nafasnya lelah. Dia belum sempat istirahat banyak dari kemarin karena pekerjaan nya sungguh sangat menguras waktu dan tenaga. Dia agak malas menanggapi pacar nya yang tengah merajuk hanya karena chat yang tidak di balas.

"Kalau aku ada waktu bukan cuma chat kamu yang aku balas. Tapi aku bakalan langsung telepon kamu. Sayangnya aku gak ada waktu cuma buat balas chat lain. Aku sibuk banget, sumpah."

Agnes berdecak malas. Dia berjalan lebih dekat ke arah Jeffrey.

"Kamu lagi jadi bahan omongan di luar tau."

"Bahan omongan apa?" tanya Jeffrey dengan dahi berkerut.

"Semalem kamu nanganin kasus pelecehan sama pencurian kan? Dan banyak orang yang lihat kamu gak kayak biasanya. Kamu kelihatan serem banget pas introgasi pelaku, soalnya kamu gak biasanya pakai emosi. Dan temen kerja aku di rumah sakit juga heboh pas lihat kamu sendiri yang nganter dan nanggung biaya pengobatan korban pelecehan itu. Kamu kenal sama korban nya, Jeff?" ujar Agnes panjang lebar.

Jeffrey tidak kaget, dia sudah mewanti-wanti kalau ini semua pasti akan jadi bahan omongan. Tapi tidak perlu jadi gosip murahan juga. Pasal nya yang dia lakukan semata-mata karena ingin membantu ke sesama.

"Aku lagi capek banget makanya ke-bawa emosi. Tentang korban itu aku gak kenal dia, cuma pernah dapet bantuan dari dia aja makanya aku merasa harus bertanggung jawab. Lagian aku ini Kepala Polisi nya disini, masa aku cuma diam aja lihat ada korban pelecehan." jawab Jeffrey. Namun sepertinya jawaban nya tidak cukup untuk memuaskan Agnes.

"Kan bisa suruh bawahan kamu yang lain. Kenapa harus kamu juga yang nanggung biaya dia. Temen-temen kerja aku jadi nyebarin gosip yang macem-macem tentang kamu tau." keluh Agnes merasa jengkel.

"Sayang, aku Kepala Polisi disini. Dan sisi kemanusian aku juga masih ada. Kenapa harus nyuruh bawahan aku kalau aku aja masih sanggup. Lagian ini cuma masalah ngebantu ke sesama aja kok. Kamu kenapa jadi sensitif gini?"

[6] MY DRAFT (JAEROSE)Where stories live. Discover now