menjauh justru didekatkan.

128 13 0
                                    

Sudah memasuki malam Minggu lagi dan lagi-lagi hal yang terjadi Minggu kemarin terjadi di minggu ini juga, Gaisha kesepian. Padahal, malam minggu itu identik dengan kumpul bersama keluarga atau teman. Tapi, sekarang Gaisha tidak sedang melakukan keduanya.

Sekarang Gaisha hanya duduk sendiri di gazebo halaman belakang rumahnya, hanya ditemani lampu temaram mengelilingi halaman belakang rumahnya dan suara jangkrik yang bersemayam pada tanaman hias rumahnya. Jangan ditanya ke mana kak Yudhis dan Mamanya pergi karena kakaknya itu lagi-lagi memilih menginap di rumah temannya sedangkan sang Mama sibuk mengurus pekerjaannya, nyaris setiap hariㅡMeninggalkan Gaisha sendirian di rumah meski ada beberapa asisten rumah tangga yang tinggal di rumah.

Jam pada pergelangan tangan Gaisha sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, tetapi kedua mata Gaisha masih belum mengantuk sama sekali. Ah, mungkin malam ini Gaisha akan memaksakan diri untuk berjaga dan menunggu Mamanya sampai pulang ke rumah.

"Non,"

Gaisha menoleh, "Ya.. Bi?"

"Udara malam ndak baik buat kesehatan, Non. Ayo, masuk rumah saja." Bujuk si Bibi dituruti Gaisha yang langsung masuk ke dalam rumah dan bahkan tanpa memberi kesempatan si Bibi berbicara lagi, Gaisha langsung masuk ke dalam kamarnya.

Menutup pintu kamar lalu duduk di tepi ranjang, Gaisha membuka layar handphonenya untuk sekedar mencari hiburan yang mungkin saja bisa menghilangkan rasa kesepiannya meski sebentar.

ㅡsalutationㅡ

"Gama! kamu pilih udahan belajarnya atau Bunda buang semua buku kamu?"

Teriakan melengking itu menembus tembok kamar Gamarka yang saat ini sedang sibuk mengerjakan tugas, padahal ini malam Minggu.

Brakahhh

Satria mendelik ngeri saat melihat pintunya dibuka secara tidak santai oleh Ibunda tercintanya, "Bunda.. pintunya bisa rusak loh."

"Bodoamat! Kamu pilih turun makan atau buku-buku kamu bunda buang?" Tanya Bunda membuat Gamarka berakhir menutup lembar buku tugasnya yang padahal sebentar lagi selesai.

"Aku turun aja, lagian nanti jika aku makan kok. Bunda gak percaya banget sama anaknya." Cibir Gamarka yang sudah menuruni tangga, mengabaikan sorakan Abang dan Ayahnya yang sedang heboh padahal hanya menonton bola.

"Kamu punya maag, ingat itu! Jangan telat makan, Gama." Omel sang Bunda yang ternyata ingin menemani Gamarka makan. "Udah pagi jarang sarapan, selalu pulang sore dan malam pun masih mau skip gak makan?" Omel beliau didengarkan Gamarka.

"Kena tipes baru kapok itu, Bun."

"Heh! omongannya!" Seru sang Ayah menegur sang sulung.

"Tapi, asam lambung bisa jadi sih." Ujar AbangnyaㅡTian Aksara, seperti sedang menyumpahi Gamarka.

"Gamarka jangan sampai sakit!" Wejangan sang Ayah.

Gamarka yang lagi asik makan hanya mengangguk aja, "Emang kenapa kalo aku sakit?"

"Kalo kamu sakit itu ngerepotin!" Jawab Tian.

"Tian! Omongannya buruk banget buat adeknya sendiri." Tegur Bunda setelah dari mengambilkan segelas air untuk Gamarka.

"Maaf, Bunda." Saut Tian cengengesan.

Beberapa menit kemudian Gamarka selesai makan, dia kembali ke kamarnya langsung tanpa ikut gabung Abang Tian dan Ayahnya yang sedang menonton bola

Ting!

Atensi Gamarka teralihkan pada handphone yang baru beberapa menit lalu ia charger, alhasil Gamarka menunda aktifitasnya untuk memastikan siapa yang chat dia.

iv. SALUTATIONDonde viven las historias. Descúbrelo ahora