Thalia memakai gaun pengantin yang amat mewah itu di bantu dengan beberapa pelayan. Dengan hati-hati, para pelayan berhasil memakaikan gaun tersebut ke tubuh Thalia. Satu demi satu rangkaian gaun dipasang sesuai tempatnya. Tiara dan kain penutup kepala juga sudah terpasang cantik di puncak kepala Thalia, para pelayan menatap Thalia dengan kagum, serta memeriksa ulang penampilan Putri Duke Aaron yang kini sudah berubah sangat cantik.

"Nona Nathalia sangat cantik!" Sahut pelayan menatap kagum.

"Bukan hanya sangat cantik. Tapi, luar biasa cantik." Timpal yang lain.

Thalia tertawa "Terimakasih. Mungkin akan lebih cantik lagi jika bersamanya." Balas Thalia membayangkan Ace berdiri di depannya memakai Tuxedo yang sudah ia rancang.

Pelayan yang tak tahu menanu tentang kehidupan Thalia hanya membayangkan junjungannya yang sempurna bersanding bersama Raja Ricard.

Thalia amat pandai menyembunyikan wajah sedihnya di depan orang lain. Dalam hati, ia amat khawatir jika benar-benar harus menikah dengan Ricard. Meskipun, ia bisa memberontak. Tapi, kali ini ia memakai gaun yang memang benar-benar terasa berat dan mustahil Thalia bisa bergerak bebas. Ia pasrah mengantungkan nasibnya kepada Tuhan yang di sembah di dunia fiksi ini. Jika ada keajaiban, maka Thalia berharap ia dapat kembali bebas dan bertemu dengan pujaan hatinya.

Tatapan Thalia berubah sendu ketika menatap cermin, pikirannya melayang entah kemana.

"Kau sangat cantik, sayang!" Suara bariton membuyarkan lamunan Thalia.

Netra emas madunya membola, ia melangkah mendekati sumber suara tersebut dan memeluknya erat untuk melepas rindu dan kesesakan di hatinya secara bersamaan. "Ayah!" Thalia tenggelam larut sedalam Duke Aaron memeluk erat putrinya, mencoba menenangkan hati putrinya dengan menepuk dan mengelus lembut punggung Thalia.

"Putri Ayah sudah besar! Kau sangat mirip dengan mendiang ibumu, Nak." Duke Aaron mengecup sekilas kening Thalia, "Bersabarlah, Nak! Ini pasti berakhir. Aku tahu dia tidak akan diam melihatmu menikah dengan Pria lain!" Ujar Duke Aaron menenangkan putrinya.

Thalia mengangguk "Pastinya Ayah! Aku percaya padanya!"

"Ayo kita ke Altar!" Ujar Duke Aaron.

***___***

Di depan Altar Ricard sudah menunggu. Pintu terbuka lebar, semua atensi yang menghadiri pernikahan fokus kepada pengantin wanita dengan gaun pernikahannya yang amat megah dengan corak yang tidak biasa. Melihat gaun pengantin wanita mengingatkan mereka kepada sosok pria dengan iris mata berwarna merah. Pangeran Kedua yang terkenal Tyrani.

Duke Aaron berjalan beriringan dengan wanita di sampingnya yang sudah tertutupi tudung pengantin. Wajahnya menunduk dan lebih memilih untuk diam.

Ricard tersenyum melihat pengantin wanitanya yang kini sudah berdiri di sampingnya. Duke Aaron kembali ke tempatnya dan perlahan menghilang dari ruangan tanpa semua orang menyadari.

"Kau sudah siap?" Tanya Ricard. Wanita itu mengangguk. Senyum Ricard semakin mengembang.

Seketika ruangan pernikahan menjadi hening. Pendeta mengucapkan beberapa doa sebelum ikrar janji suci di gaungkan.

Ratu Julie sudah tersenyum karena rencananya sedikit demi sedikit terlaksana. Ia percaya dengan memenuhi alur memori milik Ratu Julie maka ia dapat segera kembali ke dunianya. Ritual untuk penyempurnaan kekuatannya tinggal sedikit lagi. Baron Smith sudah diangkat dan di nobatkan sebagai Duke, kini sudah menetap dan menjalankan tugas sebagai Duke baru di wilayahnya berkuasa. Tinggal satu lagi memastikan Raja Liam yang hilang itu meninggal dan menikah dengan Smith.

Pendeta pun selesai membacakan doa. "Aku persilahkan kepada kedua mempelai untuk mengikrarkan janji suci setia di hadapan Dewi Penguasa Alam Keabadian."

"Saya mengambil engkau menjadi istri saya. Untuk saling memiliki dan menjaga. Dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, sehat maupun sakit, dan saling mengasihi dan menghargai sampai maut memisahkan. Sesuai dengan hukum dari Sang Dewi penguasa Alam Keabadian, inilah janji setiaku yang tulus." Ricard dengan lantang mengikrarkan janjinya.

Wanita di samping Ricard mengambil nafas panjang, berusaha untuk tidak salah dalam setiap kata yang mengalir darinya. "Saya bersedia mengambil engkau menjadi suami saya. Untuk saling memiliki dan menjaga. Dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, sehat maupun sakit, dan saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan. Sesuai dengan hukum dari Sang Dewi Penguasa Alam Keabadian, inilah janji setiaku untukmu."

Pendeta mengangguk "Janji suci telah di ikrarkan. Sesuai hukum dari Sang Dewi Penguasa Alam Keabadian. Kalian berdua resmi menjadi pasangan suami dan istri." Suara riuh tepuk tangan para tamu membuat keheningan seketika menghilang. Acara di lanjutkan dengan penyematan cicin pernikahan ke jari manis tangan  mempelai wanita. "Saya persilahkan kedua mempelai memberikan kasih sayangnya untuk pertama kali sebagai pasangan suami dan istri."

Pasangan suami istri tersebut saling berhadapan. Raja Ricard dengan ekspresi berbinarnya segera membuka tudung pengantin wanita yang menutupi wajah mempelai wanita. Kedua tangan kekarnya perlahan membukanya perlahan.

Netra biru lautnya menatap intens wanita di depannya, seketika senyuman pun menghilang. Kedua matanya bergetar melihat wanita cantik dengan senyum menawannya menatap penuh binar kearah pria yang ia cintai.

"Salsabila!" Ricard tertegun karena bukan Nathalia yang berdiri di depan matanya.

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now