Ricard mendengus "Baiklah aku lepas! Asal nanti aku bisa memelukmu lebih leluasa lagi." Jawabnya. Thalia melongo mendengar penuturan Ricard. "Aku tak menerima bantahan!" Sergah Ricard saat Thalia ingin mengeluarkan bantahannya. Pria itu segera melepas pelukannya. Gadis itu sontak membalikkan badan dan melayangkan sebuah pukulan sekuat tenaganya kearah Ricard.

Bug

Suara renyah yang dihasilkan akibat tinjuan yang Thalia berikan membuat laki-laki tersebut terhuyung kebelakang dan jatuh ke sofa. Sudut bibirnya robek dan mengeluarkan darah. Jemari Ricard mengelapnya dan tersenyum sinis. "Semakin lama kau semakin manis, sayang! Aku sangat menyukainya." Ujar Ricard menjilat darahnya sendiri.

"Ck! Akan aku beri kau lebih banyak bogeman lagi jika masih berani mendekatiku!" Ancamnya.

Thalia acuh tak acuh pada pria bernetra biru itu. Ia memilih untuk menjauh dan tenggelam dengan beberapa bentuk model baju pengantin. "Kapan aku bisa keluar dari kamar laknat ini!" Thalia frustasi.

"Jadi, gaun mana yang akan kau pilih, Nat?" Tanya Ricard. Thalia kembali tersentak saat Ricard meraih pinggangnya lagi. Pria itu tak segan untuk menarik Thalia agar lebih dekat dengannya.

'Ricard benar-benar tidak kapok!' Batin Thalia kesal.

"Jangan seperti ini! Kau bisa bertanya tanpa harus bersikap seperti ini!" Protes Thalia tanpa di pedulikan oleh Ricard.

"Pertanyaanku belum kamu jawab!" Ricard mengingatkan.

Thalia menggeram kesal, semakin ia memberontak untuk menjauh, Ricard semakin gencar untuk mendekatinya. "Buat kejutan untukku, aku yakin seleramu tidak kuno. Jadi, aku akan mengikuti apa yang kamu pilihkan untukku." Jawab Thalia akhirnya.

Ricard tertegun mendengarnya, senyumannya mengembang. "Baiklah, aku akan memilihkannya untukmu. Aku yakin, kamu pasti menyukainya." Jawab pria itu.

Thalia tersenyum simpul, ia sudah malas kalau di suruh memilih. Jadi, Thalia mencari instantnya saja dengan menyuruh Ricard secara halus. Tak ada semangat ataupun antusias yang Thalia rasakan, terlebih jika dia melihat Ricard dan pria itu berani menyentuh dirinya seenaknya. Thalia benar-benar ingin membuat pria itu patah tulang.

"Aku rasa tidak ada yang cocok dari semua gaun ini. Bagaimana jika aku mengambil gaun pengantin dari butikmu sendiri, sayang? Aku yakin kamu pasti suka." Ujar Ricard.

Thalia menghela nafas panjang "Terserah saja. Aku mengikuti." Jawabnya jutek.

***___***

Suara desahan dan penyatuan memenuhi ruangan yang tidak terlalu luas. Smith memacu kecepatan dirinya menghujam bunga cantik milik Ratu Julie. Pria itu menyalurkan hasrat dan nafsunya tanpa rasa malu dan jijik, karena Smith sudah mengetahui bahwa raga Ratu Julie berisi jiwa laki-laki asing. Pria itu acuh tak acuh akan masalah tersebut, ia hanya menatap di depan matanya hanyalah sosok wanita pujaan hatinya.

Ratu Julie dengan tegas menolaknya, ia tidak mau karena ia merasa dirinya masih laki-laki normal. Smith pun melakukan hal kasar untuk memaksa Ratu Julie. Berbekal aksesori lehernya yang berakhir menjadi pengikat kedua tangan Ratu Julie dan menahannya keatas membuat wanita itu semakin memberontak. Smith merasa tertantang menaklukkan wanita pujaannya tersebut. Semakin Julie memberontak, semakin kasar Smith melakukan foreplay pada wanita itu.

Julie kembali terenggah-enggah dengan peluh membanjiri seluruh tubuhnya. Ia menungging dengan kedua kaki terbuka lebar membuat akses masuk Smith semakin luas. Mulut, hati dan pikirannya berusaha memberontak untuk menghentikan aksi Smith di atas tubuhnya. Akan tetapi, tubuhnya tak menanggapi demikian, seluruh tubuh Julie menerima dan merespon setiap sentuhan yang Smith berikan. Julie merasa dirinya gila, dengan tenaga yang masih tersisa ia menendang Smith dan berakhir pria itu jatuh ke lantai setelah merasakan puas karena pelepasan yang ke sekian kalinya.

"Cukup!" Bentaknya dengan nafas Ratu Julie yang masih memburu. Wajahnya merah merona, seluruh tubuhnya penuh dengan jejak cinta yang di tinggalkan oleh Smith.

Smith terkekeh, "Kau terlalu banyak pikiran. Diam dan nikmati saja! Aku yakin kau menyukai permainanku."

"Gila!" Pungkasnya. Ratu Julie memungut gaunnya yang berserakan di lantai. Ia memakainya sambil menyeka peluh di di wajahnya. "Lisse dan anak buahnya tertangkap. Dan lagi Duke Aaron juga menarik prajurit di perbatasan. Aku khawatir kita akan mendapatkan masalah jika penjagaan kosong. Apalagi pernikahan Raja akan di gelar." Ujar Ratu Julie.

Wanita itu merapikan tatanan rambutnya "Aku sudah memerintahkan prajurit istana untuk menggantikan posisi prajurit milik Duke Aaron. Hal itu membuat penjagaan di istana menjadi sedikit berkurang." Paparnya lagi.

Smith duduk dengan tenang, "Aku bisa mengisi kekosongan prajurit yang menjaga istana."

Ratu Julie tersenyum "Bagus kalau begitu.”

"Jangan pernah meremehkan apa yang aku punya, Julie. Meskipun kastaku tidak sejajar denganmu. Akan tetapi, aku masih bisa untuk menutupi sedikit kelemahan kerajaanmu." Ujar Smith dengan senyum miringnya.

"Posisimu sekarang sudah tinggi, Tuan Smith. Sebagai Duke kau akan menghadapi tugas yang lebih berat kedepannya." Ujar Ratu Julie.

Smith terkekeh, "Aku bisa mengatasinya."

I WANT YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang