Chapter 4 (I See U Again)

1.3K 154 46
                                    

.

.

.

.

Happy Reading


.

.

*****

Pagi disambut dengan hujan. Awal musim dingin intensitasnya akan meningkat, lalu mereda ketika memasuki winter di minggu pertama.

“Terima kasih....”

Turun dari taksi, Hinata langsung menapakkan kakinya dengan hati-hati. Halaman depan lobi gedung kantornya memiliki tangga berundak yang lumayan licin di cuaca seperti ini.

Memasuki bagian dalam lobi, langkahnya langsung tertuju pada lift yang terletak di sebelah kiri ruang resepsionis. Hinata segera mengeluarkan kartu aksesnya, namun saat ia hendak men-tap kartu tersebut, sebuah tangan besar tiba-tiba terulur di atas bahunya—mendahuluinya membuka akses pintu lift.

“...?”

Hinata menoleh, dan pria itu langsung memberinya senyuman hangat,

“...Yahiko?”

“Selamat pagi, aku buru-buru mengejarmu tadi.”

“...?”

Hah, bisa-bisanya kau meninggalkanku di restoran sendirian? Nomormu bahkan tak bisa dihubungi.”

Di dalam lift Yahiko rupanya membahas peristiwa kemarin. Salah Hinata juga karena dia bilang akan ke toilet tapi justru menyeberang ke gedung kejaksaan. Pasti pria ini menunggunya sangat lama di sana.

A-ah...,” Hinata tersenyum sumbang, “aku minta maaf karena tiba-tiba sakit perut. Jadi, aku memesan taksi dan pulang duluan....”

Terlihat Yahiko menghela napas panjang. Bahunya tampak sedikit basah oleh tetesan air hujan. Pasti dia memarkirkan mobilnya di halaman gedung, dan berlari terburu-buru saat melihatnya.

Emm, apa kau marah?”

Jelas Hinata tak terlalu peduli apa jawaban Yahiko. Tapi, kebanyakan orang menggunakan basa-basi sebagai salah satu bahan komunikasi. Setidaknya dia menghargai pria itu dengan menanyakan bagaimana perasaannya.

“Awalnya aku memang kecewa, tapi setelah mendengar penjelasanmu, seharusnya aku juga bertanya apa kau memiliki intoleran terhadap beberapa jenis sushi. Apa sekarang perutmu baik-baik saja?”

Aah—yah, hahaha..., aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir tentang itu....” Hinata menepuk-nepuk punggung Yahiko guna menghilangkan perasaan canggung di antara mereka.

.

Ruang Manager,

“Anda memanggil saya?”  

Membuka pintu ruangan tersebut, lanskap pemandangan kota terlihat dari jendela besar di belakang meja kerjanya.  

Hinata lekas menggeser kursi, dan duduk di depan sebuah meja di mana nama ‘Kurenai Yuhi’ tersemat di sana.

Etto, Manager, ada sesuatu?”  

Kurenai yang semula menunduk—menekuri beberapa lembar pekerjaan di tangannya—menengadah.

Hinata mengerjab beberapa kali. Wanita ini cukup jarang memanggilnya, terkecuali untuk komplain satu atau beberapa hal.

Ah, Hinata, hari ini Ino cuti sakit. Sedang dia ada agenda bertemu klien di rumahnya. Bisa gantikan dia?”

Perfect Trap [M]Where stories live. Discover now