Universitas Padjadjaran.

Start from the beginning
                                    

"Lucu sekali kamu!" Ucapku sambil mengelus kucing itu, tak lama kemudian Lilian menghampiri ku dan ikut mengelus kucing itu.

"Anin! Liat ada kucing lucu!" Lilian memanggil Anindya yang sedang berfoto, Anin mendengar namanya di panggil, bergegas menghampiri kami.

"Ih lucu!" Ucap Anin ketika melihat kucing itu.

"Kucingnya udah steril, tahu! Liat aja telinganya!" ucap Lilian sambil memegang telinga kucing itu.

"Steril, maksudnya gimana?" tanya Anindya.

"Di operasi perutnya." Jawab Lilian, entah lah aku tidak tahu maksudnya.

"Ih lucu lucu lucu!" Ucapku gemas sambil menggoyangkan perut kucing tersebut.

"Jangan digituin, Al!" Larang Lilian sambil megang tanganku, aku pun tertawa kecil.

"Ayo kita foto satu angkatan!" Ucap ibu kepala sekolah.

Kami pun langsung berkumpul, membentuk letter u, saat itu banyak sekali drama, tentang anak laki-laki yang sulit di atur, perubahan posisi, tidak simetris nya pose foto dan macam-macam.

Setelah berfoto satu angkatan, kami kembali ke bis, karena harus sudah segera ke aula. Masjid berada di bawah, sedangkan aula berada di atas. Setelah sampai di atas, kami juga perlu berjalan sedikit baru sampai di aula.

Setelah memasuki aula, kami pun dipersilahkan untuk duduk, setelah itu presentasi di buka oleh Ibu Lisa, beliau menjelaskan Universitas Padjadjaran, tentang ada berapa banyak cabang-cabang universitas Padjadjaran tersebut, seberapa luasnya, fasilitas, fakultas dan prodi yang ada. Dan juga tentang bagaimana cara daftar universitas Padjadjaran itu.

Ada 3 cara untuk daftar Universitas Padjadjaran, yang pertama SNPTN, SBMPTN dan yang terakhir adalah jalur mandiri.

Ada alumni dari sekolahku yang mendaftar lewat jalur mandiri, beliau mengambil jurusan kedokteran, biayanya sangat di luar pikiranku, kurang lebih 225 juta rupiah. Aku sangat terkejut, dan biaya itu harus langsung lunas hari itu juga. Aku memutar pikiran ku yang tadinya ingin mengambil jurusan kedokteran, tapi setelah mendengar biaya yang harus dikeluarkan, aku pun mengurungkannya.

Aku lebih tertarik pada prodi ilmu komunikasi. Namun, Bu Lisa bilang agak sedikit sulit jika harus lintas jurusan, apalagi jurusan yang aku ambil saat ini adalah MIPA. Entah lah kedepannya tidak ada yang tahu selain Tuhan YME.

Presentasi selesai kurang lebih jam 1 siang, setelah presentasi kami melakukan foto bersama Bu Lisa.

(Salah satu foto yang diambil)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Salah satu foto yang diambil)

Setelah itu kami langsung keluar, dan kembali ke parkiran dimana bis kami parkir. Perutku sudah keroncong, mengingat ini sudah waktunya makan siang. Akhirnya tak lama dari itu, kami semua langsung dibagikan makanan.

Awalnya kami tidak diperbolehkan makan di dalam bis, aku pun dan teman-teman yang lain hanya berdiri disebelah bis sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Sejuk sekali suasana Jatinangor.

"Masa iya kita makan di pinggir jalan gini?" Ucapku pada Livia.

"Gak tahu, gak jelas bangat. Terus kita lesehan gitu?" Tanya Livia

"Ya kali lesehan, kita pakai rok putih lho, nanti kotor!" Jawab ku.

Lagi-lagi pandanganku bertemu dengan Arvian, namun kali ini aku yang mengalihkan pandangan. Tapi, kenapa dia belum mendapatkan makanan? Oh mungkin belum mengambil.

"Ayo masuk bis! Ngapain kalian berdiri di sana?" Ucap Pak Herman.

"Lho tadi katanya gak boleh makan di bis?" Ucapku pelan pada Livia.

"Iya ih gak jelas!" Jawab Livia.

Kami pun segera memasuki bis, setelah itu baru lah kami dipersilahkan untuk makan. Alan memasuki bis lewat pintu depan, di ikuti oleh Davi, Ryan dan Arvian yang memegang 4 nasi kotak. Anak baik.

Aku dan Livia mulai makan, namun tiba-tiba bis bergerak. "Pak, kita makan sambil jalan bis nya?" Tanya ku sedikit khawatir.

"Iya, biar tidak mengulur waktu." Jawab pak Herman.

Aku menunduk sedikit saja pusing, apalagi sambil makan? Belum lagi bis nya berjalan lumayan pelan, tidak tidak jangan sampai aku mabuk.

Akhirnya aku bisa menghabiskan makanan ku, walau ada sedikit drama ayam dan sendok yang lumayan lunak, namun kepala dan perutku sangat tidak nyaman saat ini.

BANDUNG BERCERITA (End)Where stories live. Discover now