41. teror

956 69 8
                                    

________________________
__________________
_______________________
Beberapa bulan telah berlalu. Hubungan Nazira dan Aqila semakin membaik, mereka sering bertemu di acara-acara seperti pengajian dan Aqila pun sering berkunjung ke rumah Nazira hanya untuk sekedar menghabiskan waktu dengan adik tirinya itu.

Walaupun Asha masih belum percaya dengannya, itu tidak membuat Aqila goyah ataupun patah semangat. Baginya omongan orang itu tak penting,ia hanya fokus untuk berubah menjadi lebih baik tanpa memedulikan apa kata orang lain.

Kini, usia kandungan Nazira sudah memasuki usia sembilan bulan dan hanya tinggal hitungan hari Nazira dan Gus Farzan akan resmi menjadi orang tua.

Drrr!

Suara deringan ponsel berhasil mengambil alih atensi seorang gadis cantik yang tengah duduk sembari menunggu suaminya yang belum pulang dari kampus.

Ini sudah jam sembilan malam dan Gus Farzan mengatakan jika ia akan sampai sekitar pukul setengah sepuluh malam.

"Halo,ini siapa ya?" Ucap Nazira setelah mengangkat telpon tersebut. Tidak tertera nama kontak pemanggil di ponsel Nazira,itu artinya ini adalah nomor asing yang kontaknya tidak Nazira simpan.

"Halo, Bu Nazira ya? Saya hanya ingin memberitahu jika suami ibu kecelakaan."

Deg!

Nazira terkejut bukan main mendengar ucapan seseorang dari sebrang sana.

"Di mana dia sekarang?" Tanya Nazira yang sudah panik.

"Saya sharelok sekarang ya Bu." Tak lama, sebuah pesan yang menunjukkan lokasi yang dibagikan oleh seseorang itu masuk.

Cepat-cepat Nazira mematikan teleponnya dan langsung berlari keluar dari rumah.

"Pak Amir," panggil Nazira dengan nada panik ketika melihat seorang laki-laki setengah baya.

"Assalamualaikum. Ada apa Ning?" Tanya pria yang dipanggil Amir itu.

"Waalaikumsalam. Tolong antarkan saya sekarang."

"Ke mana Ning?"

"Ke mana aja, nanti saya kasih tau. Ayo." Nazira langsung masuk ke dalam mobil disusul oleh Amir.

"Yang cepet ya pak. Saya buru-buru," ucap Nazira.

Amir mengangguk dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di lokasi yang diberitahu oleh orang yang menelpon Nazira tadi. Tapi anehnya, tidak ada siapapun di sana dan di sana juga kawasan yang terlihat sepi.

"Ini beneran di sini Ning?" Tanya Amir memastikan.

"Iya. Bapak pulang aja, nanti saya pulang sendiri." Nazira tak peduli itu tempat sepi atau bukan. Di pikirannya saat ini hanya ada Gus Farzan. Gadis itu membuka pintu mobilnya.

"Tapi Ning---"

"Udah pak nggak papa. Saya duluan. Assalamualaikum." Setelahnya gadis itu terburu-buru turun dari mobil dan berjalan meninggalkan Amir.

"Waalaikumsalam." Amir hanya bisa pasrah dengan perintah Ning-nya itu dan memutar balik mobilnya untuk segera kembali ke pondok pesantren Al-furqan.

Sementara Nazira, gadis itu berjalan ke sana kemari dengan wajah yang panik, takut dan khawatir.

"Mas! Mas Farzan."

"Mas kamu di mana?!"

"Mas Farzan!"

Nazira terus berteriak mencari-cari keberadaan suaminya itu, namun tidak ada yang menyahut.

"Astaghfirullah." Gadis cantik itu memegangi perutnya yang tiba-tiba kram. Ia memutuskan untuk duduk di trotoar jalan.

Aku Dan Gus kembar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang