Netra emas madu berkilat marah, kedua tangannya terkepal erat. Karena ia mengetahui apa yang Putra Mahkota lakukan kepada Salsabila. Sehingga membuat sapu tangan sulamannya berkerut. Nathalia lebih memilih menenangkan dirinya sendiri.

Hingga suatu malam, langit penuh dengan taburan bintang dan bulan bersinar dengan sempurnanya. Nathalia mendapatkan surat dari Putra Mahkota yang memintanya datang ke tepi tebing. Senyuman lebar terukir di wajah manis Nathalia, ia hanya berpikir positif tentang tunangannya.

Nathalia dengan wajah cerianya mendatangi tempat dimana menjadi tempat janjian di surat yang sudah di tulis oleh Putra Mahkota. Nathalia berdiri tak jauh dari bibir tebing, ia menatap keindahan langit malam. Terbesit dalam hatinya, Nathalia ingin mengakhiri semua penderitaannya. Gadis itu lelah jika harus mencintai pria yang terang-terangan membuka hati untuk orang lain.

Dari balik kegelapan, muncul seorang wanita. Ia memakai jubah berwarna kecoklatan. Thalia menyadari ada yang mendekatinya, ia segera melemparkan pandangannya. Netra emas madunya menatap wanita itu tajam.

"Kenapa kau ada disini?" Tanya Nathalia.

Wanita itu membuka tundungnya, rambut pirangnya tergerai indah terkena cahaya bulan, kedua mata abu-abunya bersinar.

"Aku kemari karena Putra Mahkota memanggilku. Dan kebetulan sekali kita bertemu di sini." Jawab Salsabila dengan senyuman manisnya.

"Putra Mahkota memanggilmu?" Tanya Nathalia dengan tatapan penuh tanda tanya.

Salsabila mengangguk, "Benar, Nona tidak percaya? Tunggu." Ucap Salsabila mengambil lembaran surat dan di sodorkan kepada Nathalia. Gadis itu tak mengambilnya, karena ia tahu yang di katakan Salsabila pasti kebenaran. Salsabila tersenyum manis.

"Asal kau tahu, aku juga mendapat surat dari Putra Mahkota untuk datang kesini. Jadi, pergilah. Karena akulah tunangan resmi Putra Mahkota." Ujar Nathalia dengan nada pedasnya.

Salsabila terkekeh "Jangan terlalu sombong, Nona. Apakah Nona tidak tahu kalau Putra Mahkota tidak mencintai Nona? Putra Mahkota hanya mencintai saya." Jawab Salsabila. "Putra Mahkota terpaksa menerima pertunangan dengan Nona, hanya karena latar keluarga Nona. Dan bukan karena rasa cinta."

Nathalia menahan rasa amarah yang sudah membuncah di dalam hatinya. Ingin rasanya ia menjambak dan menyeret gadis itu di dalam jurang. Tapi, Nathalia sadar dia bukan wanita rendahan seperti itu. Sesakit apa yang ia dapatkan, ia tak akan membunuhnya. Terkecuali jika dirinya sudah terancam.

"Sebenarnya, akulah yang mengirimkan surat itu kepada Nona Nathalia." Ujar Salsabila terkekeh.

Nathalia menatap Salsabila tajam "Aku tidak percaya."

Salsabila menggelengkan kepalanya, "Ingin percaya atau tidak itu hak Anda, Nona! Tapi, coba pikirkan untuk apa Pangeran Ricard melakukan hal memalukan seperti itu kepada wanita yang tidak memiliki hatinya?"

"Kenapa kau lakukan semua ini padaku?" Tanya Nathalia.

Salsabila mendengus kesal, "Tidak ada, Nona!" Jawabnya "Anggap saja, aku mengundang Anda untuk melihat indahnya langit malam bersama." Sambung Salsabila.

Nathalia terlalu curiga, ia ingin kembali ke dalam istana tetapi langkahnya berhenti, karena Salsabila terus mencoba  memprovokasi Nathalia yang sedari tadi menahan diri untuk tidak terpancing olehnya.

Hingga akhirnya, Nathalia menampar wajah Salsabila karena sudah melewati batasnya. Saat itu pula, Putra Mahkota datang melihat apa yang sudah Nathalia lakukan.

Salsabila sudah memprediksi kalau Pangeran Ricard akan datang ke tempat tersebut, memenuhi panggilan suratnya. Salsabila menyunggingkan senyum miringnya, ia mendapatkan kesempatan emas untuk membuat Nathalia semakin bertambah buruk di mata Pangeran Ricard.

Salsabila menunduk dan berusaha untuk menangis. Pangeran Ricard melihat kondisi Salsabila yang menangis tergugu dengan memegangi pipinya yang memerah, sontak Putra Mahkota membalas melayangkan tamparan kerasnya pada Nathalia, hingga mulut bagian dalamnya robek mengeluarkan darah. Nathalia yang mendapat perlakuan demikian semakin tidak terima. Tak seharusnya, calon suaminya membela wanita lain, sedangkan tunangannya sedang tersakiti.

Salsabila tersenyum samar di sela-sela tangisnya. Ia merasa sangat puas membuat kehidupan Nathalia hancur. Salsabila tak bisa melihat wanita lebih beruntung darinya yang memiliki reputasi sangat baik dan segala kehidupan baik berakhir bahagia.

Nathalia kembali menampar Salsabila yang kembali memprovokasi Putra Mahkota, ia tak sengaja menarik anting-anting milik Salsabila saat berusaha melukai wanita itu. Nathalia di liputi oleh emosi. Putra Mahkota kembali menghalangi Nathalia untuk melukai Salsabila.

"Hanya wanita terhormat yang tidak akan melakukan hal keji kepada wanita lain, terutama menghancurkan pertunangan orang lain dengan merebut calon suami mereka." Ujar Nathalia membuat Salsabila terpancing emosi.

Salsabila teringat kembali kehidupannya sendiri yang berbanding terbalik dengan kehidupan mewah dan popularitas yang di miliki oleh Nathalia. Semua kesempurnaan di miliki oleh wanita bernetra emas madu tersebut. Tidak seperti dirinya yang hanya di pergunakan oleh Ibunya dan Ayahnya Smith Snowhite sebagai senjata untuk mencapai kekuasaan tertinggi yaitu posisi Ratu.

Salsabila dari kecil sudah di persiapkan untuk menjadi seorang Ratu. Akan tetapi, ia masih kalah dengan Nathalia. Semua orang mendambakan Nathalia. Saat ibunda Salsabila mengetahui kepopuleran Nathalia melebihi Salsabila, kemarahannya memucak dan Salsabila menjadi sasaran empuk pelampiasannya. Smith juga tidak tinggal diam, sebagai Ayah tiri ia juga ikut andil menghukum Salsabila, jika wanita itu tidak bisa mencapai apa yang Smith inginkan.

Hingga di suatu malam, Smith pun menanamkan sihir hitam pemikat kepada Salsabila. Mata untuk pemikat hati, dan Mulut untuk pemikat perasaan. Sejak di tanamkan sihir hitam tersebut, Salsabila mulai di kenal dan memiliki beberapa teman bangsawan. Sebagai ambisinya untuk menjadi Ratu, Salsabila juga mencoba mendekati Putra Mahkota dan berencana mengambil hatinya.

Nafas Salsabila memburu, tatapan tajam penuh sarat membunuh serta dengan kesempatan yang ada, Salsabila mendorong Nathalia yang sudah berdiri tepat di bibir tebing yang curam tersebut. "Mati kamu, Jalang!"

🌹🌹🌹

Maafkan makin kesini, makin kesana.. Tapi, ya semua harus di buka satu persatu... Aku sampai bingung sendiri uda banyak chapter masih belum kelar konfliknya, takutnya pada bosen 😅😅

Apa lagi tulisan awal-awal penuh banget sama kesalahan n banyak yang bilang bahasanya kurang halus.. Mau bagaimana lagi si Thalia kan bukan pure seorang Putri Duke, dia orang nyasar yang butuh adaptasi.. Tidak semua orang bisa sempurna adaptasinya... Kalau tulisan tidak baku maafkan saya masih pemula, masih belajar sedikit-sedikit karena saya sudah lupa sebagian teori Bahasa Indonesia.. Aku di sarankan membaca teori dulu, tapi belum aku lakuin, soalnya bakal rebutan hape kalau ada anak, malemnya juga nulis cerita lanjutannya.. "Ya wiz lah, revisi ntar ae lek tamat"

Jadi, aku biarin aja dulu alurnya, nanti kalau sudah tamat baru aku perbaiki mana yang bahasa kasar n halus.. Tapi, jujur aku senengnya fokus ke Thalia sebagai tenaga medis di zaman kunonya daripada sama petinggi2 kerajaan.. Hahahaha

Salam Manis Dariku
NING SRI 😘

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now