04 : A Walk in The Dark

91 19 6
                                    

Suatu pagi di awal musim panas belasan tahun lalu, ia ingin sekali membuka jendela kamar untuk memasukkan udara segar. Namun seperti biasanya, ia tidak melakukan itu, hanya mengintip kosong ke suasana pagi yang cerah. Lalu ia merasa seseorang memperhatikannya dari kejauhan, dari balik jendela kamar rumah sebelah, di antara tirai-tirai yang membingkai wajahnya. Dia memiliki sepasang mata gelap seolah mengandung sihir. Awalnya Xiao ge tidak tahu siapa dia, siapa namanya, mengapa dia ada di sini, mengapa tiba-tiba datang ke sini mengusik kesepian hidupnya.

Setelah itu hari-harinya seolah tidak sama lagi. Dia ingin melihat anak laki-laki itu sesering mungkin. Melalui hembusan angin, ia mendengar suara-suara memanggilnya Wu Xie. Tidak seperti manusia lain yang datang dan pergi, Wu Xie sepertinya bisa menyadari keberadaannya yang nyaris terlupakan dan sirna. Xiao ge menemukan secercah harapan bahwa seseorang akan menemuinya dan membebaskannya dari rumah ini. Kemudian suatu hari, anak laki-laki itu pergi bersama seorang pria paruh baya. Dia menanti siang dan malam. Dedaunan dan kuntum bunga berguguran, tumbuh bersemi, lantas gugur lagi. Namun tidak dengan harapannya. Dia terus menanti, tetapi anak laki-laki itu tidak kembali.

Akhirnya Xiao ge menyadari bahwa ia memang ditakdirkan untuk hidup sendiri. Alangkah bodohnya harapan itu. Lebih tipis dari lapisan kabut di pagi hari. Begitu semu dan palsu. Hingga suatu hari, anak laki-laki itu tiba-tiba menjejakkan kaki di halaman rumahnya. Tidak! Dia bukan anak-anak lagi. Dia telah menjelma menjadi seorang pemuda tinggi, tegap dan sangat tampan. Ini bagaikan mimpi indah di siang hari.

Dirinya bagaikan pangeran yang tertidur dalam waktu yang panjang dan tiba-tiba terbangun. Cukup lama waktu berlalu sebelum dirinya benar-benar merasakan sebuah emosi yang sentimentil. Dia terus-menerus mendengar nada-nada indah dari hatinya yang bersenandung.

Wu Xie, saat ia membisikkan nama itu, berbagai emosi yang tak dimengerti mulai mengumpul dengan sendirinya. Nama itu mendadak sangat dekat, ia merasakan bahwa orang itu sudah hampir bersentuhan dengannya. Dirinya merasakan kegelisahan dan ketidaksabaran. Dia tertarik pada pemuda itu tanpa pernah diduga.

Dia menyesali setiap kali pemuda itu pergi, karena suatu karya seni yang indah telah lenyap dari pandangannya.

Dia tak pernah melihat sebuah pesona yang lebih besar dibanding yang ada dalam diri pemuda itu. Baik di masa lalu, maupun sekarang. Namun saat ia melihat bagaimana waktu mengubah Wu Xie, ia tertegun mengamati diri sendiri. Wajahnya tidak pernah berubah, demikian juga pakaiannya. Dia tetap muda sementara semua mahluk menua dan lenyap dari dunia.

Entah mengapa.

🦋🦋🦋

Xiao ge duduk dengan punggung tegang menghadapi sebuah pajangan berbentuk ikan yang mengerikan di atas satu meja marmer. Dia memejamkan mata sejenak, menghela nafas dalam-dalam. Kedua tangannya terulur memegang bagian atas benda antik itu, memutarnya perlahan-lahan ke arah kiri.

Saat ia mulai memutar pajangan ikan, benaknya membayangkan momen-momen di masa lalu yang nyaris usang. Petualangan bersama orang-orang terdekatnya.

Xiao ge memiliki banyak asisten di masa lalu, tapi ia lupa bagaimana wajah dan siapa nama mereka. Semua tergantikan oleh bayangan wajah Wu Xie. Dia ingin berteman baik dengannya, bersama-sama merangkai momen-momen yang akan menjadi kenangan indah antara mereka berdua. Melewati hari demi hari yang begitu berwarna. Tenggelam dalam imajinasinya sendiri, Xiao ge tersenyum dalam diam. Tangannya kian mantap memutar pajangan ikan yang merupakan bagian dari mekanisme. Tak lama kemudian suara bergemuruh tercipta dan dinding ruangan di depan mereka bergerak berputar, melahirkan kekacauan dalam pandangan Wu Xie. Semua dinding di ruangan itu seolah-olah terbang dan saling bergeser. Wu Xie mengerjapkan mata berkali-kali sampai keanehan itu berhenti. Kemudian di depan mereka tiba-tiba muncul satu lorong berkabut. Wu Xie terpana dengan mata dan mulut terbuka lebar.

In The Light of The Moon (Pingxie) Where stories live. Discover now