"Haan. Pia bilang dia akan menyusul kita nanti ke pulau Havelock." Jawab Sayeedah dengan terburu-buru, seperti tak mau banyak mengobrol lagi. Dan anehnya, kenapa Sayeedah tak menanyakan kondisinya atas pernikahan yang mendadak ini? Kenapa tiba-tiba dia berada di pihak sang ayah yang ikut mempersiapkan pernikahan? "Ayo, Meera. Satu jam lagi kita harus ke bandara. Tuan Mukesh juga sedang bersiap. Setelah ini aku akan menyiapkan sarapan kalian di bawah.." Lanjut Sayeedah yang kembali menyeret koper-koper Meera bersamanya.


Meera menghela napas, membiarkan Sayeedah pergi tanpa banyak bertanya lagi. Mencoba berpikir positif dengan apa yang terjadi. Berharap semua ini adalah yang terbaik untuknya. Walaupun setengah hati, Meera akhirnya bangkit dari kasur menuju kamar mandi untuk sedikit menyegarkan diri. Dia butuh guyuran air dingin.

Semoga saja itu bisa membantu pikiran dan hatinya lebih tenang.


Setelah acara mandinya selesai, Meera yang memakai bathrobe membuka walking closet untuk memilih pakaian yang akan dikenakan. Dan dalam pencariannya itu, Meera melirik sebuah laci panjang, teringat sesuatu yang ia simpan di dalam sana.

Perlahan Meera menarik laci terbuka. Terlihat sebuah buku gambar berukuran cukup besar yang lama tak dibukanya. Meera mengambil buku itu, membuka lembarannya dengan cepat, hingga menemukan apa yang dicari. Lalu menatap dengan sendu lukisan Ammar yang sedang menggendong Annu di atas ayunan teras lantai tiga rumahnya. Dimana saat itu Ammar baru saja keluar dari rumah sakit dengan ingatan yang pulih.


Lukisan yang dibuat tanpa sepengetahuan orang dalam gambar itu, membuat Meera tiba-tiba teringat kata-kata Annand:

Jika kau melukis seseorang diam-diam, lukisan itu menjadi milik orang tersebut.



Haruskah Meera memberikan lukisan ini pada Ammar sebagai tanda perpisahan mereka?





 ***



Dengan memakai kaca mata hitam untuk menutupi mata sendunya, Meera turun dari jet pribadi milik sang ayah. Rombongan keluarga Chopra bersama para asisten akhirnya mendarat di kota Port Blair setelah perjalanan yang memakan waktu kurang dari empat jam dari Delhi, yang akan dilanjutkan menuju pulau Havelock menggunakan kendaraan lain.

Hembusan angin yang lebih sejuk dari Delhi membuat Meera semakin tenang. Selama perjalanan tadi gadis itu hanya diam, bahkan kembali tidur. Sayeedah dan ayahnyapun tak berusaha mengajaknya mengobrol. Syukurlah.

Meera masih tak ada energi untuk bicara. Dan tampaknya sang ayah masih tak tahu acara menghilangnya tadi malam, jadi tak ada sesi interogasi untuknya.


Begitu keluar bandara, dua buah mobil sudah menjemput. Meera dan Mukesh menaiki mobil yang sama, sementara Sayeedah dan yang lain menaiki mobil satunya dengan barang-barang yang dibawa. Mereka akan menuju pelabuhan untuk menaiki yacht.


Di dalam mobil, Meera terus tak bersuara. Tatapan khawatir sang ayah akhirnya tertuju pada gadis itu, menjadikan Mukesh sebagai pembuka obrolan. "Ternyata sudah lama kita tidak berlibur bersama. Perjalanan ini terasa seperti liburan, nah?"

INCOMPLETED LOVE [✓]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon