5 - Sedikit Tebuka

109 23 2
                                    

Dadaku berdegup kencang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dadaku berdegup kencang. Aku tak mampu berkata-kata. Otot dada telanjang Javier terpampang di depan mataku. Ini gila, dada Javier berotot dan sensual. Perutnya pun memiliki garis-garis yang indah. Aku belum pernah melihat pria bertenjang dada, dan kenapa pengalaman pertamaku harus semewah ini?

"Bagus, ya? Kamu menikmatinya?" Javier menyeringai, menyadari aku tengah memperhatikannya.

Sial! Aku tertangkap basah. Wajahku memerah, berusaha menyembunyikan rasa malu.

"Maksudku, pemandangan pantai dan matahari terbit. Jangan pedulikan aku, lakukan apa pun sesukamu. Aku juga sedang ingin menikmati pemandangan matahari terbit," ujarnya santai sambil menyesap kopi.

Aku membalikkan badan, menatap laut dengan perasaan campur aduk. Malu, frustrasi, dan... ketertarikan. Aku berusaha menenangkan diri. Aku di sini untuk meminta bantuannya, bukan untuk tergoda oleh tubuhnya.

Tawa kecil Javier terdengar dari belakangku. Aku tahu dia menertawakanku.

Fantastis. Situasi ini semakin memalukan.

"Jav, lo kok di sini sih. Gue kaget tau pas lihat tempat tidur kosong, gue pikir lo ke mana." Seorang wanita seumuran Javier datang dari belakangku. 

Rasa penasaran menguasaiku dan aku berbalik. Wow, dia yang hanya mengenakan bra dan celana dalam tanpa merasa malu sedikitpun. Wanita itu meringkuk di sisi Javier dan menggerakkan kuku merah jambu panjang ke dada Javier yang tadi sempat aku kagumi. 

"Sudah waktunya kamu pergi," jawab Javier sambil melepaskan tangan wanita itu dari dadanya dan menjauh beberapa langkah. Aku memperhatikan saat Javier menunjuk ke arah pintu depan.

"Hah?" Wanita itu menjawab. Ekspresi bingung di wajahnya menunjukkan bahwa dia tidak menduga hal ini. "Lo ngusir gue, Jav?"

"Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan, Sayang. Kamu ingin aku puasin kamu semalam, bukannya udah? Now game is over, kamu harus pergi." Nada datar yang dingin dan keras mengagetkanku. 

Apakah dia serius?

"Lo pasti becanda, kan?!" bentak gadis itu dan menghentakkan kakinya. Javier menggelengkan kepalanya dan mengambil minuman lagi dari cangkirnya. "Nggak mungkin kan lo ngusir gue, Jav. Tadi malam tuh bener-bener luar biasa. Lo nggak pengen menghabiskan seharian lagi sama gue?" Gadis itu meraih lengannya dan Javier dengan cepat menyingkirkannya.

"Aku sudah memperingatkanmu tadi malam waktu kamu datang memohon padaku sambil melepas pakaianmu, kalau yang terjadi di antara kita hanyalah satu malam. No more for today, tomorrow, or another time."

Aku mengalihkan perhatianku kembali ke gadis itu. Wajahnya menggeram marah dan dia membuka mulut untuk berdebat tetapi menutupnya lagi. Dengan hentakan kakinya yang lain, dia berjalan kembali ke dalam rumah.

Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kulihat. Begitukah perilaku orang-orang di kota besar? Satu-satunya pengalaman yang aku alami dalam menjalin hubungan adalah dengan Rian. Meskipun kami mungkin masih di tahap cinta monyet saat itu, tapi dia sangat berhati-hati dan manis terhadapku. 

Should We Love?Where stories live. Discover now