05. Datang

191 24 1
                                    


Happy Reading~


Siang teriknya matahari memanasi setiap kendaraan juga orang yang berlalu-lalang. Mobil hitam dengan stiker kecil bertuliskan Kids in here! Membelah kota dengan laju sedangnya.

Anak-anak Arshaka melihat kanan dan kiri, bingung dengan jalanan yang sekarang mereka lewati, sangat asing. Gedung-gedung tinggi dimana-mana, juga orang-orang dewasa dengan pakaian kantornya turut mereka lihat. Ini seperti kota kantor yang pernah Hafza bayangkan saat kecil.

"Ayah, kita mau kemana?" tanya Julian yang menyembulkan kepalanya di antar kursi pengemudi dan kursi penumpang.

Zafran tersenyum tipis namun, tidak mengalihkan fokusnya dari jalanan. "Kita mau kerumah temen Ayah, sebentar lagi sampai kok." Jawabnya lembut.

"Teman? Siapa? Kenapa Ayah ngajak kita?" tanya Julian beruntun kembali.

"Teman SMA Ayah. Dia punya anak seumuran kalian, jadi, saat Ayah kerja kalian bisa main sama mereka." Terangnya kembali.

Julian mengangguk paham, kembali mengamati sang Ayah yang tengah menyetir, atau lebih tepatnya mengamati setir mobil.

Mobil Arshaka masuk ke dalam perumahan. Mereka tidak lagi melihat Gedung-gedung tinggi namun rumah-rumah tingkat yang bisa mereka pastikan bahwa perumahan ini adalah kawasan elit. Sama seperti rumah mereka.

"Kita sudah sampai." Ucap Zafran.

Mobil Arshaka berhenti di rumah hitam abu-abu modern yang elegan, bertingkat namun tidak menyeramkam, malah sejuk karena banyak tanaman kecil sampai besar yang mengelilinginya.

Zafran turun lebih dahulu lalu disusul anak-anak Arshaka satu-persatu. Pria jangkung itu memencet tombol bell pada pagar berwarna hitam.

Beberapa menit menunggu, pintu terbuka, menampilkan seorang Wanita dengan baju kasualnya. Wanita yang kemarin Ayah Arshaka kenalkan pada mereka. Siella.

"Masuk aja Zaf!" Teriaknya yang langsung dituruti oleh sang empu.

Anak-anak Arshaka satu-persatu memasuki kawasan rumah keluarga Zanuar. Dipandu oleh Zafran, anak-anak Arshaka menduduki diri mereka di sofa ruang tengah sesuai perintah sang Nyonya rumah.

"Kamu udah siap? Mau berangkat sekarang?" tanya Zafran pada Siella.

Siella mengangguk. "Yasa, Arsell, Acell, Haru, turun! " teriaknya.

Anak-anak Zanuar turun satu-persatu. Arsell yang berada di urutan terakhir menatap tajam Jian yang berada di sofa.

"Kenapa Ma?" tanya Yasa selaku anak tertua.

Siella tersenyum lembut. "Mama sama Om Zafran mau pergi, baliknya mungkin malam. Kamu, Arsell dan Acell tolong jaga anak-anak Om Zafran, ya." Ucapnya.

Yasa mengangguk kecil sebagai jawaban. "Acell, Arsell, Mama minta tolong bikinin mereka makan siang sama makan malam, ya. Mama nanti makan di luar." Sambungnya.

Arsell dan Marcell mengangguk sama seperti Yasa. Siella beralih pada si Bungsu. "Tolong ajak Jefran dan Haru main, ya. Jangan pelit sama mainan, jangan ngajarin yang aneh-aneh. Nurut sama Abang-Kakak yang ada di sini, oke?" lanjutnya.

Haru tersenyum sambil menyatukan jari telunjuk dengan jari jempol sampai menjadi lingkaran. "Oke!" Serunya.

Siella tersenyum manis, mengelus pelan rambut hitam tebal milik si Bungsu. "Terima kasih, sayang." Ungkap Siella merasa bangga pada anak-anaknya.

Pemandangan manis itu disaksikan oleh keluarga Arshaka. Anak-anak Arshaka sedih sekaligus iri dengan perlakuan manis Siella pada keempat anaknya.

Terutama Julian, Jefran, dan Daffa, jika mereka bertiga ingat sepertinya tidak ada kenangan manis yang dilakukan oleh sang Bunda saat mereka kecil, hanya berisi kenangan buruk

Jefran membenamkan wajahnya di paha Jian, anak pemalu itu enggan untuk melihat adegan manis yang tidak pernah ia dapatkan. Jian yang merasakan kesedihan Jefran, mengelus punggung kecil sang Adik, mencoba menyalurkan kekuatan.

Julian menarik pelan celana sang Ayah yang berdiri tepat di sampingnya. "Yah," lirihnya.

Zafran tersenyum hangat. "Gak apa-apa." Ucapnya tanpa suara.


ARSHAKA : 12 Stars


Sudah satu setengah jam berjalan sejak Zafran dan Siella pergi. Mereka semua berkumpul di ruang tengah setelah makan siang yang dibuat oleh si Kembar Zanuar.

Tidak ada suara berisik yang dikeluarkan oleh anak-anak Arshaka seperti biasa, hanya ada kecanggungan yang mengisi ruang tengah Zanuar. Hafza selaku yang tertua berpikir keras bagaimana caranya membuat mereka akrab.

Seuntas ide melesat dipikirannya. Hafza menepuk tangannya tiga kali, seperti guru yang tengah memanggil anak-anak murid. "Yasa, biasanya siang kayak gini kalian ngapain?" tanya Hafza.

Yasa terdiam sejenak. "Biasanya Mama nyuruh kita tidur siang." Jawab Yasa polos.

Hafza menghela nafasnya sepertinya akan susah membuat mereka menjadi dekat. Tidak mungkin kan' Hafza menyuruh para adiknya tidur siang seperti yang dibilang Yasa tadi?

Juan yang peka menganggkat tangannya, meminta atensi para anak-anak untuk menatapnya. "Kita bagi jadi tiga kelompok aja. Kelompok yang bisa akrab duluan nentuin kegiatan apa aja yang dilakuin sampai Tante Siella dan Ayah pulang, sekaligus bisa nentuin menu makan malam nanti." Usulnya.

Bungsu Arshaka dan Zanuar yang mendengar kata menentukan makan malam menjadi semangat. Hafza mengangguk tanda paham.

Akhirnya, kelompok ditentukan sesuai umur. Kelompok pertama Hafza, Jian, Juan, dan Yasa. Lalu kelompok kedua Jaafran, Marcell, Arsell, dan Yafi. Dan terakhir kelompok ketiga Daffa, Jefran, Haru, dan Julian.

Kelompok ketiga memilih bermain di luar. Hafza awalnya takut terjadi apa-apa dengan ketiga adiknya apalagi Jefran. Namun, Haru meyakinkan Hafza bahwa tidak akan ada hal yang membahayakan terjadi.

"Tenang aja Kak Hafza, lingkungan ini aman banget, gak ada orang-orang jahat yang berkeliaran. Haru bakal ngejaga Kak Daffa, Jefran, dan Julian bareng temen-temen Haru. Temen-temen Haru banyak kok!" seru Haru mencoba meyakinkan Hafza.

Pada akhirnya Hafza hanya bisa mengiyakan, selain karena ucapan Haru yang meyakinkan, ada tatapan memohon yang dikeluarkan oleh si Bungsu Arshaka, Julian. Bagaimana bisa Hafza melarangnya?

Sepergian kelompok tiga, kelompok dua juga ikut pergi ke kamar Arsell dan Marcell. Hanya Marcell, Jaafran, dan Yafi yang ke atas, sedangkan Arsell masih duduk di sofa, menatap Jian tidak santai.

"Arsell gak ke atas?" tanya Yasa bingung.

Arsell menggeleng. "Enggak, sebelum orang itu pergi." Jawabnya angkuh dengan kata-kata yang bertujunkan pada Jian.



Don't forget to vote, share, and comment!


Btw, ada yang nungguin, gak?

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan :)

ARSHAKA : 12 Stars || TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang