Thalia melakukan pemeriksaan dalam, ia sudah tak meraba mulut rahim yang artinya pembukaan sudah lengkap 10 cm dan letak posisi bagian terendahnya ialah bokong murni atau frank breech.

"Semoga lancar persalinan kali ini!" Thalia berharap.

Thalia tersenyum lembut "Semangat, Nyonya E! Anda harus menggunakan tenaga ekstra, karena bokong bayi yang akan keluar terlebih dahulu." Ujar Thalia.

Ny E mengangguk, ia tersenyum lebar karena akan di tolong oleh Thalia. Ny E memang berkeinginan agar Nona Thalia sendirilah yang akan terjun menolong persalinannya. Ia juga patuh untuk minum- minuman manis yang di bawa oleh suaminya, dan sesekali ia memakan roti untuk menambah tenaganya di sela-sela rasa sakit kontraksinya hilang.
Ny E berusaha menelan makanan, meskipun itu hanya sedikit yang bisa ia telan.

"Semoga lancar dan selamat ibu serta bayinya!" Seru Lucy dan beberapa orang perawat yang saat itu berjaga pagi di ruang bersalin.

Ny E mulai memasang mimik wajah menahan sakit. Ia sudah berada dalam posisi semi-recumbent. Ny E mengambil nafas panjang dan menahannya untuk menambah tenaganya mengejan. Thalia terus memberikan dukungan dan motivasi, ia tetap memantau kemajuan persalinannya. Tak ada yang bisa Thalia lakukan, selain mendukung ibunya sendiri. Persalinan Sungsang memang memakan waktu cukup lama, karena bukan kerasnya kepala yang membantu si bayi memberikan dorongan saat proses persalinan.

"Perhatikan setiap langkah yang akan aku pergunakan! Aku berharap kalian juga bisa menolong persalinan sungsang dengan baik di lain waktu. Tak perlu cemas dan khawatir. Pantau denyut jantungnya, dan isi tenaga sang ibu dengan makan atau minum meskipun sedikit. Karena persalinan ini memang kekuatan ibu yang di butuhkan." Jelas Thalia.

"Baik, Nona!" Jawab Lucy dan beberapa perawat ruang bersalin yang berjaga. Untuk pengalaman- pengalaman sebelumnya mereka selalu gagal dalam melahirkan bayi dengan posisi tidak normal. Entah karena teknik, cara ibu meneran salah, atau memang kondisi bayinya memang sudah memburuk.

"Nona!" Jerit Ny E. Ia merasakan dorongan ingin mengejan.

"Ambil posisi, Nyonya! Ambil nafas kemudian dorong! Mengejan sekuat tenaga!" Thalia memberikan instruksi. Ny E segera melakukan apa yang di katakan Thalia.

Ny E mengejan sekuat tenaga hingga bokong pun sedikit tampak di depan vulva. Penurunan dan ekspulsi janin dari bokong hingga umbilikus sebisa mungkin hanya mengandalkan kekuatan mengejan ibu tanpa bantuan traksi dari penolong. Prinsip hands off the breech harus selalu diterapkan pada setiap persalinan pervaginam dengan presentasi bokong.

Thalia kembali memberikan instruksinya dan dukungannya kepada Ny E untuk mengejan di setiap dirinya merasakan kontraksi uterus dan dorongan ingin mengejan. Ketika bokong sudah crowning atau tampak membuka introitus vagina. Thalia melakukan episiotomi, agar jalan lahir lebih lebar dan mempermudah kepala lahir.

Setelah bokong bayi lahir, Thalia segera menopang bayi dengan memegang secara lembut pada tulang panggul dan tulang ekor. Kedua ibu jari Thalia diletakkan di tulang ekor dengan posisi sejajar dengan garis paha. Sementara jari-jari lain Thalia berada pada tulang panggul.

Pada presentasi bokong murni, kelahiran bokong biasanya diikuti dengan kelahiran spontan dari tungkai bawah. Jika kaki tidak lahir secara spontan, dapat dilakukan manuver Pinard. Netra emas milik gadis itu memantau proses persalinan di depannya, ia lega karena tak harus melakukan manuver pinard karena kedua tungkai bawah lahir spontan.

Thalia sangat berhat-hati untuk tidak memberikan tarikan pada bokong atau tungkai karena bisa menyebabkan defleksi kepala bayi. Untuk menjaga kepala bayi dalam posisi fleksi, ia menjaga tubuh bayi tetap berada di bawah garis horizontal. Thalia menghindari menopang bayi dengan memegang dinding abdomen karena bisa menyebabkan trauma pada organ intraabdomen.

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now