Bab 03- Perubahan

205 19 7
                                    


Keindahan cahaya di pagi hari mampu memberikan vitamin tersendiri bagi penikmatnya. Mulai pagi ini ketiga dokter akan terjun secara langsung, anggenda di pagi hari ini imunisasi balita. Kali ini juga untuk pertama kalinya dokter Mahi bertatap muka langsung dengan dokter Alifa.

"Assalamu'alaikum, selamat pagi semuanya," ucap dokter Alifa di depan.

Sedangkan para dokter dan perawat berbaris rapi layaknya apel pagi TNI. "Wa'alaikumsalam, pagi juga dok," sauth semuanya serempak.

"Alhamdulillah, insyaAllah hari ini sehat semua ya?"

"Alhamdulillah dok," sauth serempak.

"Baiklah agenda kita hari ini imunisasi di dua tempat, untuk tim sudah saya bagi semalam."

"Satu lagi, kita kedatangan tamu dari Jakarta. Perkenalkan mereka ada dokter Mahi, dokter Hafiza, dan juga dokter Arhan," ucap dokter Alifa.

Sedangkan ketiga dokter pun tersebut mengulas senyum, karena sejak semalam yang ada di pikiran merea bertiga adalah sosok dokter Alifa yang judes, tegas, dan anti bicara. Namun kenyataan nya malah bertolak belakag karena ketiganya di sambut dengan hangat oleh dokter Alifa selaku kepala dokter.

"Terima kasih dok," sauth ketiganya serempak.

Dokter Alifa mengagguk pelan. "Baiklah karena semalam kalian bertiga belum masuk ke dalam daftar tugas, jadi untuk dokter Arhan dan dokter Hafiza pergi ke desa Liang Bunyu bersama tim. Sedangkan dokter Mahi bisa bersama sama dan tim lain nya ke desa Tanjung Aru."

"Maaf dokter Alifa. Saya gak bisa pindah aja ya sama dokter Mahi?" celetuk dokter Hafiza.

"Memangnya ada apa dok?" tanya dokter Alifa sambil menautkan alisnya.

"Kalau sama Arhan bawaanya rebut mulu dok."

"Enak aja, lo yang bikin rebut bukan gue," sauth dokter Arhan.

"Tapi untuk tim B masih kekurangan dua dokter," sauth dokter Alifa menaggapi dokter Hafiza.

"Jangan di dengenrin dok, mereka berdua biasa seperti ini," ucap dokter Mahi pelan.

"Ayolah, gue gak mau sama Arhan," cicit dokter Hafiza.

"Udah jangan bikin malu, ini hari pertama kita," bisik dokter Mahi.

Sedangkan dokter Arhan melipat kedua tangan nya sambil menatap kearah kedua sahabatnya yang sejak tadi terus berbisik. Kemudian tidak lama kemudian Lettu Gazi menghampiri para dokter, tentunya hal itu mmebuat dokter Hafiza bertambah semangatnya.

"Pagi dok," ucap Lettu Gazi.

Dokter Alifa mengagguk pelan. "Semua obat-obatan nya sudah siap semua Let?"

"Sudah dok, tinggal kita berangkat saja."

"Baik, sebentar Let," sauth dokter Alifa.

"Dokter Hafiza, bagaiamana? Apa anda ingin bertukar tempat dengan dokter Mahi?" tanya nya lagi.

"Kalau tugasnya di dampingin Lettu Gazi mah trabas aja, meskipun harus bareng biang rusuh asalkan bersama Lettu Gazi," celetuk dokter Hafiza dalam hatinya.

"Bagaimana dok?" tanya dokter Alifa lagi.

Karena tidak ada jawaban dokter Mahi langsung mencubit lengan sahabatnya. "I-ya dok, eh gakpapa saya sama biang rusuh aja," ralat dokter Hafiza.

"Perkara Lettu Gazi kan?" bisik dokter Mahi.

"Suttt, siapa tahu bisa nikah sama beliau," kekeh dokter Hafiza.

"Istighfar, ingat jaga pandangan jangan berlebihan."

Dokter Hafiza mengangguk pelan, kemudian tim B segera berangkat dan di kawal langsung oleh Lettu Gazi. Sedangkan tim A masih menunggu kedatangan anggota TNI yang lain, karena para dokter memang tidak di izinkan keluar markas jika tidak ada pengawalan dari TNI.

ALMAHIRA: Antara Tugas dan Cintaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें