04 - Dibohongi Theo

21 1 0
                                    

"Terima kasih bunda, papa sudah antar Raina," ucap Raina saat mobil papanya berhenti di depan lobby.

"Semangat kuliahnya sayang," ucap sang bunda.

"Fokus ya belajarnya."

"Siap pa. Raina pamit ya." Raina turun dari mobil dan langsung menuju lantai kelasnya.

Raina datang lebih awal untuk menghampiri meja kerja Aksa. Dirinya membawa beberapa oleh-oleh yang dibawakan orang tuanya. Saat memasuki ruang dosen, Raina terkejut karena Aksa sudah ada di ruangan tersebut.

"Ini buat pak Aksa. Nah, yang ini harus masuk kulkas pak."

Aksa menatap Raina dan beralih ke beberapa makanan yang dibawanya. "Saya tidak terima sogokan apapun."

"Buat tante Mia, sebagai rasa terima kasih saya karena dibawain bekal."

"Ok. Duduk." Raina terkejut karena Aksa memintanya duduk. Laptop Aksa diputar ke hadapan Raina. "Kenapa tugas kamu dikasih ke Natania? Bahkan sama persis, hanya diganti nama saja. NIM tidak diganti. Saya tekankan sekali lagi, jangan karena saya teman Theo lalu kamu merasa berhak dekat dengan saya dan berlaga menjadi pahlawan dengan memberi tugas kamu ke dia. Kamu pikir saya tidak periksa itu?"

"Pak, saya memang memberikan tugas saya. Tapi kata Natania, dia tidak copy paste hanya sebagai gambaran saja."

"Alasan kamu tidak saya terima. Nilai kamu sudah berubah jadi nol."

"Saya mohon pak, jangan ubah nilai saya jadi nol. Maaf saya salah karena kasih tugas saya ke dia."

"Silahkan pergi." Raina menghela nafasnya berat kemudian meninggalkan ruangan dosen.

Sampai di kelas, Raina menatap seseorang yang duduk di samping Ratu. Tas kuliahnya dia letakan di kursi paling pinggir. Raina menatap sinis Natania sambil mengirimkan pesan.

Raina
Puas lo bikin gue dapat nilai nol?

Dirinya ke toilet untuk menangis, tidak peduli jika Aksa sudah masuk ke kelas. Dirinya benar-benar sangat kesal dan berusaha menahan agar tidak meluapkan rasa kesal itu pada Natania.

"Raina," panggil Aqila berlari mengejar Raina. Namun saat di depan kelas dirinya berpapasan dengan Aksa. Akhirnya Aqila dan Ratu kembali ke tempat duduknya.

Raina menangis beberapa saat di toilet kemudian membasuh wajahnya sebelum kembali ke kelas. Melihat layar masih menunjukan absensi mahasiswa, Raina berjalan ke meja Aksa.

"Dari mana?" Tanya Aksa.

"Toilet," jawab Raina singkat lalu menempelkan kartu mahasiswanya untuk absen.

Pandangan Aksa melihat ke arah mata Raina dan hidung gadis itu yang memerah seperti orang menangis. Raina mengambil tas nya dan duduk di bangku paling belakang. Aksa langsung menjelaskan materi kedua perkuliahannya, seperti minggu lalu setelah menjelaskan Aksa memberikan tugas essay.

"Kerjakan tugas ini sendiri-sendiri. Tidak boleh copy paste apalagi copy paste jawaban teman. Saya memeriksa tugas kalian satu persatu. Jika ada yang copy paste atau jawabannya sama persis dengan teman, keduanya langsung saya nilai nol dan saya tidak terima alasan apapun. Paling lambat besok jam 10 pagi. Cukup ya waktunya?" Tanya Aksa.

"Cukup pak," jawab para mahasiswa di kelas.

"Raina, materi dan tugas hari ini sudah saya kirim ke kamu. Silahkan share ke teman-teman."

Raina mengangguk. "Iya pak."

"Kalau gitu mata kuliah saya hari ini selesai. Saya permisi."

"Terima kasih pak Aksa." Aksa membawa laptop dan bukunya ke ruang dosen.

Aqila dan Ratu langsung menghampiri Raina yang masih merapihkan bukunya. "Na, lo kenapa?" Tanya Aqila.

"Gak apa-apa. Gue mau sarapan dulu di kantin." Raina mendahului Aqila dan Ratu serta melewati Natania begitu saja menuju kantin.

Dosen Aksa
Jam 2 temui saya di lobby kampus.

Raina
Baik pak.

Raina langsung mengetik pesan untuk Theo agar Theo tidak menjemputnya lebih awal.

Raina
Bang Theo, jemput Raina jam 3 aja ya?
Teman bang Theo nyebelin.
Mengirim foto.

Raina mengirim foto hasil jepretan layar pesan dari Aksa. Theo tertawa saat membaca pesan dari Raina. Dialah yang meminta Aksa untuk mengajak Raina pergi bersamanya.

Bang Theo
Ya sudah, ketemu Aksa dulu ya.

Mata kuliah terakhir Raina selesai pukul satu siang. Dirinya keluar kelas dan melihat Aksa sedang duduk dengan mahasiswa perempuan di depan ruang dosen. Raina menuju lift untuk menunggu Aksa di lobby kampus.

"Saya hanya bisa bimbingan sampai jam dua ya," ucap Aksa sambil melihat jam tangannya.

"Baik pak."

Satu jam berlalu, Aksa segera merapihkan meja dan barang bawaannya. Tidak lupa beberapa makanan dari Raina untuk mamanya. Aksa menghampiri Raina yang duduk di kursi lobby kampus.

"Ikut saya." Raina mengikuti langkah Aksa menuju mobil yang terparkir di samping lobby. "Masuk."

"Mau ke mana?"

"Theo meminta saya membawa kamu. Terserah mau ikut atau tidak."

Bang Theo
Ke sini sama Aksa ya.

Raina menghela nafasnya lalu masuk ke mobil Aksa. Dirinya meletakan tas di belakang lalu memakai seatbelt. Perlahan mobil itu melaju meninggalkan kampus. Tidak ada percakapan diantara mereka karena Raina masih kesal pada Aksa.

Mobil Aksa memasuki area peristirahatan lalu berhenti di layanan drive thru sebuah restoran cepat saji. Aksa memesan satu cup es krim vanilla lalu memberikannya ke Raina.

"Makasih." Raina menyantap es krim itu sambil melihat ke luar mobil.

"Maaf jika perkataan saya menyakiti kamu." Raina menengok ke arah Aksa yang fokus menyetir lalu kembali melihat jalanan sambil menyantap es krim. "Makanya lain kali jangan gampang kasih tugas kamu ke mahasiswa lain. Itu tugas individu bukan kelompok."

"Ya saya juga nggak tahu kalau dia cuma ganti nama doang ditugas saya. Tuh kalau nggak percaya, saya ada chatnya," jawab Raina sambil memberikan ponselnya ke Aksa.

"Saya sedang menyetir." Aksa menghela nafasnya. "Selanjutnya kerjakan tugas dengan baik."

"Hm," sahut Raina sambil melanjutkan menyantap es krim.

"Saya mau ke rumah dulu, kamu bilang ada makanan yang harus di kulkas kan? sekalian ambil hadiah untuk Leo. Kamu langsung ke restonya ya, saya drop kamu di lobby."

"Leo itu temannya bang Theo? Berarti bang Theo sama teman-temannya?"

Aksa mengangguk. "Kenapa kaget? Ini memang acara Leo."

"Bang Theo nggak bilang." Raina menghela nafasnya berat.

Raina
Bang Theo di mana?

Bang Theo
Masih macet di jalan dari kantor Bara.
Mengirim foto.

Raina melihat foto yang dikirim oleh Theo. Terdapat Theo dan beberapa temannya dalam foto tersebut.

Raina
Kenapa nggak bilang kalau ramai-ramai sama teman bang Theo?

Bang Theo
Biar kamu mau ikut.
Kamu sama Aksa kalau sudah sampai duluan tunggu di lobby ya.

Raina menghela nafasnya menatap Aksa. "Bang Theo masih di jalan sama teman-temannya. Katanya macet."

"Mau nunggu sendiri atau ikut saya?"

"Ikut." Raina berpikir lagi kalau dirinya ikut Aksa ke rumahnya berarti dia akan bertemu dengan orang tua Aksa. Beberapa saat kemudian, Raina memgubah pikirannya. "Saya tunggu sendiri saja."

"Labil. Mallnya sudah lewat."

"Masih bisa putar balik pak."

"Jauh." Raina melihat ke arah kanan dan memang tidak ada putaran balik. Raina menghela nafasnya berat lalu bersandar di kursi mobil.

Dosen CoolkasTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon