"Apa Salsabila juga ikut mengedarkan obat tersebut?" Tanya Ace.

Thalia mengangguk "Iya! Tapi, aku sudah mengambil semua stok obat mereka dengan sedikit melakukan hal istimewa pada Salsabila." Kekeh Thalia teringat ia bertindak kasar pada gadis polos dan telihat naif itu.

"Dimana obatnya sekarang?" Tanya Ace.

"Ada di gudang penyimpanan. Awalnya aku ingin membakarnya, tapi niat itu aku urungkan karena aku berpikir mungkin barang tersebut bisa di jadikan bukti." Jawab Thalia.

"Berikan obat itu kepadaku! Aku akan memberikannya kepada Daniel di Shadow Knight. Agar kau aman tidak terseret kasus karena tuduhan palsu!" Ujar Ace membuat Thalia menganggukkan kepala. Gadis netra emas madu segera mengambil kotak kayu, ia segera menyerahkannya kepada Ace.

"Tha! Bagaimana menurutmu jika Raja Helium memintamu kembali ke Kerajaan Renegades?" Tanya pria bernetra merah.

Thalia berpikir "Apakah keadaan di sana sudah seperti di sini?"

"Tidak separah di sini, karena Raja Helium sudah mengupayakan pencegahan! Dan beliau ingin meminta bantuanmu untuk menjadi tabib ahli dan pelatih di RS pusat Renegades. Sebab, Raja Helium tidak bisa menemukan orang yang berkemampuan mirip sepertimu." Jawab Ace.

Thalia menghela nafas 'Tentu saja! Semua ilmu yang aku terapkan di sini semuanya ilmu terbaru di duniaku!' Gumamnya dalam hati.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Ace lagi. Thalia tersadar akan lamunannya sendiri.

"Kalau memang aku bisa bermanfaat disana. Ayo saja! Lagi pula aku rindu sama Anna!" Thalia tampak antusias karena ia akan berpetualang lagi ke Kerajaan Renegades yang menurutnya sangat indah.

Ace berdecak kesal "Kau tak pernah sekalipun rindu padaku?"

Thalia melebarkan matanya "Rindu pastinya. Tapi, karena kita sering bertemu seperti ini, jelas rasa rindunya sudah terbayarkan." Jawab Thalia tak terima.

"Tha! Coba kesini!" Panggil Ace. Thalia dengan patuh berjalan mendekati Ace yang sedang duduk santai. Jemari tangan Ace serega meraih dan menarik tangan gadis itu. Thalia gagal menghindar berakhir jatuh di atas pangkuan calon suaminya.

Jemari Ace menyibakkan surai rambut Thalia yang menutupi sebagian wajahnya ke belakang telinga Thalia. Pria itu mendongak agar lebih leluasa melihat wajah cantik Thalia. Kedua netra merahnya menatap intens netra emas madu milik Thalia. Gadis itu kikuk karena posisinya lebih tinggi. Jadi, lebih leluasa melihat rupawan Ace yang amat sempurna.

Rona merah sudah muncul di wajah cantiknya. Jemari Ace bergerak menyusuri tengkuk Thalia dan menariknya. Thalia otomatis memejamkan matanya, ia merasakan kehangatan menerpa bibirnya. Ace melumatnya lembut, Thalia yang terbuai membalas ciuman Ace. Kedua tangan Thalia menangkup wajah Ace agar ciuman mereka terpaut lebih dalam lagi.

Thalia melepaskan tautan bibir mereka, nafasnya memburu. Netra merah Ace dipenuhi kabut gairah karena melihat area leher dan dada Thalia yang terekspose. Thalia di rumah memang jarang memakai gaun berat, ia lebih memilih gaun ringan dengan model leher dan area dadanya sedikit terekspose--bukan berarti gundukan dadanya terlihat ya.

Tangan Ace yang masih bebas merengkuh pinggang Thalia. Desahan lolos dari mulut Thalia karena terkejut Ace menyerang bagian lehernya. Tenaga Thalia mendadak menghilang, pikirannya mendadak kosong, jantungnya berdegup dua kali lipat. Ia baru pertama kali merasakan gelenyar aneh akibat ulah Ace. Pria itu menghentikan aksinya, ia tak mau meninggalkan tanda di tubuh mulus wanitanya.

Akan ada saatnya, dimana Ace bisa leluasa menandai seluruh tubuh Thalia tanpa terkecuali. Ia melakukannya untuk memberitahu semua orang bahwa Thalia sudah menjadi miliknya. Ace memeluk erat wanitanya, ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Thalia. Aroma mawar dari tubuh Thalia membuatnya benar-benar tenang.

"Aku menyukai harum mawar yang menguar di setiap aku memelukmu, Tha." Ungkap Ace yang masih diam di posisinya.

Thalia tertawa geli mendengarnya--otak liarnya berfantasi ria, ia membayangkan Ace seperti anjing poodle jinak yang bucin abis pada tuannya.

***___***

Ricard menatap Ratu Julie dengan tatapan datar. Terlalu banyak yang menjadi beban pikirannya, belum lagi Thalia yang sudah menjadi tunangan Ace. Ratu Julie menyadari tatapan rumit putra satu-satunya itu.

"Tampaknya putra ibu sedang banyak masalah?" Tanya Ratu Julie.

Ricard tersenyum tipis "Hanya masalah kecil, Ibu."

"Kau putraku dan aku sudah hafal betul dengan tingkah lakumu, Nak." Ratu Julie beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Putranya. Jemarinya mengelus lembut puncak kepala Ricard "Masalah seberat apapun, putraku tidak akan pernah memasang wajah sendu dan penuh kerumitan. Ingat, Nak! Kau sudah menjadi Raja. Dan jangan terlalu mudah untuk menunjukkan ekspresi kesedihan." Nasehat Ratu Julie sedikit menyentil hati Ricard.

"Ace sudah mendahuluiku, Ibu!" Ujar Ricard "Aku baru mengetahui bahwa Thalia sudah bertunangan dengannya." Sambung Ricard penuh kekesalan.

Ratu Julie tertawa "Lantas, kenapa kau bisa selemah ini, Nak? Dulu sebelum pertunanganmu berakhir kau tampak selalu ambisius dalam segala hal. Bahkan kau bisa membuat putri seorang Duke menjadi pribadi buruk hingga semua orang mengucilkannya."

"Itu.." Ricard menghela nafas panjang.

"Kau adalah laki-laki dan seorang Raja. Kau punya hak dan perintah mutlak kepada semua orang yang hidup di wilayahmu, termasuk Thalia!" Ricard menatap Ratu Julie "Setiap perintah mutlak yang di keluarkan di tolak maka hukumanlah yang akan mereka dapatkan?" Sambut Ratu Julie.

Pria pemilik netra biru itu kembali mendapatkan dirinya lagi "Ibu benar! Aku bisa mengambil apa yang aku mau, meskipun Ace bodoh itu selalu menghalangiku!"

"Boleh ibu bertanya sesuatu?" Tanya Ratu Julie.

"Silahkan, Ibu!"

"Bagaimana dengan Nona Salsabila, sayang? Bukankah dia sangat tergantung padamu?" Ratu Julie kembali duduk di samping Ricard.

"Aku akan tetap bersamanya, Ibu! Jika Thalia berhasil bersanding denganku, maka aku akan mengangkat Salsabila menjadi selirku." Jawabnya membuat Ratu Julie terkejut.

'Dunia gila ini enak sekali ya, bisa mengangkat selir sesuka hatinya.' Batin Sandiano di dalam tubuh Ratu Julie.

"Aku akan mengirim surat undangan ke istana untuk Thalia. Dengan begitu akan ada kesempatan untukku berbicara berdua dengannya." Sambung Ricard lagi.

"Lakukan apa yang menurutmu benar, Nak! Tapi, jika hasilnya di luar keinginanmu, Ibu harap kau jangan bersedih lagi. Kau adalah seorang Raja, tentu masih banyak wanita yang lebih cantik yang rela menjadi pendampingmu meskipun hanya sebatas selir!" Ratu Julie tersenyum lembut.

"Terimakasih, Ibu!" Sahut Ricard.

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now