20

52 8 6
                                    

Pesan yang di kirim oleh Ruby telah di terima oleh Erick dan isi pesan nya adalah.

Kak ini aku Ruru, maaf kalau memberi pesan malam-malam begini tetapi ada kabar penting yang ingin Ruru sampaikan pada kakak. Tia selalu mendapat teroran dari seseorang berupa bangkai buruk gagak, merpati, atau burung lain nya bahkan potongan tubuh manusia, Ruru mohon pada kakak untuk menyelidiki siapa dalang di balik semua teroran sialan itu.

Tanpa sadar tangan Erick meremas kertas surat yang berasal dari Ruby lalu membuka jendela kamarnya.

Malam ini juga Erick akan menyelidiki siapa dalang di balik teror yang telah di alami oleh Tiara.

Erick mengamati sekitarnya dan memastikan bahwa tidak ada orang yang melihat aksinya.

"Sepertinya aman" gumam Erick melompat dari jendela kamar nya lalu mendarat ke dahan pohon.

Peralatan yang Erick bawa adalah teropong serta belati kecil yang selalu tersimpan rapi di balik lengan baju nya.

Alasan kenapa dia selalu mengenakan baju lengan panjang adalah untuk menyimpan belati kecil atau pisau.

Semua itu dia lakukan untuk berjaga jaga kalau dirinya di serang oleh orang tak di kenal.

Kaki jenjang Erick melangkah menyusuri setiap asrama demi asrama untuk menemukan sesuatu yang janggal.

Tetapi tidak ada hal aneh di setiap halaman belakang asrama bahkan semua tergolong aman.

Karena lelah Erick memutuskan untuk beristirahat sejenak di pohon tempatnya asrama tingkat 3.

Sebelah tangan nya mengambil daun cukup lebar untuk dia jadikan sebagai kipas.

Samar-samar telinga nya menangkap adanya bunyi sepatu berada di belakang nya dan mendekat kearahnya.

Dengan sigap Erick menarik tangan orang itu lalu melemparnya ke tanah dan menahan nya.

"Ampun, ampun ini aku rick" Ronan merintih kesakitan karena tubuhnya di lempar oleh Erick.

"Kenapa kau mengikuti ku?" Tanya Erick melepaskan tangan nya dari tubuh Ronan.

"Penasaran aja sih" jawab acuh Ronan membersihkan pakaian nya yang lusuh terkena tanah.

Ekspresi Erick mendatar seketika setelah mendengar jawaban aneh dari Ronan dan pergi meninggalkan Ronan.

Namun langkah nya terhenti kala melihat ada siluet bergerak mencurigakan di belakang asrama.

Mau ga mau Erick menarik Ronan untuk ikut bersamanya melihat siapakah orang yang berada di sana.

Ronan yang tangan nya di tarik paksa oleh Erick hanya bisa pasrah mengikuti kemana Erick membawa nya.

Belum sempat dia bertanya mulutnya sudah di bungkam oleh telapak tangan milik Erick.

Pandangan Ronan pun mengikuti kemana Erick melihat dan terkejut menyadari bahwa seseorang tersebut adalah anak didik akademi.

Melalui lirikan mata akhirnya Ronan paham mengapa Erick menariknya kemari.

Dengan langkah pelan tanpa menimbulkan suara keduanya berjalan mendekati seseorang itu.

Mereka berdua memegang tali yang entah darimana mereka dapatkan untuk mengikat orang itu.

"Dalam hitungan 3 kita langsung ikat dia oke?" bisik Ronan memberikan aba-aba pada Erick.

Yang di balas anggukan mantap oleh Erick dan fokus pada titik target mereka di depan sana.

"1"

"2"

"3"

Tepat setelah hitungan ketiga keduanya kompak melompat dan langsung mengikat dalang dari teroran yang terjadi pada Tiara.

"Tidak ku sangka ternyata kau adalah orang di balik semua ini, pantas saja semua tidak suka dengan mu" cibir Ronan melempar senyum mengejek miliknya.

"Mereka hanya iri kepada ku" ujar nya dengan nada sombong yang membuat Ronan muak mendengarnya.

Erick mencari lakban di saku celana nya lalu melakban mulut orang yang di ketahui namanya adalah Albert.

Daripada mulut itu terus menerus mengoceh tentang suatu hal yang tidak masuk akal.

Ada baiknya kalau mulutnya itu di lakban agar tetap diam dan tidak menimbulkan kebisingan.

Kedua tangan Erick dan Ronan menggotong tubuh Albert meninggalkan asrama tingkat 3.

Mereka berdua akan melaporkan kejadian ini kepada pendiri akademi terlebih dahulu.

Barulah mereka akan kembali ke asrama tingkat 5 untuk tidur dan mempersiapkan diri menjalani esok hari.

Pagi harinya.

Di asrama 5 gempar akan berita Albert dari tingkatan mereka telah melakukan tindakan yang mencoreng nama baik akademi serta melanggar hukum yang telah di tentukan.

Bisikan demi bisikan yang berisikan menggunjing Albert tidak luput dari pendengaran mereka berdelapan.

Semua ini sudah biasa terjadi di kalangan anak remaja maupun dewasa yang senang sekali membicarakan keburukan orang lain tapi tidak suka kalau keburukan nya di bicarakan.

Aneh memang padahal kan apa yang kita tanam itulah yang nantinya akan kita dapatkan.

"Sekumpulan orang-orang aneh" cecar Ella memandang miris mereka yang masih menggunjing mengenai Albert.

"Tidak heran lagi kalau orang nya seperti mereka" sahut Marvel duduk di sebelah Lion yang asik membaca buku.

"Menurut mu siapa yang menemukan kedok milik Albert?" Tanya Renan pada mereka yang berada di sana.

"Siapa ya? Prof tidak memberitahu soal siapa yang menemukan nya.." sedih Ella memasang wajah muram miliknya.

Padahal kan dia penasaran banget siapa yang berhasil membuka kedok menyebalkan milik Albert.

Tapi keamanan privasi dari akademi memang seketat itu dan tidak main-main jadi akan sangat sulit bahkan mustahil untuk mendapatkan nya.

"Biarkan lah, siapapun orang seharusnya kita berterimakasih karena kedok Albert telah terbuka oleh nya" celetuk Ronan menyomot kentang goreng milik Chico.

Makanan milik Ronan sendiri sudah habis di makan empu nya dan berganti lah dia memakan milik orang lain.

"Ada benarnya juga apa yang di katakan oleh Ronan" timpal Marvel setuju dengan Ronan.

"Ya sudah jangan terlalu di pikirkan mari kita lanjutkan makan nya" ajak Erick kembali menikmati makan paginya bersama teman-teman nya.

Setelah aksi pembongkaran yang di lakukan oleh Erick dan Ronan akhirnya Tiara dapat tertidur dengan damai tanpa mengalami teror lagi.

Lama kelamaan Tiara lupa akan teror yang pernah dia alami karena sering nya di ajak main oleh Ruby untuk mengalihkan perhatian nya.

Bukan hanya ruby saja yang berusaha mengalihkan pikiran dan perhatian Tiara.

Akan tetapi seluruh anak tingkat 3 ikut serta merta dalam mengembalikan Tiara seperti sebelumnya.

Tidak ada persaingan tidak sehat di sana apalagi sampai bermusuhan, mereka hidup rukun damai di asrama yang sama.

Meskipun tetap bersaing di kelas tetapi mereka melakukan persaingan sehat yang tidak memakan korban jiwa ataupun melanggar hukum akademi.

Seharusnya seperti inilah seangkatan yang saling mengulurkan tangan untuk menguatkan satu sama lain hingga terbentuk bangunan yang kokoh tak terkalahkan.

Hari hari berlalu begitu saja dengan damai dan menyenangkan terlebih lagi Erick telah mengganti kalung Tiara.

Juga ada kejadian dimana Elaina meminta maaf langsung kepada korban yang telah dia rugikan.

Entah di sengaja maupun tidak semua dia mintai maafnya agar semasa hidupnya nanti tidak ada penyesalan.

Elaina tidak ingin hidup dalam penyesalan seumur hidup karena itu sangat menyakitkan sekali.

To Be Continue

08.03.2024

Life In ManhwaWhere stories live. Discover now