- ❝ e l e v e n ❞ ·˚ ༘

Start from the beginning
                                    

Irene pikir, tidak ada salahnya menikmati perilaku ini dari seorang pria tampan seperti Matthias.

Jujur, Irene menyukai gestur lembut Matthias. Namun hatinya selalu menyangkal bahwa ia tidak menyukainya karena dia sudah melabeli pria itu sebagai bajingan yang menyebalkan dan milik wanita lain.

Di seberangnya, Matthias menatap Irene yang menutup matanya dan membalas gesturnya.

Tangannya dengan erat menetap dengan nyaman di pinggang sang gadis.

Bibirnya bergerak sedikit lebih cepat, menuntut sedikit kasar. Mengisap pelan bibir bawah Irene dan sedikit menggigitnya.

Bergerak kembali menghisap bagian atas bibirnya, sebelum Matthias membuka mulutnya dan hendak menelusupkan-

Tok! Tok!....

"Permisi Duke, kuda yang akan anda tunggangi sudah siap." Ujar Hessen mengetuk pintu dari luar.

Irene dengan cepat memutuskan kontak mereka dan berdehem pelan. Matthias menatap pintu itu dengan tatapan sinis, sebelum berdiri dan berjalan untuk membuka pintunya.

"Aku dan Lady Delaney akan pergi menelusuri hutan. Jadi jangan ada yang mengganggu." Kata Matthias memberikan informasi kepada pelayan pribadinya.

"Baik, Tuan Duke." Hessen mengangguk dan mengundurkan diri.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Drapp... Drap......

Suasana hutan damai dengan sesekali suara gemerisik dari semak-semak akibat dari hewan-hewan kecil yang melintas. Burung-burung dari kejauhan berkicau dengan indah.

Suara langkah kaki kuda yang menggema di hutan. Irene menatap sekeliling hutan dengan kagum. Jalur yang selalu ia dan Layla gunakan adalah jalur untuk berjalan.

Matthias memperkenalkannya jalur khusus yang biasanya mereka gunakan saat berpacu atau menunggangi kuda.

Pantas saja, Irene tidak pernah berpapasan dengan Matthias ketika ia sedang bersama Layla.

"Kau ternyata mahir menunggangi kuda." Ungkap Matthias membuat Irene tersenyum bangga.

"Tentu saja, saya diajarkan untuk menunggangi kuda karena tradisi keluarga saya yang mewajibkan anggotanya untuk pandai dalam hal itu." Terang Irene dengan jelas.

Irene tidak tahu mengapa berkuda menjadi sebuah tradisi wajib bagi keluarganya. Namun, ia tidak mempersalahkan tradisi itu.

Menurut Irene, berkuda menjadi salah satu kelebihan yang bagus bagi seseorang. Karena jarang sekali ada yang ingin belajar kuda dengan alasan mereka takut terjatuh dari kuda, kuda itu menjijikkan, dan masih banyak lainnya.

Irene tersenyum, sedangkan Matthias yang di sebelahnya merengut sedikit. Niat hari menyiapkan satu kuda, agar Irene dapat duduk di depannya. Namun sayangnya, sang Lady justru mahir dalam berkuda.

Matthias memperhatikan senyuman menawan yang terpatri di bibir sang wanita.

Bagaimana rambut pirang panjangnya yang diikat menambah kesan tegas dan cantiknya.

Pakaian khusus berkuda membuat Matthias melihat penampilan barunya, dan juga lainnya.

"be...... kan?"

"...uan.... ....ke?"

"Tuan Duke!" Panggil Irene menyadarkan Matthias dari pikirannya.

"Oh.....?" Matthias terdiam melihat tiga orang yang menatapnya.

𝗜𝗥𝗘𝗡𝗘 Where stories live. Discover now