Sesampainya di tempat persembunyian dimana Dariel, William menunggu, Ace dan Thalia duduk bersandar di pohon.

"Apa yang terjadi, Pangeran?" Tanya William yang melihat wajah lelah karena berlari.

"Aku yakin pasti ketahuan?" Dariel menimpali.

"Bukan ketahuan, melainkan malah menyerang di kandang musuh," Jawab Ace enteng kemudian melirik ke arah Thalia yang masih kembang kempis mengatur nafasnya. Thalia merasa sesak berlari menggunakan gaunnya.

"Menyerang?" Tanya Dariel lagi dengan ekspresi tertarik dengan topik yang ia dengar.

"Ayo pergi dari sini! Aku mau pulang! Nanti kita bicarakan saja di rumahku saja!" Ajak Thalia kemudian beranjak naik ke kuda milik Ace di bantu si empunya.

Tak lama pemilik kuda juga menaiki kudanya. Mereka pun pergi meninggalkan hutan terlarang.

***___***

Raja Ricard sedang sibuk dengan lembaran kertas kerja di atas meja. Ia ingin sekali keluar istana meskipun hanya sebentar. Akan tetapi, pekerjaan Raja Liam yang menumpuk semenjak sang Raja sakit. Ricard juga tak melihat Ibunya. Yang ia tahu, Ibunya keluar untuk beberapa kepentingan istana.

"Daniel, bisa kah kita beristirahat terlebih dahulu? Aku ingin sekali ke RS untuk menemui Thalia." Sahut Daniel yang sedang sibuk memilah dokumen yang sudah selesai di kerjakan.

"Mohon maaf Yang Mulia, anda bisa berkunjung ke RS, jika dokumen yang menumpuk di hadapan anda sudah selesai," Jawab Daniel.

Ricard berdiri dari tempat duduknya "Aku percayakan padamu, Daniel!" Ucap Ricard kemudian beranjak keluar ruangan. Daniel hanya menggelengkan kepalanya.

Raja Ricard segera memerintahkan pengawalnya untuk mempersiapkan kereta kuda, setelah menunggu beberapa deti Raja Ricard pun pergi meninggalkan istananya. Ricard akan menjalankan rencananya dengan memanfaatkan posisinya sebagai Raja untuk menikahi Thalia.

***___***

Kediaman Nathalia tampak sedikit ramai karena pemilik rumah tidak pulang semalaman dan baru kembali keesokan harinya bersama tiga orang pria. Yasmin menyambut tuan putrinya dengan ekspresi nanar bercampur khawatir, Thalia berusaha menenangkannya karena memang kesalahan Thalia sedari awal bahwa dirinya tidak mau di kawal jika bekerja di RS.

"Istirahatlah dulu! Setelah sarapan kita akan melanjutkannya!" Kata Thalia cepat, ia segera ingin membersihkan diri karena sudah terasa lengket dan tidak nyaman.

Ketiga pria itu tidak membantah, mereka menuruti dan mengikuti pelayan Thalia yang pergi menunjukkan kamar kosong untuk para tamu nonanya.

"Yasmin, tolong bilang ke kepala koki untuk menyiapkan sarapan pagi untukku dan ketiga tamuku ya! Setelah itu datanglah ke ruanganku!" Sahut Thalia, Yasmin segera beranjak menuju dapur untuk menemui kepala koki.

Thalia berjalan ke kamarnya, ia tak sabar ingin segera melemaskan otot-otot tubuhnya yang kaku. Seharian penuh ia memakai gaun dan rasanya sungguh menyiksa.
Tak lama Yasmin tiba di kamar Thalia, netra emas menoleh melihat Yasmin datang. Sosok cantik itu sedang berdiri di balkon kamar untuk menikmati udara segar.

"Yasmin, tolong segera siapkan aku air hangat dengan aroma terapi. Aku ingin merilekskan tubuhku!" Ujar Thalia.

"Baik, nona!" Yasmin segera beranjak menuju kamar mandi untuk menunaikan perintah junjungannya.

Thalia kembali masuk ke dalam kamar, ia segera melepas pakaian yang ia kenakan dan hanya memakai dalaman yang transparan sehingga seluruh lekuk tubuh eloknya terekspos sempurna. Thalia mengambil nafas panjang berusaha merilekskan otot-otot tubuhnya. Ia merasa sangat lelah karena pikirannya berkecamuk mengetahui fakta bahwa Ratu Julie merupakan pamannya sendiri.

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now