Meski hanya sebagai pendamping, Mima mengusahakan penampilan terbaiknya karena bagaimana pun dia pergi dengan atasannya, selain itu acara yang diadakan di salah satu ballroom hotel bintang lima menandakan bahwa kerabat Arlan berasal dari keluarga menengah ke atas, tamu yang datang sudah dipastikan bukan orang sembarangan. Mima tidak boleh mempermalukan diri sendiri dan Arlan yang membawanya.

Dengan dress satin biru muda dipadukan blazer berwarna krem, Mima tersenyum menatap penampilannya didepan cermin. Sambil bersenandung ia memasang aksesoris pada jari, pergelangan tangan, leher, dan juga kedua kupingnya dengan perhiasan berkilauan.

"Cantik sekali, Mima. Good job!" gumamnya memuji diri sendiri, lalu mengatupkan bibir untuk meratakan lipstick yang telah dioleskan sebelumnya.

Arlan akan menjemput jam 9 dan Mima masih punya cukup waktu untuk mengambil foto ---entah itu ber-selfie atau mirror, mumpung dia sedang cantik-cantiknya dan akan diposting di sosial medianya nanti.

Satu pesan masuk dari Arlan yang mengabari bahwa pria itu telah sampai dan menunggu di parkiran basement, Mima langsung menyambar Sling bagnya dan memakai Stiletto putih yang sudah disiapkan didepan pintu sejak tadi.

Bunyi ketukan sepatu yang terdengar tegas mampu menarik perhatian Arlan, pria yang sedang bersandar pada body range rovernya sambil memainkan ponsel, mengangkat kepala dan terpaku pada satu titik seolah semua disekitarnya mendadak buram seketika.

Mima berjalan melenggok dengan begitu manis, senyuman manis yang selalu terpasang di wajah itu kali ini memberikan pesona yang berbeda, membuat Arlan tak dapat mengalihkan perhatiannya pada lain hal. Rambut panjang kecoklatan yang biasanya selalu digerai, kali ini tersanggul rapi menunjukan leher jenjangnya. Cantik sekali.

"Selamat pagi, Bapak!" Sapa Mima dengan riang, ia sudah mewanti-wanti bahwa khusus untuk hari ini akan bersikap memuliakan Arlan. Karena pria itu adalah kunci untuk handbag Dior-nya.

Arlan mendeham dan mengangguk. "Udah siap? Gak ada yang ketinggalan?"

"Gak ada. Gimana penampilan saya? Sudah dipastikan gak akan membuat Bapak malu, 'kan?" Pria itu sontak memerhatikan penampilan Mima dari atas hingga bawah, ia akui jika wanita itu sangat pandai dalam menjaga penampilan.

Mima tahu betul apa yang dibutuhkan tubuhnya dan pantas dia pakai. Apalagi karena tinggi tubuhnya yang terbilang dibawah rata-rata, perlu kehati-hatian dalam memilih outfit agar tidak membuatnya terlihat semakin petite.

"Cantik." Kedua pipi Mima seketika bersemu, padahal dia yang bertanya tapi dia yang salah tingkah sendiri.

"Terima kasih."

Arlan hanya diam tak lagi menjawab sebelum akhirnya bergerak membukakan pintu mobil untuk Mima. "Silahkan masuk. Kita harus segera pergi." Mima mengangguk dan melirik Arlan sejenak sebelum mendudukkan bokongnya dengan nyaman pada kursi penumpang, mobil Arlan.

Sebelumnya mereka pernah berada dalam satu mobil, namun bukan mobil Arlan melainkan milik Mima. Ini adalah pengalaman pertama bagi Mima duduk dan disetiri oleh atasannya itu, yang mana sangat jelas perbedaan antara dua kendaraan mereka jika dibandingkan. Bukan aroma pengharum apel seperti dalam mobilnya, tetapi parfum mahal yang tercium.

Jangan salah, Mima itu cekatan kalau soal barang-barang mahal. Matanya langsung hijau seketika.

"Saya disana ... Harus ngapain?" Setelah cukup lama mereka terdiam, Mima pada akhirnya menjadi orang pertama yang memecah keheningan.

Arlan meliriknya sekilas. "Gak perlu ngapa-ngapain," jawabnya dengan pelan membuat Mima mengernyit.

"Terus kalo gak ngapa-ngapain, kenapa Bapak minta saya temenin ke acara itu?" Sudah pasti ada tujuan tersendiri kan kenapa Arlan mengajaknya? Atau hanya dijadikan sebagai pajangan saja?

My Beloved Staff (TAMAT)Where stories live. Discover now