***___***

Mereka berdua kembali ke kenyataan yang sebenarnya, setelah Ace membuat Thalia sedikit terbang melayang karena serangan dadakan pria itu. Ace kembali menatap datar kearah 5 orang manusia yang sedang membuat obat yang berbentuk serbuk--suasana hatinya kembali tenang, karena wanitanya sudah ada di sampingnya.

"Jangan gegabah Ace!" Ujar Thalia dengan nadanya yang hampir tak terdengar. Thalia sedikit mengeratkan genggaman tangan, agar Ace mengetahui bahwa Thalia berusaha mencegahnya. Netra merah Ace sedikit berkilat marah, aura membunuh tiba-tiba menguar ketika ia kembali mengamati keadaan di depan matanya. Ace ingin mengacaukan tempat tersebut tetapi di cegah oleh Thalia yang menyadari adanya aura membunuh.

Ia berbisik, kedua netranya masih fokus mengamati pemandangan di depannya "Aku akan menangkap mereka!"

Thalia mencoba menenangkannya "Tunggu lah! Kita amati terlebih dahulu ya!" Pinta Thalia dengan satu tangan yang bebas mengelus lembut bahu Ace agar pria itu kembali diam.

Ruang bawah tanah yang terbagi 2 ruangan saja. Bagian luar dimana Thalia dan Ace bersembunyi di balik buffet, di belakang mereka terdapat tumpukan beberapa karung yang kemungkinan berisi persediaan bahan pokok. Di bagian belakangnya lagi, Thalia melihat banyak lemari seperti rak yang di pergunakan untuk menyimpan anggur merah, beberapa rak tampak kosong dan kotor dengan beberapa botol yang sudah pecah terselimuti debu.

Ruangan bagian dalam berisikan peralatan sederhana yang di pergunakan untuk membuat obat atau serbuk. Sebuah alat tradisional yang dipergunakan untuk menumbuk hingga halus seperti serbuk. Entah darimana mereka membuat peralatan tersebut. Tapi, Thalia juga merasa tidak asing dengan teknik yang mereka pakai untuk membungkus serbuk putih di atas kertas kecil.

Netra emas Thalia menyipit, memperhatikan salah satu dari mereka sibuk mengatur besar kecilnya bara api, di atasnya terdapat alat pemanggang yang berisikan ranting rumput fatimah yang sudah di potong kecil-kecil. Potongan ranting yang sudah kering tersebut, kembali mereka keringkan lagi hingga mudah di hancurkan.

Pelayan selanjutnya sibuk memilah-milah ranting paling kecil dan mulai menumbuknya hingga berbentuk serbuk. Setelah halus, mereka mengayak dengan ayakan kecil untuk memisahkan serbuk halus dan kasar. Setelah terpisah sempurna, serbuk kasar di tumbuk kembali hingga benar-benar halus.

Wanita satunya sibuk membagi serbuk yang sudah halus di atas kertas-kertas kecil yang sudah tertata rapi, membagi rata serbuk putih tersebut dan mengumpulkannya menjadi satu berbentuk gundukan kecil yang sama rata. Setelah selesai membagi, ia melanjutkan aktivitasnya membungkus obat dengan teknik yang sama dengan membungkus obat puyer di dunia Thalia.

"Kira-kira siapa yang mengajari mereka ya, Ace?" Bisik Thalia.

Ace menoleh "Mengajari apa?"

"Itu! Membungkus serbuk dengan kertas-kertas kecil. Cara mereka mirip sekali dengan di duniaku. Apa di sini juga memakai teknik seperti itu?" Thalia menunjukkan salah satu pelayan yang sedang sibuk melipat-lipat kertas.

Ace memperhatikan wanita yang di tunjukkan oleh Thalia, ia memang sedang sibuk dengan sebuah kertas kecil "Entahlah, aku tidak tahu. Yang pasti, kalau tidak Tuan Snowhite yang mengajari, tentunya Ratu Julie sendiri,"

"Bagaimana cara kita menangkap mereka? Andai saja ada CCTV atau kamera handphone," Ujar Thalia berandai-andai.

Ace mengernyitkan "Apa itu CCTV dan kamera handphone?"

"Itu sebuah alat di duniaku yang berfungsi untuk merekam atau mengambil video. Jadi, kita bisa mempunyai rekaman video untuk di jadikan barang bukti,"

Ace tersenyum, ia mengankat tangan Thalia dan menunjukkan bandul sayap "Kau mendapatkan batu ini dari mana?" Tanya Ace.

Thalia menatap datar Ace "Dari pria tua waktu kita berada di Renegades. Memangnya kenapa?"

"Bandul ini merupakan batu sihir langka. Dan hanya ada 2 saja. Lihat ini!" Ace mengeluarkan bandul kalungnya yang tersembunyi di balik baju hitamnya.

"Aku tahu itu sepasang. Waktu itu, setelah aku merawatmu karena sakit. Tak sengaja aku mendekatkan keduanya dan clinggg...!" Thalia menjelaskan dengan mode berbisik dan dengan gestur tubuh yang mendramatisir "Lalu keluarlah cahaya yang menyilaukan sekali saat aku menempelkan kedua bandul itu!" Jawab Thalia.

"Dan kau berakhir melihat masa lalu mediang Ibu dan bibiku," Sambung Ace yang diangguki Thalia sebagai jawaban.

"Bandul yang aku pakai ini dulu milik mendiang ibuku. Beliau meninggalkannya untukku. Dan aku yakin, bandul milikmu merupakan bandul milik Bibiku Leonor," Jawab Ace.

"Lalu batu sihir langka ini fungsinya apa?" Thanya Thalia.

"Banyak! Salah satunya bisa merekam kejadian di sekitarmu!" Jawab Ace "Kau bisa menunjukkan jejak memori itu dengan menyatukan kedua batu ini,"

"Begitu rupanya!" Jawab Thalia sambil mengangguk dan memperhatikan bandulnya. Ia merasa lega jika fungsi bandul ini merekam kejadian di sekitarnya. Thalia terkikik sendiri karena membayangkan jika di dunianya ada batu unik seperti ini. Pasti akan sangat menyenangkan.

Setelah mereka mengamati sekian lama. Terdengar suara langkah seseorang yang menuruni tangga. Ace dan Thalia berpindah bersembunyi di balik karung-karung kumal yang ia yakini berisi biji gandum, karena tempat mereka bersembunyi sedikit terlihat dari arah anak tangga menuju ke atas.

Thalia merapatkan diri berjongkok di belakang karung, begitu pula dengan Ace. Beruntung susunan karungnya bertumpuk tinggi, jadi tubuh mereka sedikit tertutupi. Gadis itu mengintip, ia melihat seorang wanita turun dari anak tangga, mengenakan gaun simpel tetapi mewah berwarna silver. Rambutnya tersanggul rapi dengan beberapa aksesoris simpel membuat penampilannya semakin mewah dan anggun. Thalia yang sudah tahu di depannya itu siapa, berbeda dengan Ace yang menyipitkan netra merahnya. Ace berusaha memastikan sesuatu.

Thalia merasakan pergerakan Ace, ia menoleh ke pria yang ada di belakangnya. Wajah rupawannya terlihat sangat dekat dengan dirinya, Thalia bisa melihat secara jelas garis wajah tegas milik kekasihnya itu. Kedua netra merahnya fokus menatap ke depan dengan sorot penuh rasa penasaran.

"Dia Ratu Julie, Ace!" Bisik Thalia. Membuat Ace melemparkan tatapannya ke Thalia.

Thalia mengangguk "Aku sudah mendengar percakapan mereka, dan aku juga sudah mendapatkan satu bukti ranting rumput fatimah di kantung bajuku!" Jelas Thalia dengan suara berbisik "Setelah keluar dari sini, aku akan memberitahu semua padamu!" Sambung Thalia yang kini menatap Ratu dan Smith beranjak pergi dari ruang tersebut sambil membawa kendil.

Keduanya menghilang seiring dengan mereka menaiki anak tangga menuju ke ruang atas. Thalia dan Ace memutuskan untuk segera menyusul dua orang tadi, dengan langkah mereka yang mengendap-ngendap dan sangat berhati-hati.

🌹🌹🌹

Tetap santai, rileks, dan ambil nafas panjang ya!! Hehehehe

Karena perjalanan Ace dan Thalia jadi mata-mata masih panjang..

Dan aku izin libur dulu menulis, karena aku butuh istirahat dulu ya! Tertular si kecil sakit soalnya.. 😪😪 Si Kecil sakit Flu cuma sehari sembuh, karena masih ASI meski uda 2 tahun lebih belum aku sapih. Entah dapet sugesti dari mana. Tapi, ASI memang sehebat itu kalau sembuhin anak sakit. Tapi, pada akhirnya Emaknya yang tertular dan sembuhnya lama.. 😪😪

Sambil nabung chapter juga!

Semangat selalu untuk kalian..
Terimakasih sudah menemaniku sampai chapter ini!

Salam Manis Dariku

NING SRI 😘

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now