Thalia masih terdiam di tempat persembunyiannya. Ia mendengar banyak di tempat itu dan lagi mereka menyebut Yang Mulia. Gadis itu berpikir, akankah Raja Liam datang ke tempat aneh begini? Atau....

Kedua mata emas madunya melebar sempurna "Ratu...!" Serunya dengan nada tercekat. Dengan cepat Thalia keluar dari tempat persembunyiannya. Ia ingin sekali menyelinap masuk ke ruang bawah tanah untuk melihat tapi ia urungkan. Thalia segera keluar dari tempat itu, ia memutuskan untuk bersembunyi di luar dan ia menunggu untuk melihat sendiri kedatangan orang yang di maksud Zen dan Smith tadi. Jika benar dugaannya, maka Kerajaan Orthello sedang dalam bahaya.

Thalia menatap tajam pada ranting rumput fatimah yang ada di tangannya. Ia menyimpan baik-baik barang bukti tersebut untuk memperberat hukuman jika mereka berhasil tertangkap dan diadili.

***___***

Ketiga kuda saling melesat dengan cepat membelah hembusan angin yang menerpa tubuh mereka bertiga. Ace dan kedua pria yang menemaninya berhenti sejenak untuk melihat arah hutan yang mereka tuju sudah benar.

"Tinggal sedikit lagi kita sampai, Pangeran!" Ujar Dariel yang sudah tahu lokasinya.

"Ini lurus saja kan?" Tanya Ace.

Dariel mengangguk "Benar, Pangeran!"

"Aku akan kesana, kalian berjaga saja di luar dan jangan terlalu jauh dari tempat itu! Aku akan mencari Thalia terlebih dahulu!" Kata Ace membuat William dan Dariel mengangguk mengerti "Dan jangan lupa untuk bersembunyi!" Sambung Ace.

Ketiganya pun berpisah saat mereka sudah melihat bangunan rumah yang mirip gubuk reyot di depan mereka. William dan Dariel mencari tempat persembunyian untuk ketiga kuda mereka. Ace sudah turun dan berlari mendekati gubuk reyot tersebut.

'Harusnya kalau sudah sedekat ini aku melakukan teleportasi akan aman kan?' Tanyanya dalam hati. Tapi, ia ragu dan membatalkan niatnya. Ace menelusuri sekeliling bangunan tersebut, ia menemukan beberapa ranting liar terkoyak. Ia tahu siapa pelakunya.

"Thalia pasti di dalam!" Ujarnya singkat. Ace pun kembali ke pintu depan dan memutuskan untuk masuk dan memeriksa.

Thalia di atas pohon yang bersembunyi di balik ranting yang tebal terkejut melihat sosok Ace yang masuk ke dalam gubuk reyot tersebut. Ia ingin berteriak memanggilnya tapi ia urungkan karena akan menarik perhatian dan akan sangat fatal akibatnya nanti.

"Ace ngapain masuk sih, duh!" Umpatnya dalam hati.

Ia terpaksa turun dari pohon dan berniat masuk lagi ke dalam gubuk reyot itu untuk menyusul Ace. Thalia berharap Ace tidak sampai ketahuan di dalam sana. Dengan langkah cepat, Thalia segera menyusul Ace untuk masuk kembali ke gubuk reyot tersebut.

"Ace!" Panggil Thalia dengan suara pelan. Gadis itu menutup kembali pintu depan. Ruangan tersebut kosong, ia pun segera mengecek ruang per ruang dan kosong. Thalia yakin Ace pasti masuk ke ruang bawah tanah.

Thalia menghela nafas "Semoga tidak sampai ketahuan!" Ia berdoa sesaat dan kedua kakinya melangkah menelusuri anak tangga dengan waspada. Belati kecil sudah ia siap di tangannya.

Satu persatu anak tangga ia lewati, lorong memutar yang cukup panjang. Thalia tahu betapa dalamnya letak ruangan rahasia itu. Saat ia sampai di anak tangga terakhir, Thalia merapatkan tubuhnya di balik dinding agar tidak terlihat oleh musuhnya.

Kedua matanya memindai sekitar, ia mencari sosok Ace yang ternyata sudah bersembunyi di balik buffet. Jarak mereka tak jauh, ia bisa mendekati Ace. Thalia kembali mengedarkan pandangannya untuk memeriksa. Sebuah ruangan yang di terangi dengan beberapa lentera terbuat dari sumbu dengan minyak kelapa sebagai bahan bakarnya.

Ada lima orang yang berada di ruangan tersebut. Dua laki-laki yang tak lain ialah bermarga Snowhite dan Zen. Ketiga lainnya merupakan wanita paruh baya yang tampilannya seperti pelayan. Semuanya sedang sibuk mengolah rumput fatimah yang baru datang untuk di jadikan obat serbuk.

'Jadi di tempat ini mereka memproduksi barang berbahaya itu!' Thalia menahan emosinya yang bergejolak.

Ia pun kembali fokus untuk menghampiri Ace. Dengan langkah mengendap-ngendap dengan kedua mata emasnya sesekali melihat langkahnya sendiri dan kelima musuhnya, Thalia sangat berhati-hati dalam melangkah.

Ace pun tak menyadari Thalia sudah berada tepat di belakangnya. Netra merahnya benar-benar berkilat marah, ia frustasi karena tak melihat Thalia dimana pun. Ace khawatir jika terjadi sesuatu pada wanitanya.

Thalia meraih bahu lebar Ace yang tampak kokoh itu, ia menepuknya pelan. Ace terperanjat, ia segera menoleh ke belakang. Ia sudah bersiap menyerang jika musuh sudah memergokinya di belakang.

Kedua netra merahnya melebar, ada rasa ingin meledak di dalam dirinya. Karena ia sudah menahan rasa cemas dan khawatir dalam waktu yang cukup lama pada wanita yang kini berdiri di depan matanya dengan senyuman termanisnya.

Refleks kedua tangan Ace menarik tubuh Thalia ke dalam dekapannya. Ia memeluk Thalia posesif karena takut wanita di depannya ini menghilang lagi. Thalia yang mendapat serangan dadakan itu hanya bisa menahan diri untuk tidak berteriak karena kaget. Ace memeluknya dengan sangat erat.

"Kau kenapa?" Bisik Thalia tepat di telinga Ace.

Ace melepas pelukannya, dengan gerakan cepat ia meraih tengkuk Thalia dan menariknya. Kedua bibir mereka bertemu, Ace mengecup dan melumat bibir ranum Thalia sedikit kasar dan menuntut. Karena tergoda Thalia pun membalas ciuman Ace.

Pria itu mengendurkan ciumannya yang terkesan kasar, ia merasakan Thalia membalas ciumannya. Gadis itu mengalungkan kedua tangannya di tengkuk Ace, sesekali ia mengelus lembut rambut milik pria itu sambil menekan kepalanya sedikit, agar ciuman mereka lebih dalam dan intens. Jemari Ace sudah beralih ke pinggang ramping milik Thalia, ia merapatkan tubuh Thalia hingga menempel pada tubuhnya.

Ace menghentikan tautan bibir mereka berdua, rona merah sudah menghiasi wajah cantik Thalia. Dalam hati gadis itu sudah mengumpat tidak jelas, karena serangan dadakan yang di berikan Ace. Ia tak menyangka dalam situasi genting Ace masih bisa melakukan hal di luar nalar manusia.

'Situasi tak mendukung begini, pria satu ini bisa-bisanya melakukan hal yang sangat rentan membuatku berteriak karena kaget!' Seru Thalia dalam hati karena kesal, tapi ia tak memungkiri bahwa dirinya juga menikmati. Salahkan diri Thalia yang sedikit tidak punya pendirian jika menyangkut Pria di depannya ini.

Ace kembali mencium lembut puncak kening Thalia. Aroma mawar yang menguar di tubuh Thalia membuat hatinya kembali tenang.

🌹🌹🌹

Author ; Ada pesan khusus buat si Ace yang bahlul di suasana genting dan itu pun terjadi di kandang musuh??

Thalia ; Ace gila!

Ace ; 😑

Salam Manis Dariku

NING SRI 😘

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now