𝖢𝗁𝖺𝗉 𝖨𝖵 - 𝗢𝗯𝗳𝘂𝘀𝗰𝗮𝘁𝗲

68 8 3
                                    

...


"Shoko...." Utahime menatap khawatir pada Shoko yang sudah memperbaiki penampilannya. Namun, meskipun tampilannya sudah kembali rapi, di mata Utahime tidak begitu. Shoko sangat berantakan. Kehampaan terlihat jelas di mata Shoko setelah insiden tadi, pikiran gadis itu melayang entah kemana hingga terlihat bengong.

Shoko hanya menatap seketika ke Utahime dengan tatapan kosong, seperti boneka. "Ah, Satoru..." gumam Shoko setelah menyadari keberadaan laki-laki itu yang sedang bersandar pada ambang pintu toilet  itu, "...makasih udah minjemin uangnya untuk beli seragam baru." Sambung Shoko sambil melangkah ke arah pintu keluar, "Ngomong-ngomong, jangan sampai papa tau, ya?" Shoko tersenyum paksa dan setelah itu, ia langsung meninggalkan mereka berdua di situ.

Ia butuh ruang dan waktu sendiri untuk menenangkan diri. Rasanya kacau sekali hari ini.

Hanya tinggal Utahime dan Satoru saja, bersama dengan aroma dari minyak wangi Shoko yang memenuhi ruangan itu. Kebiasaan Shoko yang baru; memakai terlalu banyak hingga menghasilkan wangi yang menyengat hidung.

Ketika tinggal berdua, Satoru mencoba mencari tahu bagaimana keadaan Utahime.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Satoru ketika suasana menjadi agak canggung, ia mencoba bertanya sambil menunjukkan perhatiannya. "Ada yang terluka atau ada sakit?"

Utahime mencoba tersenyum palsu, menyembunyikan rasa lelah dan kekhawatiran di balik senyumnya. "Nggak, aku baik-baik aja." Namun, dirinya tahu bahwa kenyataannya berbeda. Jelas-jelas kakinya lelah dan otot-ototnya tegang -terlebih setelah kejadian tadi. Ia berbohong demi menjaga penampilan kuat di depan Satoru. "Kita harus lebih memikirkan Shoko sekarang."

Saat itu, ponsel Utahime berdering, mengalihkan perhatiannya. Setelah membaca pesan, wajahnya langsung pucat. "Gojo, aku duluan! Aku harus lanjut latihan sekarang!"

Satoru hanya bisa menyaksikan kepergian Utahime berlalu dengan cepat. Selalu begini....

"Jangan terlalu memaksa diri," gumam Satoru, meski kata-katanya tidak terdengar oleh Utahime yang sudah terburu-buru pergi.


.


.


14 February merupakan hari Valentine, sekaligus hari di mana sekolah Jujutsu mengadakan acara reuni para alumni di sekolah tersebut. Memang sengaja ditetapkan pada tanggal 14 acaranya; agar para junior bisa memberikan coklat-sebagai tanda pengenalan- kepada senior, alias alumni sekolah mereka.

Atau mungkin ada yang ingin mengenal lebih dari sebatas senior-junior?

Hal itu tentu saja membuat para siswi-siswi Jujutsu kegirangan, membayangi  penampilan senior-senior mereka seperti yang selalu ditampilkan pada layar-layar monitor sembari berharap mungkin saja kisah cinta mereka akan bermula dari situ.

Utahime mencoba memfokuskan pikirannya pada latihan di tengah aula yang masih sepi. Lima hari lagi sebelum acara reuni alumni Jujutsu, dan MeiMei memimpin latihan dengan tegas. Terdengar suara keras MeiMei memerintahkan mereka untuk mengulang gerakan.

"Sekali lagi!" seru MeiMei, membuyarkan lamunan Utahime yang terhanyut dalam bayangan coklat Valentine dan kisah asmara antara senior dan junior.

"S-siap!" jawab Utahime, berusaha mempertahankan konsentrasinya.

Utahime baru menguasai sekitar 35% dari gerakan-gerakan yang diajarkan MeiMei. Meskipun dulu ia ahli dalam tari tradisional, namun setelah beralih ke dunia musik, gerakan-gerakan itu terasa asing bagi tubuhnya. Lima hari mungkin cukup, tapi MeiMei memaksa agar setiap gerakan dikuasai dengan baik.

Childhood//GojoHimeWhere stories live. Discover now