Dari dulu William amat penasaran. Wanita seperti apa yang bisa menaklukkan hati Ace yang sekeras batu es tersebut dan kini jawabannya sudah ia dapatkan.

***___***

Thalia mengumpat dan merutuki dirinya memakai gaun ringan dan bukan rocela andalannya. Beruntung ia memakai gaun berwarna hijau yang senada dengan daun. Dalam gelapnya malam, Thalia terus berusaha mengikuti wanita yang membawa kendil berisi janin manusia. Ia tak mengetahui bahwa dirinya sudah jauh masuk ke dalam hutan terlarang. Thalia tak membawa senjata apapun, karena ia memang sedang bekerja di RS.

Wanita itu berhenti tepat di sebelah pohon besar, mungkin ukurannya lebih besar dari pohon yang lain. Dalam keheningan malam, tanpa rasa takut. Wanita seperti sedang menunggu seseorang. Thalia pun tetap waspada dan mengamati di balik pohon berukuran sedang tak jauh jaraknya dari wanita itu.

Tampaklah pria paruh baya dengan jubah hitamnya muncul di balik kegelapan malam. Thalia menyipitkan matanya untuk menajamkan pengelihatannya. Wanita berjubah putih itu membelakangi Thalia, wanita itu segera menurunkan tundung jubahnya karena ia merasa aman beberapa kali melakukan transaksi di hutan terlarang. Thalia tak bisa diam, ia berusaha mencari posisi yang tepat dan bisa melihat wajah wanita yang membelakangi dirinya.

'Shit!' Umpatnya dalam hati 'Kenapa harus menghadap kesana sih?' Omelnya kesal.

"Saya hanya membawa satu, Tuan." Ujar wanita itu "Pasien keguguran sudah jarang datang dan kali ini Nona Nathalia sudah kembali. Jadi, saya tidak bisa seenaknya lagi untuk menerobos dan menukar janin ini, Tuan."

Tawa pria itu nyaring, ia menepuk-nepuk bahu bawahannya "Tetaplah berusaha mencari. Karena kau akan mendapat imbalan. Ingat saya masih butuh 30 janin lagi."

Wanita itu terperanjat "Mohon maaf Tuan, untuk jumlah sebanyak itu, saya rasa hal itu mustahil. Mengingat di Orthello jumlah ibu hamil sudah sangat sedikit. Sebagian mereka takut untuk hamil karena takut tertular penyakit yang menyebabkan Keguguran."

Thalia mengumpat dalam hati "Matamu penyakit! Keguguran terjadi gara-gara ulah mereka! Siapa juga yang menyebar rumor begitu?' Thalia gemas sendiri dalam hati.

"Untuk apa kamu pintar, jika otakmu tidak mau berpikir? Kita masih punya ibu hamil yang lain kan?" Ujar Pria itu enteng.

Wanita itu terperangah "Apa kita akan mencari korban di wilayah lain, Tuan?" Tanya wanita itu terperanjat kaget.

Tawa membahana keluar dari mulut si pria paruh baya "Pintar sekali! Aku ingin kau mencari lagi sisanya ke luar wilayah Orthello,"

Thalia dan wanita itu kompak membelalakkan matanya, perasaan mereka sama. Jika mencari sisanya maka wilayah tepat bersebelahan dengan Orthello lah yang menjadi incaran mereka. Wilayah Renegades.

"Tapi, bagaimana saya melakukannya?" Tanya wanita itu gugup, ia jarang sekali mengunjungi wilayah Kerajaan Renegades kecuali saat ia masih menempuh pendidikan akademi kesehatan.

"Kau kan lulusan Wilayah itu. Jadi, sudah bisa di pastikan kalau relasimu banyak. Jangan banyak alasan, segera rangkul mereka agar tugasmu cepat selesai. Apa kau tidak mau imbalannya?" Tanya Pria itu terkekeh.

Wanita itu terdiam sesaat, kemudian ia mengangguk "Baik, akan saya coba Tuan!"

Pria itu berbalik dan berjalan menjauh meninggalkan wanita itu. Tak lama wanita berjubah putih itu berbalik dan memakai tundungnya.

Kedua netra emas milik Thalia melebar sempurna 'Lisse!' Serunya dalam hati, sontak ia menutup mulutnya yang sekarang sudah sukses terbuka lebar karena terkejut.

Wanita itu menjauh meninggalkan area pertemuan mereka. Thalia segera sadar dari lamunannya, ia segera menyusul laki-laki yang sudah berjalan menjauh. Kedua netra emasnya fokus mencari sosok laki-laki itu, karena kondisi gelap ia sedikit kesusahan mencari pria tersebut.

"Kemana perginya orang itu?" Gumam Thalia bertanya. Ia masih mengedarkan pandangannya, mencari sosok pria berjubah hitam.

Ckrak!

Suara ranting terinjak, telinga Thalia yang peka segera beranjak mendekati ke sumber suara. Ia pun menemukan laki-laki tersebut berjalan. Dengan langkah hati-hati Thalia mengikuti sosok laki-laki tersebut.

'Kemana dia akan pergi membawa kendil tersebut?' Tanyanya dalam hati, kedua matanya masih fokus melihat pria tersebut dan sesekali mencari jalan yang aman untuk di lewati, Thalia khawatir menginjak ranting kering yang menimbulkan suara.

Laki-laki tersebut terus melangkahkan kakinya semakin menjauh dan memasuki area hutan terlarang. Hingga sampailah laki-laki tersebut di sebuah gubuk yang tampak sangat reyot dan hampir mau ambruk. Thalia ngeri saat melihat kondisi gubuknya. Ia bertanya-tanya untuk apa pria tersebut memasuki gubuk reyot nan tua itu.

Sekali lagi jiwa kekepoan Thalia menguar kuat, ia tak bisa mengendalikan diri untuk tidak melihat. Ia pun mengendap-ngendap mendekati gubuk itu. Thalia mengedarkan pandangannya waspada, ia berpindah dari satu pohon ke pohon lain hingga ia sampai di gubuk reyot. Ia menyandarkan tubuhnya ke dinding, tatapannya masih mengawasi sekitar.

"Sepi sekali" Gumannya. Thalia menelusuri dinding di sekeliling rumah itu, berharap menemukan lubang untuk mengintip atau jika cukup untuk ukuran tubuhnya maka Thalia akan menyelinap masuk ke dalam rumah itu.

🌹🌹🌹

Bagaimana?? Uda mulai bosen?? Wkwkwkwk...

Maafkan saya ya, scene Roman2nya jarang nongol... 😭😭😭

Tapi terimakasih sudah menemaniku sampai sekarang!

Salam Manis Dariku

NING SRI 😘😘

I WANT YOU (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin