Em11 \\ he was the one who made her smile

Start from the beginning
                                    

Hari di mana Jaehyun berhadapan dengannya di ruang rehabilasi mental, ruang yang selama mereka menghuni selalu lebih banyak diliputi senyap. 

Dan, hari itu, hari ke tiga ratus empat lima, hari di mana pasiennya ini genap berusia dua puluh empat, seperti sebuah keajaiban, Jaehyun mendengar sosoknya bercerita.

Pada hari itu juga, tiap kali mendengarnya bicara, Jaehyun mengingat beberapa penggalan cerita usang di sudut kepala.

"Kemudian satu lagi .... Roseanne Park. Tolong masukkan saja dia ke dalam kelompok belajarku, Pak."

Cerita tentang sebuah awal mula mereka menjadi pemilik kisah paling melenggenda di SMA karena dinilai punya cinta serupa dusta. Orang bilang, Jaehyun tidak cocok dengan berpacaran dengan siswa paling bodoh di kelasnya. Orang bilang, Rose hanya memanfaatkan Jaehyun untuk keperluan akademiknya. Orang bilang, mereka tidak cocok dari segi apa pun.

Tapi, nyatanya hubungan mereka bertahan sebegitu lama. Nyaris tujuh tahun lamanya.

"... untuk pertama kalinya, dia melihatku dan memanggil namaku, di depan guru dan teman-teman kelas. Lalu, aku berdebar. Namun, aku tidak punya keahlian apa pun selain berlakon. Aku ahli untuk bersikap biasa saja, berteman dengannya, diajarinya matematika, padahal aku begitu menyukainya."

"Ayo berkencan, Jaehyun!"

"Kemudian, karena tidak bisa menahan diri, aku mengajaknya berkencan di malam saat kita berdua pergi menonton kirab budaya dan pesta kembang api di pusat kota. Tapi, kurasa dia menolak sebab tidak ada jawaban apa-apa setelah aku mengatakan alasan konyolku mengajaknya berkencan. Aku malu, lalu aku berlakon seolah tidak pernah mengatakan apa pun padanya, kembali bersikap biasa saja. Kukira dia lupa, tapi ternyata ...."

"Haruskah kita lakukan?"

"Apa?"

"Berkencan."

"... ternyata tidak. Dia mengajakku berkencan beberapa bulan setelahnya. Dan, aku setuju saja. Tentang alasan, aku tidak perduli apa. Ketika dia mengatakan bahwa dia mengencaniku karena ingin membantu mewujudkan keinginanku berkencan sebelum kencan itu menjadi hal yang merepotkan saat aku jadi aktris nanti, terasa menyesakkan, tapi tidak apa-apa."

"Kamu bilang tidak mencium orang yang tidak kamu sukai, bukan?"

"Tapi, entah karena dia tahu aku sedih mendengar alasannya mengencaniku atau karena dia benar-benar menyukaiku, dia menciumku. Itu ... kurasa adalah hari paling bahagia dalam hidupku. Aku tersenyum seharian, sehari hari kemudian, dua hari kemudian, dan seterusnya, ketika mengingat itu aku akan tersenyum."

"Kalau begitu jadi aktris saja!"

"Sebenarnya ... aku tidak benar-benar ingin menjadi aktris. Tapi, orang-orang di sekitarku selalu mendorongku untuk melakukannya. Ibuku bilang aku bisa jadi aktris dan harus jadi aktris untuk bisa punya kehidupan yang lebih baik. Nenekku bilang aku cucu tercantiknya, dan dia bilang suatu saat aku akan besar seperti Suzy atau Song Hye Kyo. Teman-temanku bilang, aku tidak berbakat, hanya menang cantik. Kemudian dia ...."

"Kamu terlihat bagus di layar kaca. Bersungguh-sungguhlah di sana! Jadilah besar dan hebat!"

"... dia juga mengatakannya. Dia bilang aku bagus di layar kaca dan menyuruhku bersungguh-sungguh, jadi besar dan hebat. Itu adalah dorongan paling besar untukku, setiap hari menyemangatiku di tengah putus asanya menjadi figuran untuk ... ayo jadi besar dan hebat, buktikan padanya kamu berbakat dan bisa menjadi seperti yang dia harapkan."

"Berhasil. Aku menerima penghargaan pertamaku. Aktris pendatang baru terbaik. Lalu, kemudian aku bertanya pada diriku sendiri apakah aku benar-benar ingin jadi besar dan hebat? Rasanya aku tidak menemukan ledakan apa pun kecuali saat dia memelukku dan mengucapkan selamat. Selebihnya, ucapan-ucapan selamat dari orang lain terasa biasa saja, justru yang paling menyiksa adalah ketika aku merindukannya tetapi aku terlalu sibuk dengan peranku dalam drama."

"Tapi aku bahagia, karena sesibuk apapun aku, dia tidak pernah meninggalkanku. Setidaknya sampai dia kemudian pergi kuliah ke Belanda. Aku merasa ditinggalkan, berat, tetapi dia juga punya mimpi yang ingin ia kejar. Hari-hari tanpanya di kota ini, terasa sangat hampa. Setiap hari, aku merindukannya, tapi semakin hari dia seperti orang yang tidak lagi perduli."

"Mengapa nekat ke sini?"

"Aku merindukanmu. Aku melihatmu di mimpiku, Jaehyun. Banyak kali, aku memimpikanmu. Kurasa, aku tidak bisa menahannya lagi. Aku benar-benar merindukanmu, jadi aku datang kemari."

"Aku benar-benar takut ditinggalkannya. Bisa dibilang, dia adalah ... satu-satunya harapanku. Hari itu, aku menyusulnya ke Belanda, karena malam sebelumnya, aku bermimpi ... dia pergi bersama perempuan lain. Mimpi yang terasa seperti nyata. Malam itu, tanpa ragu, aku mengakui bahwa aku sangat mencintainya dan menyerahkan seluruh diriku."

"Kamu harus hidup sampai seratus tahun. Dan, jalani bagianku juga!"

"Ketika mengatakan itu, aku tidak bercanda sepenuhnya. Aku benar-benar ingin dia hidup lebih lama dari aku, seratus tahun atau mungkin lebih. Aku ingin dia menjalani hidupnya dengan bahagia, fokus mengejar impiannya menjadi dokter, agar bisa hidup dengan nyaman nantinya. Akan sangat membahagiakan jika aku bisa menemani masa jayanya dan menikmati hasilnya, tapi kalaupun pada akhirnya tidak begitu, kalau pada akhirnya aku hanya bisa sedikit menikmati, kalau pada akhirnya aku harus lebih cepat pergi, kalau pada akhirnya yang menemani dia menjalani sisa hidupnya bukanlah aku ...."

"... aku tidak apa-apa. Aku ... haruskah aku melanjutkan ceritanya, Dokter?"

"Hm. Lanjutkan."

"Kalau begitu, jangan menangis! Anda harus profesional, seperti biasanya."

[]

[]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Em11
\\   he was the one who made her smile   \\



[SERENADE IN E MINOR]
by
linasworld

***


notes:
dialog bercetak miring = bayangan di kepala jaehyun
semoga paham :')

terimakasih masih bertahan dengan work 'mumet' ini

:)


SERENADE IN E MINOR [END]Where stories live. Discover now