Em11 \\ he was the one who came to her in the worst place

Mulai dari awal
                                    

Kursi di depan perempuan itu ditarik, berkas-berkas dilirik.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Bekerja."

"Mengapa harus di sini?"

Jaehyun alihkan perhatian dari deretan tulisan di kertas yang ia genggam kepada perempuan yang sudah berhasil mencuri lebih dari separuh perhatiannya meskipun matanya berkelana ke banyak benda.

"Jika ada pertanyaan pribadi, silakan tanyakan di luar sesi ini."

Keheningan menenggelamkan mereka yang bertaut pandangnya.

Begitu lama. Dan, Jaehyun ialah pemenangnya.

Perempuan itu lebih dulu memutus tautan yang ada, memalingkan muka, menghunus objek lain yang bukan Jaehyun, membisu ketika ditanya-tanya.

Dan, pada akhirnya, kertas di atas sebuah map tetap kosong sebab jawaban atas setiap pertanyaan di sana ialah tiada.

Maka, kemudian, pena diletakkan, kertas-kertas dan segala benda di meja itu disingkirkan. Jaehyun lurus memandang perempuan di hadapan.

"Siapa yang membuatmu tersenyum hari ini?"

Berhasil.

Selain berhasil mencuri sejenak tatapan sayu di sana, pertanyaan di luar daftar yang Jaehyun ajukan ini berhasil membuat perempuan itu membuka suara.

"Tidak ada."

Hanya sejenak. Tatapan itu kembali berkelana ke mana-mana ia suka, begitu lama, hingga Jaehyun kembali menjadi labuhannya.

"Beri aku morfin! Kupastikan kamu akan melihatku tersenyum."

Atas permintaan yang disuarakan pelan, Jaehyun hanya sebatas diam. Atas perempuan yang meninggalkan kursinya kemudian berjalan mendekat, memegang lengan berbalut jas laki-laki itu,

"Tolong aku! Beri aku ...."

Jaehyun menepis, menatap miris, merasakan perih pada hatinya yang seolah teriris.

Lebih miris lagi Jaehyun ketika perempuan itu berlutut dengan gelisah memegang kakinya,

"Aku mohon, Jaehyun!"

Setelah sekian lama tak mendengar, nama Jaehyun akhirnya keluar dari lisan perempuan ini dalam bentuk rintihan. 

Hampir menyentuh. Tangan Jaehyun hampir menyentuh helaian rambut panjang terikat itu, tetapi pergerakannya yang lamban dan ragu membuat ia tak berhasil memburu. 

Pasiennya kacau lebih dulu. 

Berdiri, berjalan payah ke sana-kemari, berteriak nyaring tiada henti. 

Lebih kacau daripada itu, tangan kurusnya menggapai sebuah kursi kayu, membanting-melempar hingga membuat kaca jendela ruangan berakhir hancur yang tak lebih hancur dari hati satu manusia.

"Beri aku morfin!!! Atau aku akan bunuh diri di sini!!!"

Meski hancur, Jaehyun berupaya tegar dan tenang, meraih tubuh perempuan yang hendak memotong nadinya dengan pecahan kaca dalam genggaman, 

perempuan yang meraung-raung kesakitan,

bukan sakit karena telapak tangannya tergores benda tajam, melainkan sakit karena sesuatu yang tubuhnya amat butuhkan tidak segera diberikan.

Pecahan kaca di tangan berdarah itu, Jaehyun berusaha benar menyingkirkan, tetapi tak berhasil jua, bahkan sampai paramedis berdatangan. Sudah ditangani oleh banyak orang, ketenangan masih tak juga datang. 

Tenangnya tiba, manakala benda di tangan perempuan itu tak sengaja menggores wajah Jaehyun. Tenangnya tiba, manakala melihat darah keluar dari goresan di wajah Jaehyun.

Tangan setiap manusia yang memegang perempuan itu kemudian terlepas. Maka mudah baginya untuk merangkak mendekat pada Jaehyun, menatap Jaehyun dengan mata berlautkan sesal dan dosa yang tak butuh waktu lama untuk menurunkan tetes-tetes air mata.

Bibir pucat berlukiskan garis-garis luka yang mengering itu dengan gemetar merapal bicara,

"Kamu baik-baik saja?"

Tangan itu meraba wajah Jaehyun, inginnya hanya menyeka darah dari goresan luka yang ada di sana, yang timbul karenanya, bukan malah membuat wajah Jaehyun semakin bernoda.

Namun, ia lupa bahwa tangannya juga berdarah. Bahkan lebih banyak dari yang Jaehyun punya.

"Tidak. Kamu tidak baik saja-saja. Ah! Bagaimana ini?"

Ia mengkhawatirkan Jaehyun, padahal dirinya jauh lebih mengkhawatirkan.

"Psikiater Jung, Anda terluka!"

Dan, ketimbang Jaehyun, yang jauh lebih mengkhawatirkan itu harusnya mendapat perhatian lebih banyak dari orang-orang. Bukan malah diseret paksa keluar ruangan oleh sedikit tangan.

Tanpa memperdulikan perhatian orang-orang, Jaehyun yang tak hendak sebatas menonton, segera berlari setelah menyambar beberapa lembar kasa, menghentikan langkah petugas yang membawa perempuan itu,

meraih tangan yang penuh luka, membalut itu di depan setiap pasang mata;

termasuk sepasang mata yang ia cinta dan masih menyimpan cinta.

[]

                []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Em11
\\  he was the one who came to her in the worst place  \\



[SERENADE IN E MINOR]
by
linasworld

***


notes:
lompat sangat jauh, bingung nggak?

:)

SERENADE IN E MINOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang