Sofia hanya menatap punggung kedua pasangan itu yang kian menjauh dengan tatapan kesal. Bukan Sofia namanya jika tidak mempunyai ide licik, ia memutuskan untuk membuntuti Thalia dan Ace. Ia berharap bisa berjalan berdua dengan Ace nantinya.

***___***

"Ayo naik! Aku bantu!" Ace meraih pinggang ramping Thalia. Ia membantu Thalia naik ke atas kuda--Thalia terkikik dalam hati, beruntung ia membawa beberapa gaun dengan model rocela (Rok Celana).

Ace pun ikut naik di kuda yang sama. Dada bidang Ace langsung bersentuhan dengan punggung Thalia, rasa hangat menyambut keduanya. Thalia terdiam, ia mendadak gugup karena posisinya sekarang memanglah terlalu dekat. Apalagi ia dapat merasakan hembusan nafas Ace kala pria itu mulai mengendalikan pelana kuda. Kedua tangan kekar Ace seperti memeluk tubuh ramping Thalia. Canggung itulah yang Thalia rasakan, tapi ia sangat menikmatinya, Thalia merasa nyaman berada di dekat Ace.

"Kenapa tidak membawa dua kuda saja?" Tanya Thalia memecah keheningan. Ia tak sanggup jika hanya berdiam diri karena canggung.

Dengan beraninya Ace menyandarkan kepalanya di bahu Thalia "Satu saja agar aku bisa mendekat seperti ini padamu," Jawab Ace membuat Thalia makin beringsut.

Tentu Ace merasa senang karena bisa berkuda berdua dengan Thalia. Ia dapat melihat leher jenjang Thalia karena rambut Thalia yang terikat seperti ekor kuda dan rambutnya tergerai ke depan menutupi bahu kanannya.

Ace berusaha mati-matian untuk tidak bertindak brutal pada Thalia. Harum bunga mawar yang menguar dari tubuh Thalia membuatnya candu dan merasa nyaman.

Keramaian warga pusat kota membuat Thalia kagum, pasar disini sudah memiliki rukonya masing-masing yang kebanyakan dari mereka ialah rumah tempat tinggal milik sendiri. Berbeda dengan pasar di kerajaan Orthello yang masih memakai tenda atau stand permanen berjejer rapi layaknya pasar tradisional. Adapun ruko yang dapat di hitung jumlahnya karena mereka yang memilikinya kebanyakan menjadi pedagang besar atau setara dengan agen kalau di dunia Thalia.

Kedua netra emasnya masih memandang sekelilingnya, para warga disini hampir memakai baju atau gaun yang hampir setara. Tidak mencolok antara bangsawan maupun rakyat. Sistem Kerajaan Renegades memang tidak main-main dalam mengelola perekonomian serta mengatur rakyat di wilayahnya. Setiap ada yang bermain di belakang hukum kerajaan pasti akan berlaku saat di jatuhkan, hukumannya tidak main-main yaitu hukuman mati bagi pelaku dan memiskinkan keluarga yang di tinggalkan.

Mereka berjalan beriringan layaknya pasangan kekasih yang sedang berkencan, gengaman tangan masih terus setia tak pernah terlepas. Thalia terkadang merasa kebas karena gengaman Ace menurutnya cukup erat. Semenjak kejadian semalam waktu Ace membentaknya, sikapnya sekarang pun menjadi ikut berubah.

Ace bersikap lebih lembut, lebih perhatian dan sedikit agak protektif. Wanita mana yang tidak baper kalau di perlakukan seperti itu--Thalia tidak akan menyangkal maupun menolak lagi, ia yakin untuk menerima dan mengakui kalau hatinya sudah terukir nama Ace di sana.

"Mau mencoba makanan yang mana lagi?" Tanya Ace yang berhenti kemudian menawarkan pada Thalia.

Ada 3 ruko di depan mereka 2 ruko penjual kue dan roti, satu ruko penjual makanan. Sepanjang perjalanan Thalia sudah mencicipi kue dan roti, ia ingin mencoba makanan khas Kerajaan Renegades.

"Apa kau sudah kenyang Ace?" tanya Thalia, tak heran ia mengajak Ace terus mengunyah sepanjang jalan. Meskipun porsi Thalia lah yang lebih banyak, Ace hanya sekedar mencicipi.

Ace menggelengkan kepala "Belum, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa kau tidak kenyang sedari tadi kau terus memakan kue dan roti?"

Thalia tertawa "Tidak, kue dan roti tidak membuatku kenyang. Mereka hanya mengganjal dalam waktu sepersekian menit saja," Jawabnya enteng.

I WANT YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang