Dada Thalia bergemuruh menahan amarah, ia merasa di permainkan oleh takdir yang tidak jelas kebenarannya.

"Kembalilah ke raga Nathalia. Selesaikan semuanya dan bantulah Ace. Aku sebagai Ibu Ace memohon pertolongan padamu!" Pinta Lionix dengan tatapan memohonnya.

Thalia terdiam sejenak--biasanya novel transmigrasi itu menghadapi masalah si tokoh antagonis. Kalau dirinya malah menjadi suporter Male Antagonis untuk mendapatkan haknya kembali. Tak lama Thalia pun mengangguk menyetujui "Baiklah, saya akan membantu semampu yang saya bisa Yang Mulia," Jawab Thalia sambil menundukkan sedikit tubuhnya.

"Ace telah menunggumu. Terimakasih kau bersedia membantu kami," Ucap Lionix.

Leonor mendekati Thalia, tangannya menyentuh kening Thalia "Aku akan memberikanmu sedikit hadiah sebagai rasa terimakasih. Hadiah itu akan sangat membantu saat kau membutuhkannya," Bersamaan dengan Leonor yang tersenyum, silau sinar membuat mata Thalia kembali terpejam.

***___***

Thalia tersentak terbangun dari tidurnya. Ia menatap dirinya sudah terbaring di ranjang milik Ace. Mendadak kepala Thalia pusing, kepalanya berdenyut nyeri setelah ia mendapatkan pengelihatan tadi.

"Syukurlah kau sudah sadar Tha!" Seru Ace yang menghambur memeluk Thalia erat. Gadis itu sukses mematung akibat Ace yang tiba-tiba memeluknya.

"Akhirnya aku bertemu dengan pemilik mata indah itu!" Sahut Ace yang membuat Thalia mematung.

"Apa maksudmu?"

"Kau lah, wanita yang sering aku lihat beberapa kali saat aku kecil. Aku kira kau malaikat yang dikirim untuk melindungiku atau bahkan aku sempat berpikir kalau kau adalah ibuku,"

"Jadi benar kau bisa melihatku saat kita Melintasi Waktu?"

Ace mengangguk "Sorot mata indah yang kau miliki tidak akan bisa mengelabuhiku. Dua kali aku bertemu dengannya. Meskipun pertemuannya dapat di hitung dengan jari, aku yakin kau adalah gadis yang sama dengan gadis yang aku jumpai waktu kecil. Tapi, kenapa rupa kalian berdua berbeda?"

"Karena aku bukan Nathalia Zeyrav," Jawab Thalia tanpa rasa ragu "Aku bukan Nathalia Zeyrav. Aku adalah Thalia Navgra! Seorang jiwa penasaran yang merasuki tubuh wanita malang ini," Sambung Thalia membuat Ace terdiam lama, tatapan pria di depannya itu berubah tajam.

Thalia bergidik saat melihat tatapan tajam pria bernetra merah yang sangat menusuk hingga membuat hatinya sedikit berdenyut nyeri. Ia tak terima di perlakukan seperti itu setelah sekian lama Ace selalu memperlakukannya lembut.

"Pergi dari ruanganku!" Pinta Ace dengan nada dinginnya membuat Thalia membeku di tempat.

"Apa?"

"Aku bilang pergi dari ruanganku SEKARANG!" Bentakan Ace di akhir kalimat membuat Thalia terjingkat kaget.

Hati Thalia mendadak sakit menerima bentakan untuk pertama kalinya dari seorang pria. Thalia ingin marah tapi ia mencoba untuk menahannya. Kedua matanya mulai memanas. Tanpa banyak bicara ia pun segera berdiri dan pergi dari hadapan pria yang telah melukai hatinya.

Thalia memutuskan untuk kembali pulang setelah ia menyelidiki serbuk yang ada di dalam tasnya. Ia sudah tidak peduli pada Ace lagi, terlalu sakit ketika ia teringat bentakan pria itu padanya.

Besok pagi ia akan pergi mencari informasi ke kota Renegades sendirian dengan berbekal informasi yang ia dapatkan dari pelayan pribadinya. Ia tak akan menunda-nunda waktu lagi, semakin cepat terungkap semakin baik dan cepat ia kembali ke dunia aslinya. Thalia segera membersihkan diri dan mengganti baju tidurnya, ia segera menutup mata dan siap pergi ke dunia mimpi.

I WANT YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang