"Iya, aku tau Cel."

Adel mengeratkan genggamannya dan menarik Ashel untuk duduk di depan. Di pangkuannya. Ashel pun menyandarkan punggungnya dengan nyaman di dada Adel. Seketika beban dalam pikiran mereka seakan menghilang, di terpa hangatnya pelukan dari keduanya.

Keduanya mulai memulai pembicaraan sembari memandangi mentari yang meredup. Seakan searah dengan perasaan mereka kali ini. Namun bukan berarti cinta keduanya juga meredup, malahan semakin besar setiap harinya.

Menumpahkan segala beban yang mereka simpan rapat rapat. Meluapkan semua tangisan dan air matanya hingga benar benar puas.

"Pokoknya kamu harus semangat Del, aku tau kamu masih punya banyak mimpi di grup ini."

"Aku bakal selalu dukung kamu dan aku berharap kamu juga mendukung penuh dengan apa yang akan aku lakukan di luar grup."

Adel menangis dan semakin merengkuh tubuh Ashel di depannya. Ashel pun merasakan tengkuknya yang menghangat karena air mata dari Adel.

Ashel pun membiarkan hal tersebut dan mengelus halus punggung tangan Adel yang berada di perutnya.

"Pasti Cel, aku bakal selalu dukung apapun keputusan kamu. Tapi enggak dengan kamu minta pisah dari aku. Kalau untuk satu itu aku gabisa."

Ashel tiba tiba meledakkan tawanya dan membuat Adel juga ikut tertawa rintih.

Kini Ashel membalik tubuhnya, menghadap ke arah Adel. Mengelus pipinya dengan lembut sehingga membuat Adel memejamkan kedua matanya.

"Hey, dengerin aku ya anak pundungan-"

"Kamu juga!"

"Haha, iya iya,"

"Dengerin ya sayangnya aku, aku ga bakal minta putus atau apalah itu yang bikin kita jauh. Percayalah, hati aku udah seutuhnya ada di kamu. Harusnya aku yang takut kalau misalkan kamu pergi gitu aja. Kamu secara ga langsung bunuh aku dengan membawa kabur hati aku."

Ashel menarik nafasnya dalam dalam. Walau ini adalah perpisahan mereka di dalam sebuah grup, namun cukup berat bagi mereka berdua maupun member yang lainnya. Apalagi teman se-generasi dengan Ashel.

"Tapi aku percaya sepenuhnya sama kamu dan begitu pun sebaliknya kan?," Adel mengangguk. "Percaya bahwa kita akan selalu bersama sampai kapan pun itu. Aku akan menunggu kamu berlari dengan memamerkan pencapaian kamu ke aku yang kamu raih di grup ini."

Adel tersenyum. Tersentuh dengan kesabaran dan pengertian dari gadis di depannya.

"Tapi maaf, di acara kelulusan kamu nanti aku ga bisa ada di samping kamu. Dan aku pastikan aku akan melihat kamu yang sempurna dibalut dengan gaun cantikmu itu sayangku."

Adel menyelipkan anak rambut Ashel yang terkena tiupan angin. Adel mulai meraih kepala Ashel dengan kedua tangannya. Mengikis jarak antar keduanya dan menempelkan bibir lembut mereka berdua. Membuat mata mereka sama sama tertutup merasakan kehangatan di hati mereka.

Dirasa cukup, Adel menjauhkan wajahnya dari kembali mengecup lembut kening Ashel. Seakan menghilangnya mentari adalah penutup yang manis dari pertemuan mereka hari ini.

Terlihat langit yang sudah menggelap dengan tiupan angin yang semakin dingin. Memaksa mereka untuk beranjak dari sana menuju mobil.




Tidak semua perpisahan akan berakhir menyedihkan dan mengenaskan. Itu kembali lagi kepada masing masing orang bagaimana mereka mengeksekusinya.

Menjadi orang yang berlapang dada tidak akan menghilangkan kebahagiaanmu. Justru itu adalah awal dari kebahagian yang sebenarnya.

Reva Fidela (Adel)

Adzana Shaliha (Ashel)

Maaf dan terimakasih untuk semuanya.

Selamat tinggal!































































Instagram story milik Ashel yang mendorong aku untuk menulis OS ini. Gak tau kenapa, pagi pagi mellow dan ngalir ide untuk buat cerita ini.

Selalu ingat, bahwa 4shel sebisa mungkin akan memberikan kenangan terbaik untuk semua penggemarnya.

Jadi tungguin aja!

ONESHOOT48Where stories live. Discover now