Kau masih Kekasihku

Start from the beginning
                                    

"Maksudnya gimana ya pak?." tanya Arunika, dia tidak mau Ge-eR dulu dengan ucapan Devian, karena niat awal Arunika kembali ke Indonesia untuk merintis kariernya, membentengi diri agar tidak tergoda dengan yg namanya cinta, dia fokus dengan kariernya dan impiannya saat ini.

"Pastinya kamu mengerti gimana kita dulu sebagai pasangan kekasih Arun." jawab Devian mencoba mengingatkan Arunika pada masa - masa remaja saat mereka menjadi sepasang kekasih.

"Bukannya itu masa lalu ya pak, kita sekarang tidak ada hubungan apa - apa selain rekan kerja." jawab Arunika tegas, Arunika tidak ingin lemah dengan perasaan yg 6 tahun lalu telah di kuburnya. Mencoba melupakan seseorang yg pernah ada nyatanya sangat sulit apalagi mereka pacaran hampir 2 tahun.

"Tapi aku tidak pernah setuju dengan keputusan sepihak darimu, kamu masih kekasihku Arun." bantah Devian. Devian yg tidak ingin kehilangan Arunika lagi sebisa mungkin dia akan membuat Arunika tetap berada di sampingnya. Katakanlah dia egois, tapi mengingat bagaimana 6 tahun lalu dia melewati hari - hari buruknya tanpa kehadiran Arunika. Devian yg dulunya pria dingin saat belum bertemu Arunika kini berubah lebih menyeramkan menjadi Devian yg arogan, dingin dan egois saat di tinggal pergi oleh Arunika.

"Anda salah pak, setelah kepergian saya 6 tahun yg lalu kita sudah bukan siapa - siapa lagi." ucap Arunika datar. Jika diingatkan kenangannya saat bersama Devian, luka itu kembali menganga. Arunika sakit, hatinya terluka mengingat penghianatan dan kebohongan dari 2 orang yg dia sayangi di dalam hidupnya.

"Itu menurutmu, tapi bagiku dulu sekarang ataupun nanti kamu akan tetap menjadi kekasihku." Devian mengepalkan tangannya erat mendengar penolakan Arunika, segitu terlukanya kekasihnya gara - gara sikap egoisnya. Rasa sesak menjalar di dada saat melihat wajah Arunika yg sudah dia selimuti amarah dan kecewa, tidak lupa tatapannya menyiratkan betapa besarnya luka itu.

"Ck, terserah anda pak Devian yg terhormat, bgiku hubungan kita hanya sebatas rekan kerja tidak lebih." bibir Arunika mencebik kesal mendengar Devian yg tetap ngotot mengklaimnya sebagai kekasih.

"Ya aku juga rindu kamu Arun." ucap Devian sambil tersenyum manis kearah Arunika, Devian senang bisa membuat Arunika-nya kesal, karena wajahnya semakin bertambah cantik jika sedang kesal, dan setidaknya ada ekspresi lain yg Arunika tunjukkan selain datar dan jutek saat berbicara dengannya.

"Sepertinya anda mulai tidak waras, jika sudah tidak ada yg ingin anda bicarakan saya pamit undur diri." kata Arunika yg tidak ingin berlama - lama di ruangan Devian. Arunika tidak ingin pertahanannya runtuh hingga mengeluarkan air mata di hadapan Devian.

"Siapa yg menyuruh kamu pergi, aku bahkan belum berbicara tentang apa saja yg harus kamu kerjakan saat menjadi sekretarisku." sahut Devian cepat.

"Tadi sudh di jelaskan oleh kepala HRD, apa ada tambahan lagi?." menghela nafas panjang, Arunika mencoba bersabar menghadapi mantan kekasihnya yg berubah menyebalkan, padahal dulu Devian tidak pernah bersikap seperti ini, yg Arunika tau Devian selalu bersikap lembut dan perhatian padanya. Tidak, dia tidak boleh memikirkan pria yg sudah mematahkan hatinya, batin Arunika berperang dengan logikanya hingga tidak sadar dia menggelengkan kepalanya di depan Devian.

"Kamu kenapa?, apa kepalamu pusing?." tanya Devian dengan raut wajah khawatir melihat Arunika menggelengkan kepalanya.

"Saya tidak apa - apa, silahkan di lanjutkan." ucap Arunika yg wajahnya memerah malu karena ketahuan melamun di depan bossnya.

Dengan ragu Devian melanjutkan ucapannya. "Oke, kamu harus ikut meeting kemanapun aku pergi, dan setiap pagi tolong siapkan kopi diatas meja, aku rasa kamu sangat paham bagaimana seleraku." kata Devian sambil menyeringai, dari sini Devian akan melihat apakah Arunika masih mengingat semua kesukaannya atau sudah melupakannya.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now