Berbeda dengan kerajaan Orthello, seluruh bangsawan tiba-tiba mendesak Raja Liam untuk segera menikah lagi agar posisi Ratu tidak kosong. Tentu tidak mudah bagi Raja Liam, karena hatinya terasa kosong dan hampa tanpa kehadiran Lionix.

Julie yang menyadari bahwa Raja Liam tak mempunyai rasa padanya sama sekali membuatnya kecewa dan gelap mata. Ia menggunakan sihir hitamnya untuk mengendalikan perasaan Raja Liam.

Hanya dalam waktu satu minggu setelah pemakaman Ratu Lionix. Raja Liam pun mengakhiri masa dudanya dengan menikahi Julie Robertson. Otomatis Julie pun menjadi Ratu baru yang menggantikan posisi Ratu Lionix yang telah kosong.

Flashback OFF

Ace terhuyung dan jatuh bersandar di dinding tempat ritual sihir milik Raja Helium. Pria itu mengatur nafasnya yang sedikit tersengal-sengal, ia merasa badannya tiba-tiba lemas tak bertenaga sama sekali akibat efek dari sihir yang di gunakan Raja Helium.

"Cukup sampai di sini dulu. Aku tidak mau kau sampai mati karena kehabisan energi dan mana milikmu!" Raja Helium menetralkan kekuatannya dan menyalurkan sedikit energinya pada Ace.

Ace mengangguk patuh "Baik Yang Mulia,"

Raja Helium menghela nafas pajang "Pengelihatan tadi belum semuanya terungkap, Nak. Jika ingin melihatnya lebih menyeluruh dan kau tidak kehabisan energi, aku sarankan kau mengajak gadis yang menemanimu tadi! Aku rasa dia bukan gadis sembarangan," Jelas Raja Helium.

Ace menggelengkan kepala "Aku tidak mau membuat Thalia jatuh sakit karena efeknya ini Yang Mulia,"

Raja Helium tersenyum "Kemungkinan itu tidak akan terjadi. Aku melihat aura Nona Nathalia sangat berbeda dengan aura kita semua disini. Aku rasa dia gadis yang unik dan langka, jadi aku yakin dia tidak akan mudah tumbang karena ini," Ace pun mengangguk ragu untuk menyetujui saran Raja Helium. Akan tetapi, demi tujuannya apapun akan dia lakukan. Masa depan Kerajaan Orthello ada di tangannya.

***___***

Ace berjalan pelan dan sedikit terhuyung karena efek dari Sihir Pelintas Waktu memang sehebat itu. Tak jauh dari sana Putri Sofia muncul dan menatap khawatir Ace yang sedikit pucat.

"Kak Ace! Kakak sakit?" Seru Sofia khawatir. Gadis itu mendekati dan memapah tubuh Ace.

Ace merasa risih karena ulah Sofia, ia ingin melepaskan diri darinya dan lebih memilih berjalan sendiri menuju ruangannya untuk beristirahat. Namun, apa daya ia tak sekuat itu sekarang. Tubuh Ace benar-benar lelah, sangat lelah karena energinya tersedot habis untuk melihat kehidupan masa lalunya.

"Perhatikan langkahmu Kak!" Ujar Sofia dengan nada lembutnya. Dalam hati Sofia merasa senang karena bisa berdekatan dengan Ace, teman masa kecilnya dulu.

Ace pun berbaring di tempat tidur di bantu Sofia. Dengan telaten gadis itu melepas sepatu dan menyelimuti tubuh Ace. Kedua netra merah tegasnya tertutup sempurna. Sofia menatapnya lamat-lamat, ia berpikir Ace sudah jatuh tertidur.

Dengan senyuman penuh makna, Sofia mendekatkan wajahnya ke wajah Ace. Sofia memejamkan matanya ketika bibirnya sudah mendekati Ace.

"Jangan coba-coba atau aku tidak segan untuk menyakitimu, Sofia!" Ujar Ace dingin. Netra merah itu kini menatap Sofia tajam.

Gadis itu terjingkat, ia kikuk memperbaiki posisinya dengan benar. Sofia tak menyangka Ace ternyata belum benar-benar tidur. Ia telah membuat malu dirinya sendiri karena ulah konyolnya itu.

"Maafkan aku kak!" Cicit Sofia. Kedua netra merahnya milik Spfia mulai berair. Tapi ia mencoba untuk menahannya agar tidak keluar.

"Saya meminta tolong pada anda, cepat keluar dari ruangan saya!" Pinta Ace yang membuat Sofia bergidik. Ia pun berpamitan dan segera keluar dari kamar yang tiba-tiba mencekam itu.

Blam..

Sofia menutup pintu kamar Ace "Menakutkan sekali," Gumam Sofia "Astaga!" Serunya terkejut karena kehadiran Thalia yang sudah berdiri di samping Sofia, ia tak menyadari kehadiran Thalia karena tubuhnya tertutup sempurna oleh pintu kamar Ace yang ia buka tadi.

Sofia ingat, dia wanita yang duduk di sebelah Ace saat makan malam tadi. Akan tetapi Sofia tidak terlalu memperhatikannya jadi dia lupa akan sosok Thalia. Ia terlalu fokus pada pria yang sudah menyentuh hatinya sejak mereka masih kecil.

Thalia masih terdiam dengan sorot mata tajamnya menatap kearah Sofia. Gadis itu tak menggubrisnya sama sekali. Ia melenggang pergi tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun kepada Thalia.

Thalia gemas melihat tingkah kurang sopannya Sofia "Seorang Putri terhormat dan terlahir dari keluarga yang sangat hebat tidak akan mungkin mengabaikan tamu kehormatan orang tuanya! Meskipun tamu tersebut tidak memiliki hubungan keluarga sekalipun!" Sahut Thalia dengan nada datarnya.

Sofia sontak menatap Thalia dengan sorot mata penuh kebencian. Thalia tidak tahu kenapa gadis di depannya ini tiba-tiba tidak menyukainya. Padahal dia tidak memancing keributan dengan Sofia.

"Tidak ada artinya bagi saya untuk beramah-tamah dengan anda Nona...."

"Nathalia Zeyrav ingat itu!"

Sofia tersenyum remeh "Tidak perlu anda mengungkapkan nama anda di depan saya. Yang pasti saya akan melupakan anda begitu saja,"

Thalia masih dengan ekspresi datarnya, ia sesekali melirik pintu kamar Ace dan Sofia bergantian "Hmm, kalau begitu bagaimana jika seseorang tahu kalau Putri terhormat mereka masuk ke kamar laki-laki tanpa ada yang mengawalnya? Apakah hal tersebut tidak mengundang berita jelek terutama kepada anda sendiri?"

Sofia merasa tertantang dengan gadis di depannya itu. Ia baru pertama kali berhadapan dengan wanita yang berani membantahnya. Selama ini baik rakyat maupun bangsawan pasti bertekuk lutut padanya tanpa berani membantah satu kata pun.

"Tentunya jika hal itu terjadi. Maka saya lah yang beruntung Nona Nathalia!" Jawab Sofia "Dengan begitu akan lebih mudah bagi saya untuk menjadi istri dari Pangeran Ace. Tentu saja dengan senang hati mereka menerimaku, karena kami sama-sama keturunan asli kerajaan ini!"

Thalia tersenyum tipis, ia hanya miris dengan obsesi Putri Sofia dan tanpa mengetahui atau memahami lelaki yang menjadi incarannya. Thalia berharap wanita ini tidak melakukan hal-hal aneh yang nantinya akan memperlambat mereka kembali ke Orthello.

"Begitu ya?" Gumam Thalia remeh, ia lebih baik meninggalkan Sofia daripada meladeni wanita yang menurutnya aneh itu.

Thalia hendak membuka pintu kamar Ace akan tetapi di cegah Sofia "Perempuan tidak tahu sopan santun! Apa yang ingin kau lakukan di kamar Kak Ace?" Seru Sofia dengan menahan pegangan pintu yang akan di buka Thalia.

Netra emas madunya menatap datar pada Sofia "Saya ralat ya! Di sini yang tidak sopan main masuk ke ruangan pribadi laki-laki itu anda atau saya? Meskipun orang lain memergoki, saya juga tidak peduli! Apa ada yang salah jika saya mengunjungi ruangan pribadi Calon Suami saya?" Jawab Thalia dengan nada penuh penekanan di akhir kalimat.

Bagai di sambar petir Sofia mematung di tempat "Calon Suami?"

Thalia tersenyum manis "Saya pastikan anda akan mengingat nama saya sepanjang hidup anda. Mari kita ulang Putri, perkenalkan Saya Nathalia Zeyrav Calon Istri Ace Ellenius,"

"Tidak mungkin! Jangan berkhayal kamu!" Seru Sofia menahan amarah.

Thalia menggelengkan kepalanya ia masih memasang senyuman termanisnya "Permisi Putri saya ada urusan dengan Calon Suami saya!" Pamitnya kemudian masuk ke ruang pribadi Ace tanpa di cegah lagi oleh Sofia.

Kedua tangan Sofia terkepal sempurna menahan gejolak amarah. Kedua matanya berkabut karena ia berusaha menahan air mata yang berebut ingin keluar "Kak Ace milikku! Selamanya hanya Milikku!"

I WANT YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang