32 | Pisah Kamar

971 120 28
                                    

First thing first, buat yang nanyain POV Aiden, tenaangg, santaaii, pasti ada hihihi. Sabar yahh.

Dan btw, aku tu masih suka bingung sama nama orang tua Aiden dan Kaiya. Sering ketuker-tuker 😂 di chapter lalu ternyata aku salah nulis nama ayahnya Kaiya. Semuanya kutulis Helmi, padahal harusnya Yudi wkwkwkwk. Tapi udah kuganti sih 😂

Sooo, di chapter ini dan seterusnya, kalau aku salah tulis nama atau typo apapun, feel free to tell me, ya 🥰🙏🏻

Oke dah, gitu aja. Happy reading!

***

"Aku mau pulang aja, Mas," ucap Kaiya dengan suara pelan, mirip seperti gumaman. Tapi, Aiden masih bisa mendengar.

"Hm?" Aiden melirik ke samping sekejap sebelum kembali fokus pada jalanan di depannya. "Iya, ini kita pulang."

"Kalau aku mau pulang ke apart aja, boleh?"

Mata Aiden melebar. Dia melirik ke spion di samping kiri, lalu memutar kemudinya cukup cepat untuk menepikan mobilnya begitu ia merasa tidak ada kendaraan lain yang menghalangi.

Aiden menghentikan mobilnya dan langsung menghadap sang istri. "Kamu tadi bilang apa?"

Kaiya mengerjap sekali. "Aku mau pulang ke rumah kita—apart kamu," ulang Kaiya.

Aiden tercenung. Dia seperti sedang mencerna kata-kata Kaiya. "Kamu mau pulang ... sama aku?"

Kaiya mengangguk.

"Pulang ke rumah kita?"

"Iya. Boleh?"

Mulut Aiden menganga lebar. Dia tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi kata-katanya tidak keluar sama sekali. Tangannya melepas seatbelt dengan tergesa-gesa, lalu mencondongkan badannya dan merangkum pipi Kaiya dengan mata berbinar. "Kamu serius, Ya?"

Kaiya mengangguk lagi.

"Beneran kamu mau pulang sama aku?"

"Iyaa, kamu mau tanya sampai berapa kali? Atau aku nggak boleh pulang hari ini?"

"Are you kidding me? Aku kangen banget sama kamu. Sejak hari pertama kamu nggak di rumah, aku pengin langsung jemput kamu rasanya. Tapi aku tau aku masih dihukum, jadi aku tahan-tahanin. Dan sekarang, kamu kepengin pulang terus kamu tanya boleh atau nggak? You're seriously asking that?"

"So?"

"Welcome home!" Aiden memeluk Kaiya, lalu menggoyangkan badan mereka ke kanan dan kiri. Lega dan bahagia yang teramat sangat dirasakan Aiden saat ini. Untuknya sekarang, tidak ada yang lebih membahagiakan selain Kaiya mau pulang ke rumah mereka lagi.

Aiden menarik mundur sedikit kepalanya, lalu menatap lekat ke iris Kaiya. "Kamu beneran, kan? Nggak bercanda, kan?"

Kaiya mengangguk untuk kesekian kalinya.

Satu tangan Aiden beralih untuk merangkum leher Kaiya dan mengikis jarak mereka, berniat untuk mencium sang istri. Tapi, betapa kagetnya dia ketika Kaiya justru menjauhkan kepalanya, menghindari ciuman Aiden. Bahkan, tangannya menahan dada Aiden agar tidak mendekat.

Aiden menatap Kaiya dengan sorot mata bertanya.

"Aku mau pulang, bukan berarti kita udah baikan," ungkap Kaiya. "Aku belum sepenuhnya maafin kamu. Aku mau pulang karena Ayah udah nggak mau nampung aku lebih lama lagi."

Aiden melongo mendengar kata-kata Kaiya. "Beneran?"

"Iya."

"Jadi, kamu pulang karena terpaksa?"

Us, Then? ✓ [Completed]Where stories live. Discover now