Ace hanya terdiam menatap bandul tersebut yang sama dengan miliknya, hanya saja ia memakainya sebagai bandul kalung. Benda kenangan tersebut berasal dari ibunya, ia juga mendengar kalau bandul tersebut ada sepasang akan tetapi pasangannya hilang, kini ia melihat dengan mata kepalanya sendiri pasangan bandul miliknya ada di tangan Thalia.

***---***

Ace sampai di istana megah Kerajaan Renegades. Istana putih menjulang tinggi dan besar. Ada beberapa istana lain yang berdiri tak jauh dari istana utama yang sangat tinggi itu.

Thalia berdecak kagum 'Istana Kerajaan Orthello tidak ada apa-apanya kalau di bandingkan Istana Kerajaan Renegades. Gila besar banget!' Seru Thalia dalam hati.

Seorang Ksatria yang memiliki tinggi yang sama dengan Ace menyambut kedatangannya "Selamat datang di Istana Renegades, Pangeran Ace dan Nona Muda."

"Nathalia Zeyrav!" Sahut Thalia dengan senyum manisnya. Ace mendengus melihat Thalia yang bersikap ramah kepada Pria lain selain dirinya.

"Nona Muda Zeyrav," Ujar Ksatria memperbaiki sambutannya. Thalia mengacungkan jari jempol sebagai jawabannya. Ace pun meraup jari jempol Thalia karena gemas. Thalia pun menatap Ace penuh tanda tanya, tapi yang di tatap malah sebaliknya datar dan sedikit menakutkan.

Ace mengabaikan Thalia dan ia membalas sambutan yang di berikan Ksatria tersebut "Terimakasih Tuan Vicky," Jawabnya.

"Mari saya antar Pangeran dan Nona Muda ke dalam istana. Raja dan Ratu sudah menunggu kedatangan anda di sana!" Ajaknya sambil mengantar menuju aula istana.

Kedua netra emas milik Thalia tak bisa berhenti berbinar, ia menatap istana beserta isinya yang menurutnya sangat mewah. Istana tersebut di dominasi warna putih dan emas, Thalia seperti masuk ke istana negeri Es di cerita-cerita dongeng.

"Pangeran Ace Ellenius dan Nona Nathalia Zeyrav telah tiba!" Suara bariton tegas mengumumkan kehadiran mereka. Thalia bergidik karena baru pertama kali sebagai Nathalia mendengar namanya di sebutkan dengan seruan nada yang tinggi.

Pintu aula terbuka dari dalam, Thalia menatap penasaran pemandangan di balik pintu saat pintu telah di buka secara bersamaan oleh dua prajurit yang berjaga. Sebuah ruangan luas dengan kursi singhasana Raja dan Ratu tepat di tengahnya. Ace dan Thalia berjalan masuk ke aula.

"Salam kepada Raja Helium dan Ratu Litium. Sang Matahari dan Bulan Kerajaan Renegades. Semoga dewa dan dewi selalu memberkahi kehidupan anda beserta seluruh Kerajaan Renegades," Sahut Ace dan Thalia yang kompak mengikuti serta sedikit menundukkan badan sesuai etiket kerajaan.

"Aku terima salam dari kalian. Semoga dewa dan dewi juga selalu menyertai kalian berdua dimanapun kalian berada," Jawab Sang Raja Helium.

Thalia kembali menatap sepasang Raja Helium dan Ratu Litium yang serasi memakai jubah kebesaran mereka berwarna merah dengan pola naga serta api bewarna emas. Thalia mendengus kesal karena di dunia fiksi ini setiap karakter laki-lakinya pasti memiliki postur terlalu tinggi-benar mereka tinggi dan menjulang.

Raja Helium berdiri dengan tegap, perlahan menuruni singhasananya, rambut hitamnya rapi tersisir ke belakang, kulitnya putih, sepasang netra merah menatap teduh ke arah Ace dan Thalia. Meskipun sudah memiliki guratan di sudut wajahnya karena di makan usia, sang Raja masih terlihat sangat tampan-Thalia pecinta sugar daddy yang hot asal kalian tahu.

"Jangan terlalu tegang ya! Anggap saja istana ini rumah kalian sendiri!" Sahut Ratu yang mulai beranjak turun dari singhasananya juga.

Thalia masih terpesona dengan Ratu Litium yang memang sangat cantik. Meskipun sama-sama memiliki netra merah seperti sang Raja, Ratu Litium memiliki warna rambut merah kehitaman sangat kontras dengan kulitnya yang putih dan semulus porselen. Sang Ratu berjalan anggun kearahnya dan memeluk lembut Thalia layaknya saudara jauh yang melepas kerinduan kareba lama tidak bertemu.

"Kau sangat cantik sayang. Pasti akan meropatkan bagimu karena harus menemani Ace yang tingkahnya seperti anak kecil,” Kata Ratu Litium dengan jemari tangannya mengelus lembut wajah Thalia. Gadis itu tersipu karenanya.

"Ace sangat baik Yang Mulia. Hanya beberapa kesempatan saja dia sangat menjengkelkan," Jawab Thalia sambil matanya melirik ke arah Ace yang sibuk berbicara dengan sang Raja.

Ratu Litium tertawa mendengar jawaban Thalia "Tapi kalian berdua sangat serasi sayang. Kalau kalian menikah nanti jangan lupa undang aku ya!" Thalia semakin terdiam karena malu.

"Bagaimana kabarmu Nak?" Tanya sang Raja yang memeluk Ace seperti seorang keluarga.

Ace tersenyum "Kabar saya baik Yang Mulia, terimakasih. Bagaimana dengan anda?"

"Tidak cukup baik Nak," Sang Raja menghela nafas panjang, ia melepas pelukannya "Akhir-akhir ini punggungku terasa sakit," Jawabnya sambil mengelus-elus punggungnya, tatapan matanya berubah sendu.

"Bagaimana tidak sakit punggung kalau setiap hari duduk di ruang kerja dengan tumpukan dokumen. Itupun sampai lupa waktu," Sahut Ratu Litium dengan nada kesalnya. Tawa keempatnya membahana karena Ratu Litium malah memarahi suaminya.

Setelah menyambut hangat Ace dan Thalia. Akhirnya mereka berdua di persilahkan untuk beristirahat dahulu setelah perjalanan panjang. Karena sebentar lagi waktunya makan malam tiba. Ace dan Thalia menempati ruangan yang berbeda tetapi masih tetap satu istana yang memang di khususkan untuk para tamu menginap.

Thalia pun merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk setelah ia melepaskan beban berat di tubuhnya. Ia masih malas untuk beranjak mandi.

"Selamat sore Nona Zeyrav. Perkenalkan saya Anna yang akan mendampingi dan melayani Nona di sini," Sahut wanita muda yang memakai setelan maid. Postur Anna seperti masih remaja berumur 15 tahun dengan rambut pirang dan mata kebiruannya membuat gadis itu terlihat cantik meskipun dia hanya seorang pelayan.

Thalia tersenyum "Panggil saja aku Thalia, Anna!" Pintanya.

"Mohon maaf saya tidak berani Nona," Jawab Anna dengan menggelengkan kepala ribut.

Thalia tidak membantah ataupun memaksa lagi, ia membiarkan Anna bersikap senyamannya dia ketika bersamanya.

"Saya akan menyiapkan air dan perlengkapan anda dulu untuk mandi Nona," Sahut Anna kemudian beranjak ke kamar mandi setelah mendengar jawaban Thalia.

Thalia bangun dari tempat tidurnya, ia menuju balkon kamarnya yang memperlihatkan pemandangan luar biasa kerajaan Renegades. Kedua matanya terpaku karena ada suatu wilayah yang terlihat jelas batas wilayahnya. Wilayah hijau menyejukkan mata karena rimbunnya hutan seperti pada umumnya serta wilayah putih karena hutan tertutup salju. Thalia sekilas jadi teringat animasi di dunianya yang berjudul Tinker Bell: Secret Of The Wings.

"Nona air hangatnya sudah siap," Sahut Anna. Thalia pun beranjak ke kamar mandi, ia meminta tolong untuk mencucikan bajunya agar segera kering.

Thalia memakai setelan ringan dengan bawahan seperti rocela (rok celana) berwarna biru muda desain Thalia sendiri. Meskipun ia di tatap aneh oleh para pelayan karena baju yang ia pakai, tapi tetap sebagian mereka juga menyanjung baju yang dipakai Thalia. Beberapa dari mereka juga memesan baju dari Thalia.

I WANT YOU (END)Where stories live. Discover now