"Tidak ada yg lain?." tanya Devian datar.

"Oh ya hampir lupa tadi tuan David menelpon jika nanti akan ada sekretaris baru yg akan membantu bapak menghandle perusahaan." Erick menambahkan. Erick memang memanggil Devian dengan sebutan bapak atau boss jika di perusahaan karena dia bersikap profesional dan  Erick juga tidak ingin saat bertemu dengan clien dia kelepasan memanggil Devian dengan sebutan nama saja.

"Kenapa papah tidak bicara dulu denganku, padahal aku tidak butuh sekretaris baru, kamu bisa menghandle semua pekerjaanku." gerutu Devian yg tidak suka jika papahnya menambah sekretaris baru untuknya. Bagi Devian Erick saja cukup untuk mengatasi semua yg di perlukannya baik itu urusan pekerjaan maupun urusan pribadi.

"Tapi boss yg di lakukan om David itu ada benarnya, dengan adanya sekretaris baru bisa meringankan tugasku mengingat semakin hari tugasku semakin bertambah banyak, bahkan setiap hari selalu lembur." Erick berpendapat, dia tidak berbicara formal lagi karena menurutnya mereka sedang bedua, dia tidak perlu sungkan untuk mengemukakan pendapatnya yg selama ini mengganjal di hatinya, sudah dari beberapa bulan yg lalu Erick ingin protes terhadap Devian agar menambahkan sekretaris baru untuk meringankan tugasnya.

"Lo udab bosan kerja?, bukannya lo tau gue  paling gak suka kalo ada orang baru di dekat gue apalagi itu cewek." Devian langsung sensi setiap kali membahas tentang sekretaris baru.

"Bukannya gitu boss, lo ngerti sendiri perusahaan semakin hari perkembangannya semakin pesat kalo gue sendiri yg handle jujur gue keteteran, belum lagi buat jadwal lo dan ngikutin kemana perginya lo, jadi gue butuh tambahan satu sekretaris buat bantu gue handle perusahaan." jelas Erick.

"Ya tapi seenggaknya konfirmasi dulu ke gue, biar gue bilang kalo nyari sekretaris harus yg cowok." Devian menghela nafas, dia kesal dengan tingkah papahnya yg seenaknya memasukkan karyawan baru sebagai sekretarisnya tanpa konfirmasi darinya.

"Iya boss, tapi om David bilang lo tidak boleh menolaknya." kata Erick mengulang apa yg tadi di sampaikan oleh papahnya Devian.

"Huft.. kayaknya hari - hari tenang gue bakal terenggut sebentar lagi." keluh Devian.
Devian risih bila berdekatan dengan lawan jenis apalagi cewek itu agresif.

Erick yg mendengar keluhan dari bossnya itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Tenang boss gue bakalan selalu pasang badan buat lo, jauhin lo dari wanita - wanita yg kurang belaian." ucap Erick, memikirkan wanita kurang belaian Erick jadi ingat satu nama yg selama ini menjadi hama di hidup Devian, "Gimana kabarnya si medusa boss?, Udah sebulan gak kelihatan batang hidungnya." tanya Erick.

"Udah syukur dia menghilang, gue harap dia tidak akan pernah kembali lagi, jijik gue di tempelin terus sama dia." ucap Devian sambil bergidik.

"Mana mungkin dia tahan tidak nempelin lo, jujur gue gak habid pikir sama nyali si medusa yg udah lo hina dan kasarin kayak gitu masih aja gak punya muka tetep aja ngejar lo."

"Ambil aja kalo lo mau." sahut Devian.enteng.

"Lihat modelannya gue juga ogah sama dia, tapi gue heran dia pake pelet apa sampe tante Marissa kekeuh jodohin lo sama dia."

"Entahlah gue males mikir mereka berdua."

Seusai percakapan yg lumayan panjang, Erick pergi ke ruangannya untuk melanjutkan pekerjaannya setelah tadi membawa berkas yg sebagian sudah di tanda tangani oleh Devian.

Waktu cepat berlalu tak terasa jam menunjukkan pukul 10 : 45 wib, lima belas menit lagi Devian ada jadwal seperti yg di bacakan Erick tadi, Devian dan Erick saat ini dalam perjalanan menuju cafe xx yg jaraknya lumayan dekat dengan kantor.

Setelah acara makan siang dan pembahasan tentang kerjasama yg agak alot akhirnya mereka bisa merasakan kelegaan karena cliennya menyetujui kontrak kerja yg akan sangat menguntungkan perusahaan Devian karena yg bekerja sama dengan perusahaan Devian adalah pengusaha muda yg sedang naik daun karena kecakapannya, apalagi properti penggunaannya semua sudah menggunakan alat canggih, termasuk kualitas barang yg di hasilkan juga memuaskan konsumen, hingga Devian berambisi untuk mendapatkan kontrak kerja dengan perusahaan yg di pimpin oleh CEO muda yg bernama Dennis Dewangga sang pebisnis tampan yg merupakan salah satu lulusan terbaik dari universitas di new york.

"Rick apa sekretaris baru itu sudah datang?." tanya Devian menoleh kearah Erick yg sedang fokus mengemudi. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan untuk kembali ke perusahaan.

"Tadi Ayu bilang sekretaris barunya datang setengah jam yg lalu, dan sekarang sedang di antarkan oleh Ayu ke ruangan HRD untuk di arahkan tentang apa saja yg akan dia kerjakan selama menjabat sebagai sekretaris anda pak." jawab Erick yg tadi mendapat laporan dari Ayu sang resepsionis. Sebelum Erick pergi menemani Devian meeting, Erick sempat berpesan pada Ayu jika nanti akan ada sekretaris baru dan dia mengatakan pada Ayu agar sang resepsionis itu mengantarnya ke ruangan HRD supaya mendapat arahan sembari menunggu sang boss meeting.

"Huft.. semoga dia tidak merepotkan." ucap Devian.


                          ***


Sesampainya mereka di lobby perusahaan, Ayu sudah menunggu di depan meja resepsionis menyambut mereka dan melaporkan seperti apa yg tadi di katakan Erick pada Devian. Devian hanya mengangguk dengan wajah datarnya dan langsung melanjutkan langkah kakinya naik ke lantai 15, lantai teratas yg hanya diisi ruangannya, ruangan sekretaris serta ruangan asisten pribadinya.

Ting

Lift terbuka, Devian keluar dengan perasaan yg campur aduk, dia tidak bisa mendeskripsikannya, selama 6 tahun belakangan ini dia tidak pernah lagi merasakan perasaan seperti sekarang ini. Gelisah, penasaran dan dia juga merasakan ada gelenyar aneh di hatinya, seperti dulu saat dia ingin bertemu dengan kekasihnya.
Devian menggelengkan kepalanya. Tidak, dia tidak boleh merasakan perasaan itu untuk wanita lain selain kekasihnya, Devian mencoba menepis rasa itu, Devian meyakinkan dirinya sendiri dia merasakan gelenyar aneh tadi karena sudah lama tidak pernah berkomunikasi langsung secara intens dengan wanita lain semenjak kepergian kekasihnya, padahal kenyataannya Devian melupakan jika dia sering berkomunikasi secara intens bahkan dia juga pernah di gelayuti oleh wanita yg dia sebut dengan panggilan medusa.

Tiba di ruangannya Devian menekan interkom yg menyambungkan ke ruangan sekretarisnya, Devian menyuruh sekretaris barunya untuk menghadapnya, dia ingin menambah peraturan - peraturan yg harus di patuhi oleh sekretaris barunya itu.

Tok Tok Tok

Ketukan pintu dari luar mengagetkan Devian yg sedari tadi menenangkan hatinya, entah kenapa baru kali ini hatinya tidak bisa diajak kompromi seperti sebelumnya jika menyangkut tentang wanita, biasanya hatinya acuh dengan kehadiran wanita manapun di sekelilingnya.

Setelah mendengar perintah masuk dari Devian, pintu perlahan terbuka muncul lah sosok wanita cantik berkulit putih dengan tinggi yg proporsional untuk ukuran wanita seusianya, apalagi lekuk tubuhnya yg menjadikannya seperti barbie hidup, sungguh definisi wanita perfect.

Ketukan heels yg beradu dengan lantai menggema di ruangan Devian yg sunyi, saat itu Devian masih membalikkan kursinya memandang kearah kaca yg mengarah langsung pada pemandangan gedung - gedung pencakar langit di depannya. Ya, setelah Devian menjawab ketukan pintu itu dia langsung membalikkan kursinya menatap luar kaca untuk menenangkan hatinya yg gelisah.

"Permisi pak, perkenalkan nama saya Leticia biasa di panggil Cia yg akan menjadi sekretaris baru anda, mohon bimbingannya." ucap seorang wanita cantik sambil membungkukkan badannya tanda hormat.

Deg

Jantung Devian berdetak dua kali lebih cepat saat mendengar suara wanita yg mengaku akan menjadi sekretaris barunya.
Suara itu dia sangat mengenalinya, itu adalah suara yg selama ini dia rindukan, suara yg selama ini dia nantikan kehadirannya.

Devian mencoba menenangkan hatinya yg resah bercampur bahagia, dia tidak mau menduga hingga akhirnya kecewa jika wanita itu bukan seseorang yg sangat dia nantikan kedatangannya.

Dengan perlahan tapi pasti, Devian memutar kursinya menghadap kearah sekretaris barunya, di lepasnya kaca mata hitam yg sejak tadi masih bertengger di hidungnya dengan gerakan slow motion.

Deg Deg Deg

Devian dan wanita itu sama - sama menegang di tempat saat tatapan mereka bertemu, mereka berdua tidak mengira akan di pertemukan dalam situasi seperti ini.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now