Penyesalan Devian

Start from the beginning
                                    

Dia terlambat, kekasihnya telah pergi meninggalkannya dengan sejuta penyesalan di hatinya.

Setelah berhasil mengendalikan perasaannya yg kacau Devian menyeka air matanya yg sedari tadi menetes di pipinya, dia bangkit dari duduknya dan mengucapkan terima kasih kepada bapak petugas bandara.

Dengan langkah gontai Devian keluar dari bandara menuju pantai tempat dimana dia biasa menghabiskan weekend-nya bersama Arunika.

tiga puluh menit kemudian Devian tiba di pantai, dia berjalan menyusuri pantai sambil mengenang kisah yg pernah dia lalui bersama Arunika di tempat ini, kilasan demi kilasan berputar di memori ingatannya, hal itu membuat Devian kecewa pada dirinya sendiri, kecewa karena tidak bisa berpegang teguh pada ucapannya yg tidak akan menyakiti hati Arunika dan menjadikan Arunika satu - satunya gadis istimewa di hatinya.

"Arrgghh.. ." teriak Devian sambil menjambak rambutnya frustasi.

"Maafkan aku Arun hiks.. hiks.. maaf sudah menyakitimu, aku sungguh menyesal. kembalilah sayang.. hiks.. hiks.. ." lirihnya terduduk di bibir pantai di temani semilir angin malam. Air mata yg tadinya mengering di terpa angin kini menetes lagi membuat hati dan perasaan Devian menjadi semakin kacau, di tambah suasana malam yg sunyi membuatnya semakin di selimuti rasa sesak yg menghimpit hati.
Devian merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya, dia membuka aplikasi galeri disana, dia bisa melihat banyak foto - foto candid dari kekasihnya.
Arunika memang gadis cantik nan manis, tidak salah jika banyak pria yg menyukainya, dan dia sangat beruntung bisa mendapatkan gadis seperti Arunika.
Di tatapnya foto kekasihnya itu sambil di usap lembut dengan ibu jarinya, Devian mengingat kenangan - kenangan yg telah dia lalui bersama kekasihnya di dalam foto itu, dia tersenyum saat mengingat momen - momen yg membuat hatinya menghangat.
Devian menyesal telah menyia - nyiakan gadis secantik dan sebaik Arunika. Rasa rindu, sedih, sakit, sesal, kecewa bercampur jadi satu membuatnya menjadi hilang arah.
Devian tidak tau apa yg akan dia lakukan setelah ini tanpa sosok kekasihnya disisinya, selama ini Devian bisa menjadi cowok famous kebanggaan sekolah karena sosok kekasihnya yg selalu ada buat dia, mensupport dia agar lebih baik lagi, bahkan ketika orang tuanya lebih memilih bisnisnya dari pada menghadiri lomba yg di ikutinya Devian tetap semangat karena ada kekasihnya yg selalu menggenggam tangannya saat dia butuh dukungan.
Dering telepon membuyarkan lamunannya, Devian melihat kearah layar ponselnya disana tertera nama Riko sahabatnya yg memanggil, dengan wajah malas Devian menggeser tombol hijau.

"Hallo."

"Boss lo ada dimana?, jangan buat khawatir, cepat share loc." ucap Erick yg heboh di seberang sana karena tidak menemukan keberadaan sahabatnya, Riko dan Erick sudah tau apa yg membuat Devian kalut hingga pergi tanpa menjawab pertanyaannya setelah mereka berdua membaca surat dari Arunika. Mereka berdua juga bergegas menyusul Devian, tapi sayangnya mereka kehilangan jejak, mereka mencoba pergi ke apartement Arunika berharap Devian ada disana, tapi saat mereka bertanya pada tetangga apartement Arunika, Cintya berkata tidak melihat keberadaan Devian disana.
Untungnya setelah tiga kali percobaan, akhirnya panggilan telepon dari Riko diangkat juga oleh Devian.

"Pantai." jawab Devian dengan ogah - ogahan. Padahal tujuan Devian ke pantai ingin menyendiri supaya bisa menenangkan pikirannya yg kacau.

"Pantai yg biasa lo kunjungi sama Arun?, Lo disana aja jangan kemana - mana gue dan Riko akan segera meluncur." perintah Erick yg saat itu tanpa menunggu jawaban dari Devian langsung mematikan sambungan teleponnya, membuat perasaan Devian semakin jengkel.

"Bisa - bisanya dia matiin teleponnya saat gue belum selesai bicara, awas aja kalo ketemu." gerutu Devian jengkel dengan sikap Erick yg seenak jidatnya itu.

Tiga puluh menit kemudian kedua sahabat Devian tiba di pantai yg dari jauh sudah terdengar suaranya karena sikap konyol Erick yg selalu bertingkah di luar nalar, apalagi saat di alam terbuka seperti saat ini yg kadang membuat Devian dan Riko ikut menanggung malu karena tingkah Erick.

"Boss jangan bunuh diri dulu, ntar gue gak ada yg nraktir." celetuk Erick dengan tampang tidak berdosanya saat sudah berada di samping Devian. Erick dan Riko mencari keberadaan Devian karena mereka takut saat ini Devian yg sedang kacau melampiaskan sedihnya dengan hal - hal yg tidak semestinya. Maka dari itu mereka bergegas menyusul kemana perginya Devian, mengingat sahabatnya itu orang yg sangat nekat jika sudah menyangkut dengan orang - orang yg di sayanginya.

"Sinting." gumam Devian yg masih bisa di dengar oleh Erick dan Riko.

"Yang bener aja kalo ngomong boss, gini - gini gue itu cowok ter-unyu se SMA Cempaka lho." dengan PD-nya Erick mengangkat kerah kemejanya sambil membusubgkan dada. Riko yg melihat itu hanya bisa geleng - geleng kepala, Dasar bocah sableng - batin Riko.
"Udah jangan galau mulu, ikhlasin bu boss pergi, biarin dia menggapai mimpinya, cukup doakan yg terbaik buat bu boss semoga bisa dapet yg lebih baik dari lo." ucap Erick sambil terkekeh. Erick berkata seperti itu bermaksud ingin menghibur sahabatnya agar tidak terus galau dan berujung stres.

"Sialan lo." balas Devian sambil meninju lengan Erick, Devian tau Erick hanya bercanda agar dia bisa melupakan kesedihannya.

Riko menoleh kearah Devian, mengamati raut wajah Devian yg muram durja, "Gimana keadaan lo?." tanya Riko yg cukup prihatin dengan kondisi Devian saat ini, selama Riko bersahabat dengan Devian, Riko belum pernah melihat Devian se kacau ini, sungguh kondisinya sangat - sangat memilukan jjka hanya disebut seseotang yg sedang patah hati.

Devian seperti orang yg tidak punya gairah hidup sama sekali, jiwanya seakan terbang bersama perginya Arunika, Riko tidak menyangka ternyata pengaruh Arunika di hidup Devian sangatlah besar, Devian kini layaknya patung hidup, wajah kuyu baju kucel karena semenjak acara promnight tidak di ganti, sungguh miris nasib Devian, dia yg memulai kini dia juga yg tersakiti, Riko juga menyayangkan sikap Devian dulu pada Arunika yg sekarang berujung menjadi sebuah penyesalan di hidupnya. Padahal menurut Riko Devian dan Arunika merupakan pasangan yg serasi.

"Tanpa gue jawab lo tau sendiri gimana keadaan gue." Devian menghela nafas lelah, pandangannya menatap kosong ke depan.

"Yang sabar Dev, yakinlah ini hanya sebuah ujian cinta lo buat Arun, tunjukkan pada dia kalo lo itu cowok setia yg patut di beri kesempatan kedua, jangan hanya karena dia pergi ninggalin lo, lo jadi putus asa dan hilang semangat." Riko mencoba menasehati Devian agar tidak terpuruk di tinggal pergi oleh kekasihnya dan berlarut - larut dalam penyesalan, "Buktikan ke dia kalo lo juga pantas untuk dia, mulai saat ini perbaiki diri lo menjadi Devian yg lebih baik lagi, memang semua itu tidak mudah, tapi kalo lo mau berusaha gue yakin lo pasti mampu meraihnya." Riko memang sosok lelaki yg memiliki pemikiran yg dewasa, dengan nasehatnya membuat pikiran Devian yg tadinya buntu, kini seperti menemukan secercah cahaya untuk melanjutkan hidup, meski itu sulit karena harus menata hati dan menyiapkan diri tanpa adanya sosok kekasihnya di dalam hari - hari yg akan di lalui ke depannya.

"Thanks masukannya akan gue coba." ucap Devian sambil menoleh kearah dua sahabatnya yg selalu setia menemaninya disaat suka maupun duka.

"Ok, mending kita balik ke rumah, angin malam tidak baik untuk kesehatan, apalagi ini sudah menjelang pagi." ajak Erick yg sedari tadi menahan dingin di tubuhnya.
Akhirnya mereka bertiga beranjak pergi meninggalkan pantai menuju rumah Devian karena Erick dan Riko berniat akan menginap disana menemani Devian yg sedang galau.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now