Kepergian Arunika

Start from the beginning
                                    

"Gue paham gimana kacaunya hidup lo sebelum ada Arun, harusnya itu bisa buat pertimbangan sebelum melakukan suatu hal yg bisa menyakiti hatinya, terlebih lagi jika mengingat gimana sosok Arun yg bisa merubah diri lo menjadi jauh lebih baik lagi, bukannya gue melarang lo dekat dengan Clarissa, tidak gue tidak punya hak untuk itu, tapi lo harus tau batasannya dan bisa menjaga perasaan cewek lo jika terlalu dekat dengan cewek lain walaupun itu saudara lo, terlebih sering menghabiskan waktu bersamanya dan mengabaikan Arunika." Riko yg memang bisa berfikir lebih dewasa dari ketiganya mencoba membuka pikiran Devian yg tersesat, dia tidak mau suatu saat sahabatnya itu menyesal karena telah menyia - nyiakan gadis sebaik Arunika.

"Lo bener, Arun yg udah narik gue dari lembah kegelapan, dia juga yg udah buat hidup gue jadi lebih baik lagi, gue bodoh udah nyakitin cewek sebaik Arun." raut wajah Devian menyiratkan penyesalan, "Huft.. semoga gue belum terlambat untuk memperbaiki semuanya." hembusan nafas berat menunjukkan betapa pasrahnya seorang Devian, sesak rasanya mengingat hubungannya dengan kekasihnya di ujung tanduk. Hubungannya menjadi rumit itu juga karena kesalahan dan keserakahannya yg ingin memiliki dua wanita yg bisa selalu ada di sisinya, Arunika kekasihnya dan Clarissa saudara jauh yg sudah di anggap sebagai adiknya, tanpa disadari hal itu tidak akan mungkin terjadi. Devian harus memilih salah satu diantara dua pilihan yg sulit jika berada di posisinya. Dan jika dia salah melangkah itu bisa menghancurkan dirinya sendiri, seperti halnya yg terjadi pada Devian saat ini di jauhi kekasihnya bahkan dia tidak tau dimana keberadaan kekasihnya.

"Bukannya gue udah pernah peringatin lo berkali - kali lewat sindiran, tapi emang lo yg gak bisa menangkap sinyal dari gue malah mengabaikan dan melanjutkan kesenangan lo saat itu bersama Clarissa." celetuk Erick yg masih geram pada Devian karena tidak pernah mengindahkan kalimat peringatannya, "Yaudah gue milih diem dan gak mau ikut campur, saat itu dalam hati gue berkata semoga lo gak menyesal jika terjadi sesuatu hal buruk pada hubungan lo, and see.. apa yg gue takutin terjadi, dia menghilang ninggalin lo tanpa kabar."

"Sekarang gue harus gimana?." tanya Devian dengan wajah frustasi.

"Kita cari tau dimana Arun berada." kata Erick yg di balas kernyitan dahi oleh Devian tanda tidak mengerti maksud Erick.

"Mending lo buka kotak hadiah dari Arunika, siapa tau dia ngasih petunjuk tentang keberadaannya." kata Erick lagi yg menjelaskan dengan detail maksud perkataannya.

"Bener kata Erick, mending lo langsung buka kotak itu, gue juga penasaran dengan isi di dalamnya."

Dengan tangan gemetar dan hati deg - degan Devian membuka bungkus dari kotak hadiah itu, dia tercengang melihat isi yg ada di dalam kotak tersebut, perlahan Devian mengangkat secarik kertas dengan di hiasi tulisan indah yg di tebaknya itu adalah tulisan dari tangan Arunika sendiri, dia sangat hafal coretan tinta itu sama persis dengan tulisan yg sering di lihatnya di buku tulis milik kekasihnya. mata Devian menatap sendu kearah tulisan yg berjejer rapi, dengan hati berdebar Devian mulai membacanya.

Dear Devian..
Saat kamu membaca surat ini mungkin kita sudah tidak berada di negara yg sama, maaf aku pergi tanpa pamit padamu, aku hanya tidak sanggup untuk bertatap muka dan berbicara langsung di hadapanmu.

Deg.. hati Devian terasa nyeri saat membaca kalimat awal dari surat yg di tulis kekasihnya, ini seperti mimpi buruk bagi Devian, kekasihnya pergi meninggalkannya tanpa dia tau tujuannya.

Terima kasih untuk waktumu selama dua tahun ini yg telah mengajarkanku arti cinta yg sebelumnya tak pernah ku rasakan.

Aku juga berterima kasih pada kamu yg telah memberi banyak hal positif di hidupku. Menolongku dari gelapnya jurang kehidupan, merubah hariku yg awalnya monoton menjadi lebih berwarna dan menjadikanku lebih baik dari sebelumnya.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now