CHAPER 11

302 56 14
                                    

Gu Yiye langsung menyadari caranya menolak Yang Zhen salah besar keesokan harinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gu Yiye langsung menyadari caranya menolak Yang Zhen salah besar keesokan harinya. Saat dia bangun pagi untuk olahraga seperti biasa, begitu membuka pintu, Yang Zhen sudah berdiri di sana. Entah untuk berapa lama. Dan mulai pagi itu, dimulailah hari-hari Yang Zhen sebagai penguntitnya.

"Yang Zhen sialan." Pria itu mengumpat hal yang sama setiap pagi selama dua minggu terakhir. Dia lalu meninju perut Yang Zhen setelah menahannya selama berhari-hari.

"Selamat pagi, Yiye," ucap laki-laki itu dengan senyum lebar sambil mengusap perutnya yang baru saja ditinju.

Rekan-rekan sekamar Gu Yiye juga keluar dari kamar setelah pria itu. Mereka langsung tertawa, "Oh, Yang Zhen, kau ke sini lagi." Mereka sudah terbiasa dengan pemandangan tersebut. Laki-laki itu langsung memberi hormat pada senior, "Selamat pagi!"

Laki-laki itu mengikuti Gu Yiye pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah seperti yang selalu dia lakukan. Semua tentara pasti bangun pagi sebelum matahari terbit untuk olahraga, tetapi kelompoknya berbeda tergantung unit. Yang Zhen selalu bangun beberapa menit sebelum yang lain jadi dia punya waktu untuk ke kamar Gu Yiye sebelum pria itu pergi. Dia sudah hafal semua jadwal latihan dan kegiatan pria itu jadi tidak pernah tertinggal dan pasti bertemu.

Gu Yiye menggosok gigi sambil menatap tajam pada Yang Zhen melalui kaca di depannya. Laki-laki itu hanya berdiri memperhatikannya melalui kaca yang sama. Yang Zhen sungguh jengkel karena terganggu seperti semua yang dia lakukan, diperhatikan bahkan ketika laki-laki itu tidak ada di sana.

Sambil menggosok gigi dia berkata, "Baiklah, kita buat cepat saja. Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?"

Yang Zhen menjawab masih dengan mereka yang saling melihat melalui kaca di depan wastafel.

"Aku akan buat cepat untukmu. Jadilah pacarku," jawab laki-laki itu.

Pria itu segera berkumur dan sekarang sudah berdiri menghadapnya. Dia tidak sedang bercanda karena tidak punya waktu untuk terus meladeni lelucon yang tidak membuatnya terhibur.

"Apa kau tuli? Aku tidak menyukaimu. Aku membencimu."

"Aku tidak tuli. Aku menyukaimu." Laki-laki itu berkata sambil mengusap sedikit bekas busa di pinggir mulut Gu Yiye. Pria itu terlambat untuk menangkis tangannya.

"Kau menggangguku."

"Kau akan terbiasa." Yang Zhen berkata sambil maju satu langkah dan Gu Yiye mundur satu langkah juga. Laki-laki itu menatapnya dengan serius lalu kembali tersenyum lebar, "Aku harus kembali sekarang. Apa aku boleh menyentuhmu sedikit saja?"

Gu Yiye memberikan senyuman di bibir tetapi matanya tidak. Yang Zhen memahami itu, jadi dia pergi tanpa hasil seperti biasa. Setiap pagi mereka hanya bisa berbicara sebentar karena masing-masing harus melakukan aktivitas yang sama namun terpisah.

Sebelumnya, Gu Yiye sangat meremehkan Yang Zhen. Tetapi situasi di antara mereka mulai serius dengan cepat. Pria itu pun memikirkan berbagai cara untuk membuat Yang Zhen berhenti mengganggunya. Dia sudah paham sifat laki-laki itu setelah menghadapinya selama belasan hari. Yang Zhen bukan seseorang yang akan berhenti atau sakit hati hanya karena diberi kata-kata kasar atau direndahkan.

More Than Blue Sky [COMPLETED]Where stories live. Discover now