Bab 14

2.8K 275 3
                                    

"kau pindah lah ke kamar"suruh Ardni pada pemuda yang memangku Runa.
Dia tidak mau Runa merasa tidak nyaman apalagi Runa yang masih sedikit demam.

Pemuda itu berdiri dan berjalan kearah lift diikuti oleh Raska dibelakangnya. Namun suara Ardni menghentikan pertengahan langkah Raska.

"Raska kau tidurlah dikamar yang sudah Daddy siapkan untukmu untuk sementara" Ardni berjalan ketempat Raska yang masih berdiri melihat pintu lift yang sudah menutup membawa kakaknya dan juga pemuda itu.

"Tapi Raska ingin Runa"tolak Raska menatap Ardni yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan para abangnya.

Ardni mengangkat Raska dan membawanya keatas. Dia paham apa yang Raska pikirkan dan ditambah  Raska dalam mood yang lebih sensitif karena demamnya.

"Menurutlah, kalian sedang demam" ucap Ardni.

"Tapi Raska dari kemarin kan belum sama Runa"protesnya. Dia jadi agak lebih rewel ketika bersama Ardni.

"Iya, tapi kamu mau demam Runa naik?" Raska dengan cepat menggelengkan kepala. Dia tidak mau kakaknya bertambah sakit dan nantinya dia akan berjauhan lagi.

"Jadi menurutlah biarkan Runa bersama si hujan itu" Ardni menurunkan Raska keatas kasur.

Ardni memang menyiapkan sebuah kamar yang khusus buat Raska, agar nanti Raska memiliki ruang pribadi yang memang miliknya.

Untuk Runa dia belum menyiapkannya dan mungkin nanti dia akan menyiapkannya ketika Runa sudah masuk ke sekolah menengah atas.

"Ugh... Daddy kepala aku pusing"

"Mau puk-puk"

Ardni ikut berbaring disamping Raska,dia membawa kepala Raska untuk berbaring di lengannya dan tangan satunya lagi ia gunakan untuk menepuk pelan pinggang Raska.

"Terimakasih Daddy " ucap Raska hampir tidak terdengar karena terendam di dadanya.

"Daddy yang seharusnya berterimakasih padamu"Ardni mengecup lama kening Raska yang terasa hangat dibibirnya.

Raska sudah terlelap dalam dekapan Ardni, memang dia sudah sangat mengantuk dan pusing dari tadi namun karena dia ingin bersama Runa jadi dia terus menahannya.

Disisi lain Runa juga sudah terlelap dalam dekapan pemuda itu, dia sama sekali tidak memberikan celah untuk melepas sang pemuda. Bahkan jemari kecilnya menggenggam erat kaos yang dipakai pemuda itu.

Rain. Pemuda yang berbaring mendekap Runa. Tatapan tak pernah lepas dari wajah candu milik Runa,dia hanya diam dan terus menatapnya.

Harum. Wangi Runa memenuhi indera penciumannya,semakin dia mencium wanginya dia seakan menyelam dalam ribuan bunga yang berlomba memenangkan siapa yang paling harum.

Detak. Rain menikmati setiap detakan yang dia dengar dan rasakan dari Runa. Sangat menenangkan. Bagai alunan musik pengantar tidur yang begitu menghanyutkan pendengarnya. Namun dia tidak mau melewati setiap detaknya untuk terlelap sejenak.

Indah, menawan dan candu. Setiap orang pasti tidak akan bisa lepas dari pesona wajah Runa yang sangat menarik. Sangat indah melebihi senja  sore hari di pantai. Begitu menawan dan bisa menarik setiap yang melihatnya. Menjadi candu yang membuat orang menggila jika tidak melihatnya.
Begitupun dengan Rain yang telah masuk dalam jurang pesona Runa dan dia dengan senang hati menjatuhkan tubuhnya kedalam jurang itu.

Rain menempelkan hidungnya pada rambut kepala Runa dan menghirup rakus aroma rambut Runa.

Hanya satu kata yang dapat Rain katakan ketika menciumnya yaitu memabukkan.

"Vulpes Zedra"

                            ..................

Kini keadaan ruang tamu begitu kacau. Tadi setelah Ardni pergi membawa Raska keatas,Axel langsung memukul Ren beberapa kali, yang lain juga berusaha untuk menghentikannya. Tapi mereka juga mendapatkan beberapa pukulan dari Axel.

"Itu buat kalian yang membuat Runa menangis" datar Axel. Dia masih sangat kesal karena Runa yang menempel dan tak mau lepas pada Rain.

"Nama Runa lucu hihi~"Ranchi tertawa senang.

Yang lain juga sama mereka tidak memperdulikan Axel yang marah dan yang mereka mau adalah kembar R.
Jadi pukulan ini mereka anggap sebagai bayaran mereka dapat melihat kembar R.

Tapi yang membuat mereka kesal adalah kenapa harus Rain yang ditempeli Runa,kenapa tidak mereka saja.

"Kita akan menginap"putus Awan.
Dia tidak mau rugi karena si kembar belum mengenalnya.

"Kau__"

"Yah kami akan menginap disini dan besok juga libur" potong Daren cepat.

Axel berlalu pergi keatas, temannya ini sungguh keras kepala semua, apapun yang mereka mau pasti akan mereka dapatkan dengan cara apapun. Termasuk dirinya juga sih.

Mereka tersenyum penuh arti secara bersamaan.

                           ...................

Disebuah mansion yang begitu megah dan indah.

"Mamah...Vanny ingin ketemu kakak cantik"ucap seorang anak perempuan usia lima tahun yang masih menggunakan seragam sekolahnya.

"Kapan kita kesana?" Vanny. Anak perempuan itu. Sepertinya tidak sabar.

Sang Mamah hanya bisa menghela nafas lelah. Putrinya ini sudah menanyakan ini dari bangun tidur sampai malam hari hampir dua bulan.

"Vanny izin ke papah coba" ucap sang Mamah lembut.

"Iss ini semua gara-gara Abang" ucapnya kesal.

"Kan hanya Abang yang gak boleh ketemu kakak cantik kenapa Vanny ikutan gak boleh" gerutunya sebal.

Dia berjalan menaiki tangga dengan menarik tasnya tanpa niat, bahkan dia melupakan kalau mansion ini memiliki lift karena saking kesalnya.

Ketika dia sampai pada tangga atas, seketika tatapan yang tadinya kesal kini terganti oleh tatapan penuh binar.

Dia berlari menuju sang papa yang sedang berjalan di lorong lantai dua.

"Papa..." Teriaknya ceria dengan membuang tasnya asal.

Hap

Dia memeluk kaki sang papah, karena dia masih kecil jadi hanya kaki yang bisa dia peluk.

"Papah ayo kita ke mansion Daddy"ucapnya begitu semangat.

Papahnya ini sangat jarang ada di mansion pada siang hari jadi dia akan memanfaatkan kehadiran papahnya ini.

Cale yang melihat tatapan putrinya yang penuh binar jadi agak sedikit tidak tega untuk menolak, apalagi dia sering mendengar dari sang istri kalau putrinya sangat ingin berkunjung ke kediaman kakaknya.

"Baiklah kita akan kesana" Cale mengusap rambut Vanny lembut.

"Abang tidak ikut kan pah?"

Cale hanya tersenyum,dia tahu kalau putra keduanya itu dihukum oleh sang ayah. Kalau pun dia tidak mengajaknya, Cale yakin putranya itu pasti akan melakukan sesuatu dengan otak nya itu.

"Kalau gitu Vanny mau siap-siap buat ketemu kakak cantik" Vanny berlari dan sesekali melompat kecil di lorong menuju kamarnya.

Cale tersenyum dengan menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang putri.

Tanpa mereka sadari ada seorang yang mendengar pembicaraan mereka.

"We will meet again,my Kitty~"

NURA Where stories live. Discover now