Em6 \\ she was the one who invited him to witness the explosion

शुरू से प्रारंभ करें:
                                    

"Berhentilah. Ayo selesaikan ini dengan cepat."

Trigonometri, materi dilengkapi contoh soal dan pembahasan, kembali Jaehyun paparkan secara sederhana.

"Aaaa!"

"Kenapa kamu?"

"Sakit."

"Apanya yang sakit?"

"Kepalaku."

Tapi tetap saja, keluhan itu datang.

Panik. Jaehyun meninggalkan kursinya, berdiri di dekat Rose, memegang apa yang kata Rose sakit, memijitnya pelan. Jaehyun sudah merespon seserius itu, padahal hal yang berikutnya terjadi adalah Rose mendongak, menatapnya, memberinya senyum.

"Nanti malam ada pesta kembang api di pusat kota. Ayo kita nonton! Belajarnya selesai sampai sini saja."

Jaehyun singkirkan tangan dari kepala Rose setelah mengacak-acak rambut perempuan itu. Kesal sekaligus gemas.

"Ah! Ayolah! Sampai matipun, aku tidak akan mengerti ini. Percuma saja kamu mengajariku. Lagipula, aku tidak akan ikut ujian masuk universitas, kenapa mesti bersusah payah sekali?"

Di tempat duduknya, Jaehyun menghela napas. Rose bukan hanya tidak mengerti trigonometri, tapi juga tidak mengerti kalau sebagai tutor, Jaehyun punya kewajiban mengentaskan teman bimbingannya dari kebodohan, dan Jaehyun merasa harga dirinya sebagai siswa berprestasi terluka kalau sampai ia gagal.

Maka, Jaehyun masih enggan menyerah dalam hal mengajarkan.

"Biar aku beritahu, aku akan masuk agensi besar. Aku akan jadi aktris film layar lebar. Materi seperti ini tidak akan berguna bagiku."

Rose juga sama. Masih belum menyerah dalam hal merayu yang tengah berusaha mengajarkan.

"Jadi, ayo kita pergi nonton kembang api saja!"

Dan, pada akhirnya, setelah banyak rayuan disuarakan, setelah Jaehyun merasa sedikit jengah banyak kasihan, mereka sepakat, kalau Rose bisa menyelesaikan satu soal, maka, mereka pulang.

Selesai, memang. Tapi, salah total. Jaehyun mesti menjelaskan ulang dengan sabar.

"Paham?"

"Eum. Bisa jelaskan lagi?"

Setidaknya sampai hari berganti petang, mereka baru keluar dari kafe belajar, jalan mengambil arah yang berbeda, meskipun rumah mereka sebetulnya searah. Tapi, Rose bilang, mau ke pusat kota, nonton pesta kembang api, sendiri.

"Hei, Jaehyun! Kamu benar-benar mau pulang?"

Hanya Jaehyun yang hendak menuju rumah. Menoleh ke belakang, kepada Rose yang berseru kencang di ujung sana. Tidak ada jawaban. Jaehyun kembali berjalan, tak menghiraukan.

"Sebentar lagi aku debut jadi aktris besar. Akan sulit bertemu denganku. Kamu tidak mau memanfaatkan kesempatan ini?"

Masih tak menghiraukan. Jaehyun berjalan makin buru-buru, abai pada Rose yang menggerutu,

"Oh, ya, sudah kalau begitu."

Tak sampai jauh, tak sampai benar-benar pulang. Jaehyun berhenti melangkah di pertengahan, menoleh ke belakang, memutar arah.

Pusat kota, ditujunya. Dan, sudah pasti, Rose lebih dulu sampai di sana. Bergumul di antara ramai manusia, menyaksikan festival budaya yang pada pertengahan malam nanti disemarakkan pula oleh pesta kembang api.

Di sana, di seberang sana, Jaehyun menemukan Rose yang sedang terpana oleh peragawan berbusana ala-ala tokoh ternama, diarak dan diiringi oleh para penari juga para pemusik. Tidak segera Jaehyun hampiri. Ia hanya sebatas mengamati.

Sampai mata mereka kemudian saling mendapati.

Seketika itu, Rose nampak kaget tapi juga nampak senang. Melambai-lambai pada Jaehyun, senyumannya merekah lebar, meski sedikitpun tidak Jaehyun beri hal serupa.

Jaehyun hanya sebatas diam, berdiri memasukan kedua tangan ke dalam saku celana. Kakinya baru beranjak manakala melihat Rose juga beranjak seperti hendak menghampirinya.

Rose berlarian, menembus kerumunan.

Seperti ingin saling menghampiri.

Jaehyun pun, berlarian, menembus kerumunan, menyebrang jalan, nyaris terbawa arus arak-arakan, menggapai sebuah tangan yang pemiliknya tengah kebingungan.

Raut bingung Rose hilang sesaat setelah memutar badan dan menemukan Jaehyun di depannya.

"Katanya pulang?!" protes, yang bukan karena tidak senang sebab tersemat satu senyuman.

"Aku datang bukan untuk melihat pesta kembang api denganmu, tapi untuk menghindari amukan ibumu kalau nanti kamu hilang."

"Hahaha! Kupastikan kamu tidak akan menyesal karena sudah datang. Dan juga, aku sudah besar, mustahil hilang."

Tangan Jaehyun ditarik. Rose bawa ia berjalan, berlari, bersinggah-singgah di penjual jajanan, bersama menyaksikan kembang api meledak di atas sana.

Karena ini kali pertama, Jaehyun terpana dengan keindahan ledakannya.

Sedangkan Rose, karena ini bukan kali pertama, maka ia tidak lagi terpana oleh ledakan kembang api, sebab kembang api itu sendiri sedang meledak-ledak di bola matanya.

Perempuan itu terpana oleh rupa manusia di sebelahnya, yang menggenggam tangannya, yang menoleh untuk tersenyum padanya. Rose bahagia. Ikut tersenyum pula, balas menggenggam tangan Jaehyun di bawah sana.

Tak ragu manakala mematah kata, "Ayo berkencan, Jaehyun."

[]

[]

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।



Em6
\\ she was the one who invited him to witness the explosion \\


[SERENADE IN E MINOR]
by linasworld



***


SERENADE IN E MINOR [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें