1. Sebuah Kesempatan

150 15 0
                                    

Bayangan hitam tak kunjung hilang tercampur dengan kenangan buruk yang menguasai tubuh sang empunya. Disini, di ruangan yang tak asing bagi Mark sendiri, ia terbangun dengan rasa pusing yang sangat luar biasa. Air matanya masih menetes ketika terbangun dengan keringat yang deras.

Mata itu terbuka menjelajahi tiap sudutnya, memutar bola mata itu kembali saat ia tak percaya dengan apa yang dia lihat.

Jelas ia tau jika ini adalah kamarnya sendiri di rumah orang tuanya, bukan kamarnya bersama Haechan. Ah Mark lupa dia kan sudah bercerai. Kenyataan itu sering membuatnya lupa.

Mark menundukkan tubuhnya di sisi kasur untuk memulihkan kesadarannya. Ia menghela nafasnya perlahan mencoba mencerna apa yang akan terjadi. Serpihan kejadian memenuhi memori otaknya, rasanya mau pecah saja jika ia mencoba mengingat kejadian itu.

Dengan terpaksa pria itu berdiri dan berjalan kearah dapur karena ia sungguh sangat haus.

Chenle? Mark melupakan itu, setelah dari dapur dengan kepala yang sangat pusing ia mencari jagoan kecilnya itu di setiap ruangan.

"Kenapa Mark?" tanya pria tampan yang adalah Ayahnya. Pria yang jauh lebih tua itu sedang mengurus berkas berkas di sofa.

"Pa Chenle dimana?" ucapnya sambil mengetikkan sesuatu di handphonenya.

"Siapa Chenle?"

"Cucu Papa, anak Mark pa."

"Kamu aja belum nikah Mark masa Papa udah punya cucu aja" ucap Jaehyun heran dengan sikap anak pertamanya itu. Matanya menyipit menjelajahi dari ujung kepala sampai ujung kaki putranya dan sebaliknya terus menerus.

"Hah?" Mark langsung mengantongi handphone nya sendiri lalu duduk disebelah ayahnya.

"Iya baru aja papa mau ngomong ke kamu tentang perjodohan."

"What?"

"Kamu kenapa sih hah what hah, ngebet banget punya anak?!"

"Bukan gitu Pa." Mark menggerang prustasi, ada apa ini?

"Terus kenapa, jelasin yang bener ah Papa bingung." Sang ayah yang sedang menyeruput kopinya menaruh kembali cangkir panas itu di meja.

Mark bingung apa yang harus dia ceritakan pada ayahnya itu, hubungan kekeluargaan Mark itu hangat yang pasti ia dekat dengan sang ayah. Tapi ayahnya itu sungguh tidak bisa diajak serius jika diluar kantornya, makanya Mark suka pusing sendiri.

"Mark bingung Pah," ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Bicara yang jelas dong."

"Gini nih pah, Mark udah cerai sama Haechan pah, papa belum Mark kasih tau ya. Jadi Chenle dimana pa, apa sama Jeno ya. Oh di mana Jeno," Mark celingak-celinguk sendiri seperti orang gila, ayahnya menatap aneh putra pertamanya itu lalu menjitaknya.

"Aaaah sakit pah, ih Mark serius. Haechan ga mau ngurus Chenle pa, padahal Mark udah serius mau rujuk lagi."

"Ngaco."

Mata Mark berkedip berkali-kali dan terdiam sejenak. Eh bentar Mark sepertinya tidak asing dengan suasana ini tapi kapan?

Oh Mark ingat sesuatu. "Pah, kok masih kerja? bukannya papa udah pensiun ya?"

Lagi lagi Jaehyun menganga, kerasukan apa putranya ini. "Kamu nyumpahin papa cepet mati ya, biar bisa ambil warisan papa, iya kan?"

"Hah?"

"Hah hoh hah hoh udah sana mandi, bergadang sampai jam berapa kamu?"

"Hah? oh papa amnesia ya pa, kebentur apa kemarin."

Back to You [Markhyuck]Where stories live. Discover now